110- Jaemin Bangun

3.7K 502 19
                                    

2022

"Benar-benar membuat repot." Gerutu Jeno saat melihat Yuto meminta anak buahnya membawa kelima orang tersebut bersama mereka. Yuta sendiri hanya menatap datar lalu duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Moonbin hyung, tolong panggil ketua tim dua dan si pembuat laporan keuangan yang pagi tadi aku minta." Moonbin mengangguk dan pergi keluar, menyisakan Yuta, Jonghyun, dan Jeno.

Jeno sendiri sudah meminta pihak dapur untuk membawakan minum ke ruangannya. Jeno duduk di kursi kebesarannya itu, matanya masih fokus pada kertas di depannya, Yuta yang melihat itu hanya tersenyum maklum, Jonghyun sudah ada duduk menemaninya.

"Anda memanggil kami?" tanya Ketua Park, penanggungjawab tim dua yang timnya fokus pada pembuatan dan pengembangan aplikasi pendidikan.

"Bagaimana perkembangan e-dictionary Jerman-Korea yang kalian kembangkan saat ini?" tanya Jeno langsung tanpa basa-basi.

"Berjalan dengan baik, saat ini kami memperbaiki kamus, menambah kosa-kata dan penjelasannya, lalu saat ini kami memperbaiki perihal grammaticalnya, sehingga pengguna bisa menerjemahkan kalimat secara keseluruhan." Jawab ketua Park.

"Bagaimana dengan rating dan responnya?" tanya Jeno, tanpa menatap ke arah ketua Park sama sekali. Yuta, Jonghyun, dan Moonbin memilih untuk mengawasi, mereka sebenarnya tak paham kenapa Jeno repot mendengar penjelasan ketua tim dua saat ketua tim dua sudah mengirim laporan padanya.

"Rating kamus milik kita lebih banyak di bandingkan dengan dari aplikasi yang lain, terlebih kita memang bekerjasama dengan ahli bahasa langsung, juga bekerjasama dengan salah satu kampus kenamaan di Jerman. Jadi aplikasi ini sangat bisa dipertanggungjawabkan." Jeno mengangguk, dia meraih sebuah laporan lalu melemparnya ke arah muka ketua tim dua.

"Lalu mengapa laporanmu sekarang berbeda dengan isi laporan yang kau kirim padaku, ketua Park?!" desis Jeno.

"Ne?! Tidak mungkin!" ketua tim Park segera meraih map itu dan membukanya, dia terkejut saat melihat isi laporannya, benar-benar berbeda dari apa yang dia katakan. Ini buruk. Ketua Park mendongak dan menatap Jeno.

"Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi apa yang saya laporkan benar adanya!" ujar Ketua Park.

"Benarkah? Lalu bagaimana bisa laporan itu lolos dari pengawasanmu? Bukankah seharusnya laporan itu harus kau cek sebelum dikirim padaku?" ketua Park pucat pasi, dia mencoba mengingat apa yang terjadi.

"Ketua Park, aku memang adalah CEO pengganti, tapi tetap aku memiliki seorang CEO di sini, ada satu hal yang aku benci, yaitu sebuah kebohongan. Panggil si pembuat laporan itu dan hadapkan padaku sekarang juga!" ketua Park segera menghubungi anak buahnya.

Tatapan Jeno teralih pada si pembuat laporan keuangan yang menunduk ketakutan di sebelah ketua tim dua sejak tadi.

"Nona, siapa namamu?" tanya Jeno, membuat Moonbin, Yuta, dan Jonghyun menepuk jidat mereka.

"S-Saya Shim Seo Yun." Jawab wanita itu takut-takut.

"Berapa lama kau bekerja di perusahaan ini? Di bagian keuangan?" tanya Jeno lagi.

"Tujuh tahun" jawab Seo Yun.

"Lalu selama tujuh tahun apa kau tidak tahu jika ketelitian adalah hal yang sangat diutamakan?" tanya Jeno.

"Maksud Anda, apa saya melakukan kesalahan?" tanya Seo Yun.

"Benar, ternyata kau cukup cepat tanggap tidak membuatku harus menjabarkan kesalahanmu," Jeno meraih map dengan tanda silang besar.

"Baca kembali laporanmu itu dan katakan padaku apa yang salah." Seo Yun meraih map itu dengan cepat dan membacanya, hingga matanya membulat sempurna.

"Sepertinya kau sudah tahu dimana kesalahanmu, nona." Seo Yun membungku sopan berkali-kali dan mengucapkan maaf.

"Maafkan saya maafkan saya maafkan saya.." Jeno hanya mengangguk malas.

"Perbaiki laporan itu dan kirim padaku tepat sebelum jam makan siang. Keluar sekarang!" Seo Yun membungkuk sopan dan segera keluar.

"Ketua tim, dimana anak buahmu itu?" tanya Jeno jengah.

"D-Dia tidak masuk, baru saja aku bertanya pada wakilku dan mengatakan jika anak itu tengah ada di rumah sakit." Jeno terkekeh.

"Kalau begitu, aku tidak mau tahu, segera perbaiki laporanmu dan berikan padaku tepat sebelum jam makan siang. Aku ingin laporan yang sebenarnya sesuai dengan kenyataan yang ada, aku tidak mau ada yang ditambah atau dikurangi, kau tahu jika aku bisa melacak kebohongan kan?" Ketua Park mengangguk cepat, "Jadi jangan membuatku makin kecewa padamu. Keluar sekarang!" ketua Park segera pamit undur diri dan keluar, orang di dalam itu bisa mendengar langkah lari pria tersebut.

"Woah~ apa CEO Jung saat ini sedang sangat marah dan kesal?" tanya Yuta, Jeno mendengus.

"Apa perlu ditanya, Pa?" Jeno berdiri, dia penampilannya sudah tidak serapi tadi pagi, dasi yang entah kemana, kancing yang terbuka, dan rambut yang sedikit terlihat acak-acakan.

"Lima orang tadi serahkan saja pada Yuto, kau fokus saja pada perusahaan. Apa ada masalah lagi selain yang tadi?" tanya Yuta.

"Tidak ada, jika tidak percaya bisa tanyakan langsung pada wakil Kim." Jonghyun terkekeh dan mengangguk.

"Tidak ada masalah lagi, yang lain sudah dibereskan oleh Jeno sendiri, dia sangat handal, sepertinya kau bisa menyerahkan jabatanmu padanya sesegera mungkin." Tutur Jonghyun, nadanya memang bercanda, tapi Yuta tahu pria satu itu tengah serius.

"Tidak sekarang, dia belum menikahi putraku, aku baru akan memberikannya saat dia memang sudah sah menjadi menantuku. Kalau saat ini kan belum, dia ada potensi menusukku dari belakang." Jeno yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, dia sepertinya belum benar-benar bisa dipercayai oleh papa dari sang kekasih. Yuta yang melihat reaksi Jeno tersenyum kecil.

"Jeno, aku percaya kau bisa menjaga dan melindungi Jaemin, bahkan aku percaya kau mampu membahagiakannya dan tidak akan melukainya, tetapi untuk masalah perusahaan, aku belum bisa benar-benar percaya padamu, apalagi kau anak Jung Jaehyun, meski kau memang berbeda darinya, tetap saja aku masih belum bisa melupakan rasa sakit yang keluargamu berikan padaku." Jeno yang mendengar itu tersentak sesaat sebelum dia mengangguk paham.

"Aku mengerti, Pa." Yuta tersenyum, saat ia hendak bicara kembali ponselnya berdering, dia segera mengeluarkannya dan melihat nama anak sulungnya.

"Hal-"

"PAPA NANA SUDAH BANGUN!!"

_OUR BOY 110_

Yuta dan Jeno berlari di lorong rumah sakit, keduanya langsung pergi ke rumah sakit, meninggalkan tugas pada Jonghyun dan Moonbin.

Saat mereka melihat kamar Jaemin, di depan pintu sudah ada Sehun, Younghoon, dan Eunwoo, mereka tersenyum kecil dan membiarkan keduanya masuk.

Di dalam kamar itu ada Hendery, Winwin, dan Dejun, mereka berdiri di sisi ranjang, dan di atas ranjang itu, baik Yuta dan Jeno bisa melihat malaikat mereka.

"Nana- NANA!" Yuta berjalan mendekat saat hendak memeluk, ia menahan diri, tubuh anaknya pasti lemas, dia hanya bisa menggenggam jemari putranya dan menciumi punggung tangannya.

"Anak Papa sudah bangun... Anak Papa sudah bangun..." bisiknya berkali-kali. Jeno mendekat perlahan, air mata tanpa sadar menetes. Jeno melihat sosok yang sudah ia rindukan sejak dua minggu lalu.

"Jaemin..."

Jaemin, yang masih lemas, memandang Papa dan kekasihnya, dia mengukir senyum saat dia bisa melihat kembali orang-orang yang ia cintai.

"Papa... Mama... Gege... Jeno... Dery ge... Nana kembali..." ujarnya pelan dengan sebuah senyum manis yang menghias.

Winwin berdiri di belakang tubuh sang suami dan ikut menggenggam jemari Jaemin.

"Anak Mama sudah kembali... terimakasih nak..." Jaemin tersenyum, sebuah kilat jenaka terpancar, "Nana kembali... nenek penjaga gerbang menendang Nana..." candanya.

"Kau masih bisa bercanda?! Gege ketakutan di sini!" kesal Dejun, Jaemin menatap gegenya yang wajahnya sudah basah dengan air mata.

"Maaf..." Dejun menggeleng, sebuah senyum terukir.

"Selamat datang kembali, selamat pagi, Nananya gege.."

_OUR BOY 110_

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang