118- Lamaran Hendery dan Jeno (3)

3.4K 318 20
                                    

2023

"Ada apa Papa?" Tanya Dejun saat baru turun dari kamar, di belakangnya ada sang adik yang turun sembari menggendong boneka kelinci.

"Loh?! Papa kenapa sembab? Mama juga? Ada apa? Siapa yang buat Papa dan Mama menangis? Sini bilang Nana, bisr Nana pukul!" Jaemin langsung histeris saat melihat mata kedua orang tuanya sembab, dia tak suka jika melihat keduanya menangis.

"Kau tak akan mungkin bisa memukul calon mertuamu, Nana." Ujar Winwin dengan kekehan kecil.

"Daddy Jae?! Kalau daddy Jae yang buat Papa dan Mama menangis Nana tetap akan pukul! Enak saja buat kesayangan Nana menangis!" Cerocos Jaemin, bibirnya mengerucut lucu, tidak berhenti mengomel, membuat Yuta, Winwin, dan Dejun tertawa gemas.

"Sini dulu, nak, kalau mau pukul daddymu nanti saja, Papa dan Mama mau bicara dengan kalian." Ujar Yuta menepuk sisi kosong yang ada di antara dirinya dan Winwin.

Dejun dan Jaemin langsung berebut posisi tempat duduk, jadilah mereka kini duduk berdua di antara kedua orang tua mereka, Jaemin di sebelah Yuta dan Dejun di sebelah Winwin.

"Jadi, Papa dan Mama mau bicara apa?" Tanya Dejun.

"Tadi Daddy Jae dan Daddy John, orang tua Jeno dan Hendery datang kemari. Mereka berdua mewakilkan anak mereka untuk menanyakan perihal lamaran pernikahan." Seolah tahu kemana arah pembicaraan kedua orang tua mereka, Dejun dan Jaemin menegakkan badan dan memasang telinga dengan baik.

"Dejun dan Nana, siap tidak untuk berumahtangga? Tidak bergantung pada Papa dan Mama lagi?" Tanya Yuta.

"Nana belum siap, Pa." Jawab Jaemin jujur.

"Dejun juga belum tau, Pa, Dejun memang ingin menikah cepat tapi Dejun juga takut belum siap." Jawab Dejun.

"Dejun dan Nana pernah tidak membicarakan perihal pernikahan dengan pasangan kalian?" Tanya Winwin.

"Ya pernah menyinggung sih tapi setelahnya tidak, hanya saja Dejun sebenarnya sedang galau juga, ingin merubah status tunangan diantara Dejun dan Dery, tapi Dejun juga belum siap." Winwin mengangguk kecil, dia mengusap kepala putra sulungnya.

"Nana mau ditunangkan dulu dengan Jeno, menurut Papa dan Mama bagaimana?" Tanya Jaemin.

"Ditunangkan?" Jaemin mengangguk.

"Jeno sepertinya juga terlihat belum siap, apalagi jika diingat bagaimana dulu Jeno dibesarkan, dia yang punya ketakutan paling besar daripada Nana. Dan, Nana sendiri juga merasa belum pantas, ekonomi Nana juga belum stabil, Jeno juga masih dikatakan baru menduduki kursi kepemimpinan." Yuta dan Winwin mengangguk.

"Pa, Ma, lamaran itu Dejun pikirkan dulu ya?" Yuta dan Winwin mengangguk.

"Jangan bilang Papa dan Mama menangis karena ini? Karena Papa dan Mama belum siap untuk pisah dengan kami?" Tanya Jaemin menyelidik.

"Orang tua mana sih yang rela pisah dengan anaknya meski itu untuk membina rumahtangga?" Jaemin memeluk sang Papa yang langsung mengusap dan mencium pucuk kepalanya.

"Kalian itu mau sebesar apapun tetaplah bayi kecil kami, rasanya tak rela saat kalian tumbuh besar dan akan dibawa oleh pria lain, dimana pria itu akan menggantikan tugas Papa dan Mama untuk menjaga, melindungi, menyayangi, mengayomi, dan mencintai kalian." Kedua anaknya menatap Yuta yang matanya berkaca-kaca, sosok tangguh itu terliha rapuh.

"Papa tak pernah rela kalian pergi dari sisi Papa." Gumam Yuta.

"Mama juga mana rela melepaskan kalian, tapi kami tau, ada saat dimana kalian akan pergi dari kami." Ujar Winwin, membuat kakak-adik ganti menatap Winwin.

Melihat kedua orang tuanya, Jaemin memikirkan sesuatu di kepalanya. Dejun jelas akan ikut Dery tinggal bersamanya, entah bersama keluarga Seo atau tinggal terpisah, tapi Jaemin sepertinya tidak akan bisa begitu.

"Pa, Ma," Yuta, Winwin, dan Dejun menatap si bungsu.

"Kalau Nana dilamar, Nana mau mengajukan syarat, Nana mau menikah tapi Nana mau tinggal dengan Papa dan Mama."

Yuta dan Winwin mengerjap, sebelum tawa kecil lolos dari bibir Winwin, "Lihat kan Pa? Sesuai dengan dugaan, si bungsu punya pikiran yang unik."

_OUR BOY 118_

Yuta keesokan harinya, malam hari selepas makan malam bersama keluarga manisnya tepatnya, tengah duduk di sebuah cafe, tempat ia janjian bertemu dengan Johnny dan Jaehyun.

"Kau menunggu lama?" Tanya Johnny yang baru saja tiba.

"Oh tidak, aku baru saja menghabiskan kopi pertamaku dan menunggu kopi kedua." Jawab Yuta sarkas, Johnny tak banyak komentar, sudah kebal sendiri.

"Maaf hyung membuatmu menunggu." Jaehyun datang dengan langkah tergopoh.

"Sana pesan dulu." Yuta menitah keduanya untuk pergi memesan, sedangkan ia sibuk berbalas pesan di chat grup keluarga.

"Jadi, hyung mau bicara apa? Lamaran itu?" Tanya Jaehyun.

"Bagaimana tanggapan Dejun dan Nana?" Tanya Johnny.

"Dejun masih bimbang dan butuh waktu, lalu Nana belum siap menikah, salahkan pola asuhmu dulu pada Jeno, anak itu jadi butuh waktu lama untuk bersiap." Jawab Yuta dengan sindiran fakta di akhir.

"Hyunggg...." Yuta abai akan nada memohon Jaehyun.

"Ah, jadi masih ragu ya Dejunnya." Gumam Johnny.

"Dejun bilang ia sebenarnya ingin mengganti status tunangannya dengan Dery tapi dia disaat yang bersamaan belum siap, jadi dia butuh waktu." Jelas Yuta pada Johnny.

"Ah iya, Jaemin bilang sesuatu, dia mungkin tidak siap menikah tapi untuk jadi tunangan dia mau. Hanya saja ada syarat yang harus dipenuhi." Jaehyun mengernyit mendengarnya.

"Syarat untuk Jeno?" Yuta diam.

"Sebenarnya daripada Jeno, ini syarat untukmu dan Taeyong. Jaemin ingin, jika dia bertunangan dengan Jeno dan memang akan menikah, dia tetap ingin tinggal di kediaman Na. Kalian setuju dengan itu?"

_OUR BOY 118_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang