69- Pendekatan (1)

4.4K 620 42
                                    

2020

Mansion Jung saat ini ramai karena mereka tengah merayakan kecil-kecilan kembalinya Taeyong dari rumah sakit, setelah beberapa bulan menjalani perawatan di sana.

Taeyong duduk di sofa ruang tengah ditemani oleh Jaemin. Yang lain ada sibuk di dapur dan beres-beres.

"Jeno tidak merepotkan sama sekali, Papa senang ada Jeno di rumah, soalnya ada dominan lain yang bisa jadi teman, mommy Taeyong tahu sendiri kan di rumah yang dominan cuma Papa." Taeyong tertawa kecil dan mengangguk.

"Lalu Jeno tidur dimana biasanya kalau di kediaman Na? Tidak di kamarmu kan?" Jaemin menggeleng.

"Dia tidur di kamar tamu, sekarang di rumah hanya ada satu kamar tamu, soalnya kamar tamu satu lagi sudah jadi kamar Jeno. Kalau tidur di kamarku, saat ini mommy sudah gendong cucu dong?" Taeyong mencubit pipi Jaemin gemas.

"Diajari siapa bicara begitu, heh?" Jaemin tidak menjawab dan hanya tertawa.

"Mama bilang begitu, kalau nanti Jeno tidur di kamar Nana, tidak tunggu lama pasti Mama sudah gendong cucu" jawab Jaemin, Taeyong geleng kepala sendiri mendengarnya.

"Kalau di kediaman Na, apa saja kegiatan Jeno?" tanya Taeyong.

"Banyak sih, membantu Papa mengurus perusahaan, kadang menggantikan mama memberi makan ikan di kolam ikan atau menyiram tanaman kesayangan Mama, biasanya merusuh di kamarku dan membuat kasurku berantakan karena rebahannya rusuh sekali, guling kanan, guling kiri, apalagi kalau sedang main game di atas kasur, kasur Nana sudah tidak berbentuk." Jaemin bercerita sembari mendumel jika ingat kelakukan Jeno.

"Tidak jarang kami akan mengerjakan tugas bersama, meski beda fakultas, kami tetap sering belajar bersama, atau kalau semisal hanya ada satu yang sedang mengerjakan tugas, satunya lagi menemani, itu saja sih. Oh iya baru ingat, Jeno belajar memasak akhir-akhir ini denganku dan Mama, dia juga ikut kelas barista, katanya dia mau mendirikan cafénya sendiri. Oh benar, di rumah ada sepeda Jeno, dia suka bersepeda di pagi atau sore hari, selama cuaca tidak mendung." Taeyong dengan tenang mendengarkan semua cerita Jaemin mengenai anak keduanya.

"Kalian pernah bertengkar?" tanya Taeyong.

"Bertengkar yang seperti apa?" tanya Jaemin bingung.

"Ya yang sampai marah besar dan tidak mau bicara berhari-hari." Jaemin diam, mencoba mengingat.

"Oh, pernah, aku kesal karena dia menumpahkan air di macbook baruku, aku mendiamkannya tiga hari. Setelah tiga hari, kami akur lagi dan dia jadi makin hati-hati jika ada di sekitarku." Jawab Jaemin.

"Tidak sampai saling pukul kan?" Jaemin menggeleng.

"Jeno mengatakan dia tidak akan bisa menaikkan nada bicaranya padaku, dia juga tidak akan pernah memukul saat marah padaku, tapi karena kami bersama sudah cukup lama, aku tetap tahu kapan dia marah, kecewa, sedih, dan senang. Dia akan diam saat marah besar, menatap tajam dan datar, kalau aku bicara sesuatu yang menyinggungnya, dia akan langsung diam dan pergi dari sebelahku. Kalau dia sedang marah pada seseorang dia akan memintaku untuk tidak menemuinya selama dua sampai tiga hari, dia bilang takutnya nanti malah aku jadi sasaran kemarahannya." Taeyong tersenyum kecil, dia meraih jemari Jaemin dan mengusapnya.

"Terimakasih sudah mengerti putraku, terimakasih sudah selalu ada di sisinya, terimakasih telah menerimanya, dan terimakasih telah memberinya cinta dan kasih sayang." Jaemin menggeleng.

"Aku benar memberikannya cinta dan kasih sayang, tapi sebagai teman dan pasangan, dia tetap membutuhkan mommy dan daddy. Jadi tolong, setelah ini, tolong perbaiki hubungan kalian, aku tidak bisa melihatnya sedih lagi meski dia tidak pernah mengatakannya." Mohon Jaemin, Taeyong yang mendengar itu mengangguk.

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang