“HA ?! A-p-pa ?”
“Adek ih kaget” Raisa menggeplak paha Oca lalu mengusap-usap telinganya. Oca mengerjap beberapa kali melirik Raisa kemudian menatap abinya lagi.
“Maksud abi gimana nih, Oca gak paham, Oca bukan Siti Nurhaliza ya bi, enak aja !! ” Ucapnya dengan serius tanpa menghiraukan omelan kakaknya. Raisa melotot, apa maksudnya Siti Nurhaliza.
“Siti Nurhaliza ?” Gumam Abi tak paham.
“Ini bukan zamannya Siti Nurhaliza yang di jodohin sama Datuk Maranggi—
Lagi-lagi Raisa menggeplak paha Oca “Sshh.. apaa sih Kak ?!” Sewotnya, sementara Raffi, suami Raisa melipat bibir.
“Siti Nurbaya, dek !” Koreksi Raisa. Umi, dan Abi terkekeh, suasana tegang sekatika mencair.
“Ah bodo amatlah—“ Omel Oca, kemudian melirik abinya lagi “Abi mau ngeprank Oca ya,—“ Oca memicing dengan senyum tersungging ke pada Abinya. Tidak ada angin , tidak ada hujan, tiba-tiba abinya mengatakan kalau dirinya sudah di jodohkan. Tidak mungkin miskah.. apa jangan-jangan perkataan Utet itu benar ?
Ustadz kemarin yang datang, bukan hanya silaturahmi tapi memang sedang mencari istri ke dua ?
Oca bergidik ngeri membayangkannya, Abi nya sungguh tega, menjual tubuh anak nya sendiri untuk aki-aki bangkotan. Pikir Oca.
Abi menghela nafas sebelum menjawab. Beliau sudah paham akan reaksi Oca. Kelakuan Oca memang sangat jauh berbeda dengan kakaknya. Sedikit memalukan.
“Kamu sudah abi jodohkan dengan lelaki pilihan abi” Jelas Final abi.
Uminya hanya menatap nanar Oca, umi paham akan apa yang Oca rasakan namun semua sudah menjadi keputusan suaminya dan tidak akan bisa diganggu gugat.
“Sa-sama siapa abi? Ah ngadi-ngadi nih, Kalo ganteng, masih muda, sholeh. Ganteng lah pokoknya kaya oppa korea Oca mau bi” Sewotnya bercanda tapi berbanding terbalik dengan jantungnya yang deg-degan.
Duarrr ternyata respon Oca sungguh diluar dugaan.
“Tapi kalo gendut, udah tua jelek Oca gak mau!” Serunya lagi.
“Beliau sudah dewasa. Gus Fahri yang kemarin berkunjung ke rumah kita” Sahut abi tenang.
Satu detik, dua detik.. suasana hening, Oca hanya mengerjap lalu berbisik ke pada Raisa “Kak, telinga gue gak ada congek nya kan ?”
Raisa melotot, tapi sedetik kemudian. Duarrr !!
“APA?!” Pekik Oca, membuat Raisa yang ada di sebelahnya kembali kaget, bisa-bisa telinganya budeg.
“Adek ih kebiasaan !!” omel Raisa sambil mengusap-usap telinganya. Dia sudah jengah mendengar teriakan Oca. Bisa-bisa telinganya rusak. Umi dan suami hanya menjadi penonton saja disana.
“Ibu...” Teriak Aidan dari luar. Semua yang disana menengok, ternasuk Oca yang otaknya masih ngelag.
“Sini sayang gendong sama oma” Ajak oma yang langsung disambut oleh pelukan Aidan.
“Idan kaget ate teliak-teliak— ate kesulupan ?” Tanya bocah lima tahun itu.
“Sstttt...” Ucap umi sambil mengelus sayang kepala Aidan, dia berharap Aidan diam tidak merusuh.
“Kenapa Oca sih bi, kenapa gak kak Raisa aja?” Tanyanya memelas. Bahunya merosot rasanya dia seperti tertimpa reruntuhan bangunan yang roboh.
Raisa ternganga mendengar perkataan laknat Oca, sementara Rafi “Uhuk...” suami Raisa yang sedang minum pun tersedak.
“Gila kamu dek, kakak udah nikah” Sembur Raisa.
“Ya maksudnya dulu. Sebelum kakak kenal kak Raffi kek gitu– sombong amat mentang-mentang udah nikah” cibir Oca mendelik.
“Dek !!” tegur Abi.
Oca menghela nafas nelangsa, gusti.. nano-nano banget idup “Si agus itu kan udah tua mana ada jambangnya lagi. Astagfirulah abi.. ” tutur Oca frustasi, rambutnya bahkan sudah di acak-acak, semua orang melotot bisa-bisanya disaat sedang serius ini namun masih berpikiran sama jambang.
“Suruh cukur aja dek, banyak gilate di warung” ledek Raisa.
“Hahaha” abi akhirnya tertawa, dan Umi geleng-geleng. Hanya Raffi yang masih diam seribu bahasa.
“Lagian, kebiasaan banget, ngubah-ubah nama orang seenaknya, namanya Fahri. Gus itu nama panggilan untuk anak kiayi.” Jelas Raisa.
“Bodo amat” gumamnya. Lagian kasian juga, seorang ustadz padat istri modelan knalpot rombeng begini, kasian amat lo guuus, batinnya memelas.
“Kalau gak ada jambangnya gimana?” Goda umi yang sedari tadi hanya menyimak percakapan antara ayah dan anak nya itu.
“Mi” Ucap Oca memelas... “Dia sama Oca tuh... arrrgh..” Ucapnya sambil menggaruk-garuk kepala denga kedua tangannya.
“Lambut ate udah milip singa” Komentar Aidan. Dan hanya di balas delikan tajam oleh Oca.
“Oca masih sekolah ya ampun mi, terus Yang ada nanti keliatan kaya bukan suami istri tapi ayah dan anak mi” Oca masih merayu abi dan Umi nya agar kembali mempertimbangkan rencana perjodohan tai kucing ini.
Abi hanya geleng-geleng melihat respon anaknya yang seperti itu.
“InsaAllah beliau imam yang cocok untuk kamu. Dan kalau kamu menikah dengan Gus Fahri silaturahmi kita akan semakin terjalin, keluarga beliau sangat baik sekali dengan keluarga kita”
“Bi.. silaturahmi abi sama keluarga pak ustadz masih bisa terjalin kok tanpa harus ada acara jodoh-jodohan segala” Oca masih berneģo dengan abinya.
“Gak Oca gak mau abi pleasee” Ucap Oca dengan tangan yang mengatup sambil memohon.
Umi kasihan melihat itu, tidak tega sebenarnya.
“Anak gadis abi sudah besar ternyata sebentar lagi mau nikah” namun jawaban dari abinya justru membuatnya semakin gondok.
“Oca masih sekolah bi, kalo abi mau calon Oca seorang ustadz, biar Oca suruh ngaji sama ustadz Mualana” lesunya lagi.
Raisa dan Raffi melipat bibirnya melihat Oca yang frustasi, namun dalam hati mereka merasa iba.
“Nanti kalau kamu sudah menikah kamu bisa pindah sekolah , dan sekolah ditempat Abah Umar” sontak ucapan itu membuat kedua bola matanya melotot.
Bisa-bisanya dengan lantang abi bilang gitu. Mau ngusir gue secara halus apa gimane nih!
“A-abi mau ngusir Oca?” Tanyanya parau dan mata yang berkaca-kaca.
Melihat itu Raisa langsung merangkul adiknya membawa kepelukannya. Abi hanya menghela nafas dan memijit pelipisnya sungguh anaknya ini.
“Kalau sudah menikah kan istri harus ikut suami nak. Tapi kalian nanti bicarakan berdua gimana baiknya kalau kamu memang mau sekolah disini tapi mungkin dengan status pernikahan yang di sembunyikan. Tapi mau gak mau kamu nanti ikut Gus Fahri karena pekerjaan beliau kan di sana” Tutur abi.
“Jadi ini serius Oca bakal nikah sama kawanan eyang subur ?” Oca sudah begitu frustasi. Wajahnya di tutup dengan kedua telapak tangannya. Raisa mengelus-elus punggung Oca.
“Husss, kamu ini omongannya dijaga, beliau sekitar tiga puluh tahunan, belum kakek-kakek” peringat umi, masa gus Fahri yang masih muda di samakan oleh kawanan eyang Subur.
“Tapi tetep aja Oca aja masih SMA, tujuh belas tahun.. astagfirullah ya Allah.. Allahu Akbar.. nasibku ya Allah” Ucapnya mendramatisir.
Mereka yang disana hanya menatap Oca iba, tapi sesekali terkekeh mendengar omongan ceplas ceplos yaang keluar dari mulut Oca. Namun bagaimanapun nakalnya Oca dia tidak akan menolak apa yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tuanya. Dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya untuk kedua kali.
---0o0---
Bagaimana part ini ?
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza