102- Night Ride

2.8K 417 51
                                    

2022

Jeno menjemput Jaemin sekitar pukul setengah sembilan malam, setelah dia selesai dengan semua pekerjaannya dan kelas baristanya. Yuta mengantar Jaemin sampai depan pintu. Jeno yang melihat Yuta segera turun dari motor dan mendekati Yuta.

"Papa" Yuta menyeringai tipis, Jeno sudah mulai terbiasa, tidak plin-plan seperti dulu yang memanggilnya Paman dan di waktu berbeda akan memanggilnya Papa.

"Jeno-ya, jaga putraku ya? Mengendarainya hati-hati tidak usah mengebut, kalau ada apa-apa segera hubungi Papa atau Daddymu, paham?" Jeno mengangguk.

"Izin bawa si bungsu ya, Pa?" Yuta mengangguk, Jaemin tersenyum gemas, dia mencium pipi Papanya lalu pergi dari kediamannya menaiki motor dengan Jeno.

Seandainya Jaemin tidak kunjung sembuh dari penyakitnya, dia mungkin tidak akan pernah diberi izin untuk keluar seperti ini oleh sang Papa meski dengan Jeno sekalipun. Beruntungnya, meski tidak benar-benar sembuh, namun Jaemin lebih sehat dan lebih kuat dari sebelumnya.

"Pakai hoodie sudah hangat? Anginnya lumayan kencang malam ini." Jaemin mengangguk.

"Ini hoodie dengan kain paling tebal dan hangat yang aku punya, aku aman." Jawab Jaemin, Jeno mengangguk paham, ia memakaikan helm pada Jaemin, sebelum memakai helmnya sendiri.

"Ayo naik, bisa kan?" Jaemin mengangguk, dia naik ke boncengan belakang motor Jeno. Setelah Jaemin aman, Jeno mulai menyalakan mesin motornya dan pergi dari kediaman Nakamoto. Yuta baru masuk setelah melihat mereka pergi.

"Papa, percaya pada gege, didi akan baik-baik saja, Jeno menjaganya." Yuta menatap ke arah putra sulungnya dan terkekeh.

"Papa tahu, ayo masuk." Keduanya melangkah masuk ke ruang tengah, Dejun mengernyit saat tiba-tiba Papa duduk dan bersidekap.

"Jadi, hubunganmu dan Hendery apa baik-baik saja? Papa dengar dia ada pergi dengan wanita tanpa sepengetahuanmu ya?"

DEG

'SIAPA ORANG GILA YANG MELAPORKANNYA PADA PAPA?!' Dejun mengerjap.

"A-ah.. itu, kami baik-baik saja, sudah selesai kok perselisihannya." Jawab Dejun.

"Gege, Papa sedang tidak ingin mendengar cerita bohong, jadi?" Dejun menelan ludah gugup. Sedangkan di balik pintu kamar, Winwin mengerjap.

"Ah, sepertinya memang salah mengatakannya pada Papa. Semoga Hendery besok masih bisa melihat matahari. Johnny hyung, Taeil hyung, Ten hyung, maafkan aku karena melaporkan sikap putra kalian secara tidak sengaja. Hendery, doa mama menyertaimu."

_OUR BOY 102_

Jaemin menatap ke arah bangunan-bangunan yang ia lewati. Meski sudah malam, jalanan masih sangat ramai, masih ada beberapa kedai yang buka, juga beberapa tempat makan pinggir jalan yang masih ramai pelanggan.

Jeno mengendarai motor dengan begitu santai. Dia biarkan sang kekasih menikmati pemandangan bangunan dan jalanan yang mereka lewati.

"Jeno!" Jeno langsung menepi saat Jaemin memanggil namanya. Dia melepas helmnya dan memutar badannya sedikit.

"Ada apa?" Tanya Jeno. Jaemin mencondongkan badannya dan memeluk Jeno.

"Mau makan jagung bakar sama ramyeon cup di tepi sungai han, aku juga ingin sambil minum, bukan soju, lalu mmm... Aku ingin tteokbokki pedas, ah iya! Odeng, aku juga mau." Jeno mendengarkan semua itu dan terkekeh.

"Dihabiskan?" Jaemin mengangguk.

"Aku sudah sisakan ruang untuk mereka." Jeno tertawa kecil.

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang