43

56.4K 4.3K 479
                                    

Oca terlelap dengan mata yang sedikit bengkak, Fahri membuka pintu kamar. Menghembuskan nafas lega setelah melihat istrinya yang tidur meringkuk dipinggir ranjang.

Tangannya masih menggenggam gagang pintu, mata Fahri kemudian menyapu seluruh ruangan yang terlihat bak kapal pecah.

Oca melempar seluruh barang yang ada didalam kamar, Fahri mendongak keatas menutup matanya. Selama lima bulan pernikahan, baru kali ini ia melihat Oca yang benar-benar mengamuk.

Fahri membereskan beberapa barang yang dilempar oleh Oca, meletakannya kembali ke tempat semula.

Drrrtttt... drrrtttr

Ponsel Oca yang ada diatas meja bergetar, terlihat nama Raisa yang menghubungi istrinya. Fahri menimang sejenak, akhirnya ia menjawab telpon Raisa di panggilan kedua kali.

"Hallo..Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam gus.. Oca kemana?" Riasa terdengar sedikit panik, apakah istrinya sudah cerita tentang permasalahannya.

"Dek Oca sedang tidur, ada apa ya Kak? Biar nanti saya sampaikan"

"Emm... gini gus, apa kalian ada masalah ? Emm maaf-maaf sebelum nya, bukannya saya ingin ikut campur. Saya hanya khawatir aja sama Oca, dia tadi nangis-nangis minta di jemput" Jelas Raisa.

Fahri menghembuskan nafas, memejamkan mata dan sebelah tangannya ia gunakan untuk memijit pelipisnya yang terasa pening. Oh haruskah Oca memberitahu keluarganya tentang permasalahan dipernikahannya, ingin menyalahkan istrinya tapi Fahri kembali sadar akan usia Oca yang masih labil. Ia harus bisa menerimanya.

"Dek Oca hanya salah paham saja, saya sudah coba ingin jelaskan tapi selalu menolak. Tapi insaAllah saya masih bisa menangani nya,"

Terdengar Raisa yang menghembuskan nafas lega.

"Syukurlah gus, semoga kalian bisa menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Oca memang agak sedikit keras gus, harus dikasih tau pelan-pelan, kalau semakin dikerasin dia bakal semakin menjadi-jadi gus"

"InsaAllah, doakan semuanya baik-baik saja. Hmm saya harap umi dan Abi ndak tahu masalah ini"

Sungguh Fahri tidak ingin sampai mertuanya mengetahui kesalah pahaman ini cukup Raisa. Ia khawatir tentang kesehatan abinya Oca.

"Nggak gus, tenang aja. Umi dan abi sepertinya nggak tau. Ya udah gus kalo gitu, saya titip adek saya ya gus. Saya sebagai kakak Oca, minta maaf jika ada kelakuan Oca yang bikin gus Fahri nggak senang. Semoga bisa cepet selesai permasalahannya"

"Aamiin, terima kasih"

"Sama-sama gus. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warrahmatullah"

Fahri menjauhkan ponsel dari telinganya kemudian ia meletakannya diatas meja seperti semula.

Dia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sudah lengket. Ketika punggung tangannya menyentuh air, ia merasa sedikit perih dan ternyaya disan terdapat bekas cakaran kuku Oca yang menggores punggung tangannya.

Fahri tersenyum sendu dan menggeleng.

"Bringas sekali kamu dek" gumamnya.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan merasa sedikit lebih segar, ia menghampiri Oca yang posisi tidur nya sudah berubah bar-bar.

Fahri menatap wajah Oca yang sangat kusut, hidung memerah dan mata bengkak.

"Saya sayang sama kamu" Ucap Fahri tersenyum seraya mengelus pipi Oca.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang