58- Senjata

5.1K 668 44
                                    

2020

Kazuki menatap ke arah atasannya yang kini dengan tenang tengah menyeruput teh buatan sang Nyonya Besar Na.

"Tuan, saya tengah serius, saat mendengar permintaan Yuto dan Rowoon, saya dibuat terkejut setengah mati. Sudah lama gudang itu tidak disentuh, Anda sendiri yang mengatakan pada saya untuk mengunci gudang itu selamanya dan tidak mengizinkan siapapun memasukinya kembali. Lalu, kenapa Yuta dan Rowoon bisa mendapat izin dari Anda untuk membuka gudang itu kembali?" tanya Kazuki.

TAK

Yuta meletakkan cangkir dengan begitu anggun, dia menatap ke arah Kazuki yang nampak kebingungan.

"Karena Jeno." Kazuki mengernyit tak paham, apa hubungan gudang itu dengan Jeno Jung?

"Memang benar, setelah aku memutuskan untuk mendirikan perusahaan gameku kembali, setelah semua yang hilang bisa kuraih kembali, aku memang mengatakan padamu agar menutup gudang senjata itu. Namun, saat melihat Jeno, aku rasa aku butuh membuka gudang itu kembali. Tidak hanya untuk Jeno, tetapi untuk Jaemin dan squad milik Rowoon." Kazuki menatap atasannya itu dengan pandangan masih penuh dengan ketidak percayaan dan kebingungan.

"Saya masih tidak mengerti" Yuta tersenyum kecil.

"Di dalam gudang itu, banyak senjata yang lebih cocok untuk Jeno dan Jaemin juga squad Rowoon. Terlebih di dalam gudang itu ada senapan kesayangan Yuto dan katana milik Tetua Adachi, ayah Yuto. Saat aku melatih Jaemin dan Jeno menggunakan senjata yang ada, yang biasa digunakan anak buah Yuto latihan, aku merasa ada yang kurang dan senjata itu tidak cocok dengan keduanya, jadi aku memberi izin pada Yuto dan Rowoon untuk meminta kepadamu kunci gudang senjata itu." Ujar Yuta.

"Anda yakin? Membuka gudang senjata itu kembali bisa memicu penyerangan juga, karena gudang senjata milik Anda menyimpan seluruh jenis senjata yang Anda kumpulkan dari berbagai tempat. Para mafia itu jelas menginginkan itu." Ujar Kazuki cemas.

"Di sana ada senjata milik Chanyeol hyung, Sehun hyung, Suho hyung, dan Lay ge, juga ada nodachi milik Baekhyun hyung yang sudah digunakan untuk membantai satu klan mafia di Italia dan ada juga nagamaki milik Jongin hyung yang sudah menjadi saksi berdarah pembantaian klan bangsawan Redd yang mengkhianati Jongin hyung dan Sehun hyung." Kazuki terdiam mendengar itu, memang benar, di dalam gudang senjata itu, ada senjata-senjata yang menjadi saksi berdarah atasannya dan para penolong Yuta.

"Senjata-senjata itu masih tersimpan dengan apik kan?" Kazuki mengangguk.

"Kazuki, biarkan gudang itu terbuka kembali, biarkan Jeno, Jaemin, Rowoon, Eunwoo, Moobin, Hyunjae, Younghoon, Xiao, Hwanhee, Changbin, Hwiyoung, Juyeon, San, dan Wooyoung menemukan senjata mereka, dan menggunakannya dalam setiap tugas yang mereka dapatkan." Kazuki yang melihat kilat penuh keyakinan di mata Yuta pun akhirnya mau tidak mau mengangguk.

"Saya akan berikan kuncinya pada Yuto dan Rowoon, saya juga akan secara langsung mengawal mereka bersama Mike dan Eros saat membuka gudang senjata itu kembali." Yuta mengangguk.

"Terimakasih, Minato."

_OUR BOY 58_

Dejun tengah menatap Alicia yang berceloteh ria digendongan Hendery, mereka berdua saat ini ada di kebun binatang, Alicia yang paling semangat, terlebih saat dia tahu dia akan melihat gajah. Saat Dejun menatap Alicia yang begitu nampak senang, dia jadi mengingat ekspresi Jaemin saat pertama kali diajak ke kebun binatang. Adiknya dulu itu juga begitu semangat, tapi sehari setelah dari kebun binatang, adiknya jatuh sakit dan opname tiga hari, karena adiknya terpapar sinar matahari terlalu lama.

"Kenapa melamun? Ada masalah?" tanya Hendery, Dejun yang diberi pertanyaan menggeleng.

"Hanya mengingat Jaemin kecil saat pertama kali diajak ke kebun binatang yang membuat ia besoknya opname tiga hari di rumah sakit." Jawab Dejun.

"Opname?" Dejun mengangguk.

"Aku pernah cerita kan? Adikku Jaemin berbeda denganku yang sehat, saat ini dia mungkin sudah sepenuhnya sembuh, dulu, untuk keluar saja dia susah, bahkan hanya sekedar keluar di halaman. Mungkin Jaemin tidak ingat jika kami pernah ke kebun binatang, tapi tempat pertama saat Jaemin kecil diajak keluar adalah kebun binatang, dia begitu senang saat bisa keluar, tapi Papa dan Mama lupa memakaikan topi kepada Jaemin, membuat ia terpapar sinar matahari terlalu lama, dan besoknya dia masuk rumah sakit." Cerita Dejun.

"Dia serentan itu?" Dejun mengangguk.

"Kau kan tahu sendiri saat kecil aku lebih sering pulang cepat, aku tidak mau membuatnya kesepian." Ujar Dejun.

"Aku ingat, kau selalu pulang paling cepat daripada aku, Mark, dan Lucas." Hendery mengingat masa-masa kecilnya dulu.

"Ah, ngomong-ngomong mengenai Lucas, dia sudah lama tidak berkabar, kemana anak itu?" tanya Dejun, Hendery tidak menjawab karena harus menenangkan Alicia yang rewel karena harus pergi dari melihat gajah.

"Gege jahat cama Cia! Cia mau lihat gajah!" rengek si kecil.

"Memang Cia tidak mau lihat yang lain? Ada si leher panjang, mau lihat? Atau si raja hutan? Kau tidak mau melihat yang lain?" tanya Hendery, dia bosan berdiri di depan kandang gajah.

"Laja hutan? Dicini ada Laja hutan? Echan oppa bilang Laja hutan ada di hutan caja, ndak ada di cini." Ujar Alicia.

"Mau saja ditipu oleh oppamu yang satu itu, kalau tidak percaya ayo kita lihat, mau tidak?" tanya Hendery.

"Mau mau! Lihat Laja hutan!" Dejun tertawa gemas saat melihat interaksi kedua saudara di depannya itu.

"Jun gege ayo lihat Laja hutan!" ajak Alicia semangat.

"Iya ayo kita lihat Raja hutan sama-sama." Tutur Dejun. Mereka bertiga meninggalkan area gajah dan pergi menuju tempat dimana si raja hutan berada.

"Kau tadi tanya Lucas?" Dejun mengangguk.

"Dia kemarin menemuiku, sambil menangis karena ponselnya baru saja dicopet, untungnya sih tidak ada file penting, hanya ada foto dirinya sendiri. Jadi tidak bisa dikontak, kemarin aku mengantarnya mencari ponsel baru." Jelas Hendery.

"Kok bisa kecopetan?" tanya Dejun tidak percaya, dia mengambil alih gendongan Alicia saat gadis kecil itu mengulurkan lengan kecilnya pada Dejun.

"Ya bisa, dia dikeramaian dan ponselnya diletakkan di saku celana bagian belakang, ceroboh seperti biasa, besok dia mengajak bertemu di café dekat kampus, dia kerja di sana, kau mau ikut?" tanya Hendery.

"Memang Mark mau ikut? Mommy Tae kan masih belum bangun." Hendery menghembuskan nafas pelan.

"Lucas mengundang kita juga untuk memberi semangat pada Mark, kejadian yang menimpa Mommy Tae memang sangat mengejutkan, tetapi kalau Mark, Paman Jaehyun, Sungchan dan Jeno terus murung dan tidak mau melakukan apapun, apalagi makan, aku yakin saat mommy Tae bangun, mommy Tae akan menyalahkan dirinya sendiri karena membuat keluarganya bak mayat hidup." Ujar Hendery panjang.

"Setidaknya kita akan mengawasi pola makan Mark, mommy bilang untuk Paman Jaehyun nanti itu urusan mommy, mae, dan daddy, untuk Jeno aku rasa keluargamu mengurusnya dengan baik, untuk Sungchan nanti akan jadi urusan mae dan mommy juga." Lanjut Hendery.

"Ah benar juga, kita juga harus mengawasi pola makan mereka, jangan sampai saat mommy Tae sadar, mereka malah terbaring karena penyakit yang disebabkan karena diri sendiri." Ujar Dejun setuju dengan penuturan kekasihnya.

"AUUUMM!!!" pekik Alicia saat melihat patung berupa seekor singa mulai terlihat.

"Astaga, kau menggemaskan sekali sih sayang?" Dejun menciumi pipi tembam Alicia, membuat gadis kecil itu terkikik lucu, Hendery yang melihat itu tersenyum kecil.

"Ah benar, saat aku masuk ke rumahmu pagi tadi, aku melihat sesuatu yang tergeletak di bawah meja." Dejun mengernyit.

"Apa?" Hendery diam sejenak, dia menggigit bibir bawahnya.

"Sebuah pisau dan pistol laras pendek." Dejun mengerjap.

"NE?!"

'Itu senjata Papa semalam yang belum sempat disimpan! Mampuslah!' Dejun menatap Hendery yang kini menatapnya serius.

"Apa ada yang ingin kau jelaskan?" Dejun tidak bisa menjawab, bibirnya kelu. Hingga satu jawaban yang bisa ia berikan.

"Tanyalah langsung pada Papa."

_OUR BOY 58_

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang