38- Salah Pilih Lawan

6.3K 795 117
                                    

2017

San dan Changbin menahan tubuh Jeno dari kanan dan kiri, sedangkan Wooyoung menahan dari depan, Lucas yang melihat Jeno juga menahan dari belakang.

"A-Aku hanya ingin mengenalmu, tapi kau sejak tadi menolakku." Ujar Eunhee yang tidak membaca situasi.

"Kau mau mendekatinya dengan cara mendorong Koeun, eh? Kau pikir orang-orang di lorong buta? Aku yang hendak naik saja melihatnya dengan jelas, kau yang mendorong Koeun, jika Jeno tidak segera bertindak cepat, Koeun sudah pasti terluka." Dejun, datang bersama Hendery di sampingnya, di belakang Dejun ada Yuta yang menunggu putranya.

"Aku tidak mendorongnya!" ujar Eunhee mengelak.

"Gadis sialan! Kau mencelakai Koeun noona dan masih mengelak?! Satu lorong menjadi saksinya, sialan!" amuk Jeno.

"J-Jeno-ya di sini tidak ada Yuto hyung, jangan mengamuk berlebih." Mohon Wooyoung.

"Lepaskan aku! Biarkan aku memberinya pelajaran!" Jeno berusaha lepas dari cengkraman para seniornya.

"Jeno, berhenti!" Mark akhirnya bersuara setelah tadi terdiam. Si sulung Jung mendekat dan menatap Eunhee.

"Siapa namamu?" Mark menatap name tag siswi tersebut.

"Nam Eunhee-hoobae, tolong jangan ganggu adikku, dia sudah sejak tadi pagi menolak kehadiranmu, dia tidak nyaman dengan orang baru, jangan membuatnya semakin tidak nyaman. Dan ngomong-ngomong, kau tidak akan bisa mendekatinya, dia sudah punya orang yang dia sayang dan dia cintai, mundurlah. Dan tolong minta maaflah pada Koeun, dia sahabat perempuanku, dan kau mendorongnya hingga nyaris jatuh." Ujar Mark sembari membawa Koeun menjauhi area tangga.

"Sssh!" desis Koeun saat lukanya tidak sengaja tersentuh.

"Kau luka?" kaget Mark, Koeun mengangguk.

"Aku tadi hendak mencari obat merah ke ruang kesehatan." Ujar Koeun, Mark membawa gadis itu turun, dia membungkuk kecil pada Yuta yang ada di sana.

"Beri aku jalan, aku harus pulang." Ujar Dejun pada yang ada di depannya. Lucas berusaha menarik Jeno ke samping, Dejun pun segera naik dan masuk ke dalam kelasnya, mengambil tas dan meletakkan surat izin.

"Aku akan berkunjung nanti untuk memijamkanmu catatan." Ujar Hendery, Dejun mengangguk dan mengucap terimakasih. Saat mereka keluar kelas, mereka melihat Jeno yang sudah dilepas oleh Lucas, San, Wooyoung, dan Changbin.

"Dengarkan aku, siswi baru. Aku tidak peduli kau siapa, tidak peduli datang dari keluarga mana, dan tidak peduli siapa namamu, yang ingin kutegaskan hanya satu, jauhi aku! Aku tidak mau dekat dengan orang baru, mau kau mengatakan 'justru karena kita tidak dekat, kita harus saling mendekatkan diri dan mengenal satu sama lain', bodo amat! Aku tidak peduli. Jauhi aku sebelum aku bertindak lebih dari ini. Mengerti? Jangan bawa-bawa orang tuamu, jika kau membawa hal seperti ini, mengadu pada orang tuamu mengenai sikapku, terlihat sekali kau seorang pecundang, seorang pengecut yang hanya bisa berlindung di balik kata uang dan kekuasaan." Tidak ada yang berani menyela Jeno, mereka bisa merasakan sekesal dan serisih apa Jeno ketika orang yang tidak kenal tiba-tiba sok akrab padanya.

"J-Jeno, kau kasar sekali, aku hanya ingin mengenalmu itu saja, t-tapi benar kan? Karena kita belum saling mengenal, maka kita harus berkenalan." Jeno mendecih secara jelas. Siswa-siswi kelas tiga tidak ada yang berani menyela, mereka ingat bagaimana dulu Jeno menghajar habis dua orang kakak kelas saat masih kelas satu.

"Cantik tapi tuli, kau tidak dengar aku baru saja bilang apa? Aku tidak peduli, aku tidak mau menambah daftar orang asing di dalam kehidupanku. Yang dekat denganku saja masih bisa kuabaikan, apalagi orang baru tidak jelas sepertimu." Eunhee menunduk di depan Jeno, tidak pernah ia mendapatkan penolakan seperti ini, semua orang pasti akan tunduk, bahkan banyak pria yang mengejarnya di sekolah lamanya. Tapi di sini berbeda, bahkan teman sekelasnya juga nampak tidak senang didekatnya, dulu dia disanjung, dan dia harus disanjung juga di sini, tapi itu semua tidak ia dapatkan.

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang