2016
Setelah jam istirahat kedua, kelas Jaemin berikutnya adalah kelas musik. Kelas yang mungkin akan jadi favoritnya. Kelas musik kelas satu diajar oleh Zhang Yixing, seorang guru musik yang sekaligus dancer profesional juga komposer terkenal. Mereka merasa terhormat karena ini.
Satu per satu dari mereka duduk di kursi masing-masing di ruang musik yang sangat luas, ada drum di bagian ujung ruangan, tidak jauh ada jejeran gitar, bass, dan alat musik lainnya.
Kelas Musik itu digabung dua kelas, dan kelas Renjun adalah kelas yang akan bergabung dengannya. Dia kelas 1-3 dan kelas Renjun kelas 1-4. Di sekolah ini satu angkatan dibagi menjadi lima kelas.
Saat mereka masuk, kelas 1-3 dan 1-4 sepertinya bisa akrab, karena tipikal siswa di kedua kelas itu sama.
"Renjunniee!!" Jaemin memeluk Renjun, dan pemandangan itu tidak lepas dari semua pasang mata dari dua kelas. Mereka tertawa gemas melihat kedua remaja manis itu berpelukan. Renjun adalah kesayangan kelas 1-4, sedangkan Jaemin kesayangan kelas 1-3.
"Oh, Haechan, aku sudah lama tidak melihatmu main drum, apa kau tidak ingin main itu lagi?" tanya Jeno sembari menunjuk ke arah drum yang ada di sudut ruangan.
"Kalau kau tahu, drum di rumahku dibuang oleh Daddy gara-gara ulah Dery hyung. Itu drum kesayanganku, padahal aku main juga di ruang musik, ruang kedap suara. Tapi Mae mengganti drum yang dibuang daddy dan memberikan aku studio sendiri. Kau ingat studio musik yang pernah kita datangi?" Jeno mengangguk.
"Itu milikmu?" Haechan mengangguk.
"Oh kalian sudah datang semua?" suara Zhang ssaem terdengar, mereka semua segera duduk di tempat masing-masing. Mereka menatap kagum guru musik mereka yang berdiri dengan tampilan santai.
"Selamat siang? sore? Still afternoon, hahaha selamat siang semuaaa~" para siswa tertawa dan membalas sapaan guru mereka.
"Jika boleh jujur, aku lebih senang mengulang kelas dengan aura penuh keceriaan dan persaudaraan ini daripada kelas kemarin, astaga. Oke, karena masih awal pengajaran, dulu kan kita hanya berkenalan dengan alat musik dan tangga nada. Nah hari ini ssaem ingin kalian yang punya bakat coba mainkan alat musik di sini." ujar Zhang ssaem.
"Ne? Tapi bagaimana dengan yang tidak terlalu pandai bermain musik?" tanya Junkyu.
"Setidaknya nanti kalian akan paham mengenai tangga nada, tajamkan pendengarkan kalian. Nah aku ingin lihat absen sebentar. Ah benar, tadi aku dengar ada yang bisa bermain drum, boleh kutahu siapa itu?" Haechan mengangkat tangan.
"Saya ssaem." Zhang ssaem meminta Haechan untuk menuju drum di sudut ruangan. Haechan pemanasan sebentar.
"Kau akan memainkan apa?" tanya Zhang ssaem.
"Yoru ni kakeru, Yoasobi." Haechan meminta Jeno memutarkan lagu tersebut, dia langsung bersiap. Tepat saat lagu terputar, detik berikutnya Haechan berhasil menyusul. Permainan drumnya tenang namun penuh dengan tenaga.
Renjun yang melihat Haechan bermain drum diam-diam tersenyum sendiri. Dia menyukai permainan Haechan. Ditambah lagi Haechan terlihat lebih keren saat bermain drum, terlebih dengan rambutnya yang memang memanjang dan berwarna coklat gelap, kesan keren pada sosok si bungsu Seo semakin menguar.
Sekolah mereka tidak melarang siswanya mengecat rambut, selama bukan warna terang seperti merah, hijau, biru, merah muda, dan warna terang lainnya. Hanya boleh cokelat gelap, coklat almond, selebihnya tidak diperbolehkan.
"Give applause!" ujar Zhang ssaem saat permaian Haechan sudah selesai.
"Daebak! Haechan-ah!" puji Yangyang.
"Aku jadi ingin belajar juga." ujar Han.
"Kapan-kapan ayo main ke studio, sehingga kau bisa belajar." ajak Haechan, Han tentu saja memekik senang mendengar itu.
Jaemin rasa dia benar, kelas musik adalah kelas yang akan menjadi kelas favoritnya.
_OUR BOY 07_
Di kelas musik tadi, tidak hanya Haechan yang unjuk kebolehan, tapi juga Jeno dengan permainan gitar akustik, lalu Jaemin dengan pianonya, dan beberapa siswa lainnya. Kelas musik menjadi kelas paling menyenangkan.
"Nana!" Jaemin yang baru keluar kelas menoleh ke arah Renjun.
"Kau pulang dijemput siapa?" tanya Renjun.
"Lin Ying, ada apa? Renjunnie mau bareng?" tanya Jaemin.
"Tidak, aku tadi mau menawarimu pulang bersama, aku dijemput Appa hari ini." keduanya berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah.
"Lin Ying!" pria cantik yang bersandar pada mobilnya itu menoleh dan mengukir senyum saat melihat Jaemin berjalan cepat bersama Renjun di sebelahnya.
"Lin Ying, lama tidak bertemu." sapa Renjun.
"Kau benar, Xiao Ren, bagaimana kabarmu? Masih jadi anak tunggal?" Renjun merengut.
"Appa dan eomma tidak akan memberiku adik, mereka benar-benar tidak ingin menambah anak katanya. Satu sudah cukup begitu, jadi aku lebih sering main dengan Nana." jawab Renjun.
"Lin Ying!" pria cantik itu menoleh dan membalas saapan Chanyeol.
"Tuan Park, lama tidak berjumpa." Chanyeol tertawa mendengarnya.
"Halo Jaeminnie" sapa Chanyeol pada Jaemin.
"Halo Paman Chanyeol, apa Paman sedang longgar hari ini?" Chanyeol mengangguk.
"Begitulah, jadi Paman sempatkan menjemput Renjun, nah kalau begitu, kami pamit duluan ya? Sampai jumpa lagi." Renjun melambai pada Jaemin dan Lin Ying lalu mengejar ayahnya. Ingatkan Renjun untuk mengomeli ayahnya nanti, sepertinya ayahnya lupa kalau jangkah kaki keduanya itu berbeda. Panjang langkah kaki Chanyeol itu dua kali lipat Renjun.
'Gen eomma sangat menurun padaku, gen apa hanya di wajah saja.' batin Renjun. Jika diingat lagi, banyak yang tidak percaya jika marganya Park, karena namanya yang terdengar seperti orang China. Ya bagaimana? Dia lahir saat ayah dan ibunya sedang ada di China.
Kembali pada Jaemin, dia dan Lin Ying segera masuk ke dalam mobil, tapi tatapan Jaemin berhenti pada Jeno yang berdiri sendirian bersandar pada dinding sekolah.
"Lin Ying sebentar." Lin Ying menatap heran anak dari Tuan Nakamoto itu, pandangannya mengikuti arah Jaemin berjalan dan melihat jika remaja itu mendekati remaja lainnya yang lebih tinggi.
"Itu- siapa? Kekasihnya?" gumam Lin Ying.
Di luar mobil, Jaemin mendekati Jeno yang nampaknya tengah menunggu jemputannya.
"Jeno, mau pulang bersamaku saja?" tanya Jaemin, Jeno menoleh dan menggeleng.
"Tidak usah, aku akan menunggu Mommy saja." jawab Jeno, tidak enak pada Jaemin.
"Tidak apa, daripada kau sendirian, kau tadi keluar kelas paling awal, aku pikir kau sudah pulang karena wajahmu tadi nampak bahagia." Jeno hanya mengukir senyum kecil, tadi dia pikir mommynya sudah ada di depan gerbang sekolah, tapi tidak tahunya ternyata mommynya pergi menjemput adiknya dulu di SMP yang jaraknya lumayan dari sini. Padahal kalau dari rumah, sekolah Jeno lebih dekat. Dia juga tidak mungkin menunggu Mark yang baru akan pulang jam enam sore. Mau naik bus juga dia tidak bisa, kartu transportasinya tidak ia bawa. Pakai taksi, tapi mommynya selalu melarangnya memakai kendaraan itu karena berita-berita yang mengatakan kejahatan transportasi pada taksi yang sudah memakan banyak korban.
"Ayo, pulang bersamaku saja, ini juga sudah sore." Jeno ingin menolak tapi pesan terakhir darinya tidak kunjung dibalas oleh ibunya. Hingga akhirnya ia mengangguk dan mengirim pesan kalau dia akan pulang bersama temannya.
"Mm, terimakasih, maaf merepotkan." Jaemin menggeleng lalu menggandeng tangan Jeno untuk masuk ke dalam mobil.
_OUR BOY 07_
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] OUR BOY
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ "Jangan sampai aku mengangkat senjataku lagi hanya untuk menghabisi nyawa satu sekolah." -Nakamoto Yuta Start : 04/12/2021 End. : -