Oca masih terkapar diatas tempat tidur, sementara Fahri sedang mengotak-atik ponsel diatas tempat tidur untuk menghubungi Pak Wir.
Setelah berbicara beberapa saat lewat telpon, Fahri pun meletakan kembali ponselnya diatas ranjang.
"Masih lama gak katanya pak Wiranto itu mati lampunya?"
Fahri mengangkat kepalanya "Pak Wiranto siapa?"
"Ck.. yang mas telpon barusan Wir..Wir itu" Decak Oca.
"Oh pak Wir, bukan Wiranto. Sepertinya lama banyak pohon tumbang diJalan desa. Ada gardu juga yang meledak katanya"
Oca geleng-geleng "Ternyata bukan cuma penyakit aja yang komplikasi, listrik pun mati karna komplikasi ya mas"
Fahri yang malas berdebat pun hanya mengangguk saja "Iya sayang, saya mau kedapur ambil minum"
Oca sontak bangkit dari tempat tidur "Ikut!!!"
Fahri lalu memadang Oca "Ya pakai baju nya sama kerudung nya, masa mau begitu keluar"
"Ckkk iya! Ini lagi cari baju nya, tadi di lempar kemana sih, segala pake lempar-lempar dah kek main lempar lembing aja" Gerutu Oca seraya menengokan kepalanya keriri kanan dan tangannya membuka segala bantal, selimut yang berantakan.
Setelah dirasa rapi, memakai gamis tidur panjangnya dan hijab instan, Oca menggandeng lagi tangan Fahri menuju dapur.
Fahri yang digandeng pun merasa berbunga-bunga diperlakukan begitu oleh istri sholehotnya, kapan lagi nyai ronggeng bisa manja seperti ini, yang ada hanya melakukan konser tunggal bak hanoman.
Oca yang tingginya hanya sepundak Fahri, kini malah menggigit-gigiti gemas lengan Fahri seraya berjalan.
"Dek!!" Peringat Fahri karena merasa geli akibat gigitan Oca, berbarengan dengan Arum yang baru keluar dari kamar.
"Mas..." panggil Arum kala melihat Fahri berjalan, tidak tahukah disebelah Fahri ada nyai ronggeng yang seperti kutu tengah menggelayuti rambut.
Oca menyembulkan kepalanya kesamping dan menyengir kepada Arum "mbak Arum.."
"Lho.. mbak Oca, tak kira cuma mas Fahri saja yang lagi jalan"
"Bagas sudah pulang nduk?" Tanya Fahri.
"Sudah mas, lagi istirahat. Ini kok lama sekali ya mati lampunya?"
"Oh itu, katanya banyak pohon tumbang dijalan desa nduk, jadi kemungkinan memerlukan waktu untuk perbaikan"
Arum mengangguk-angguk paham "Ini pada mau kemana mas dan mbak Oca? Romantis sekali" Goda Arum seraya terkekeh.
Fahri berdehem canggung dan Oca si manusia reog itu hanya menyengir "Mau ke dapur mba, kalo gak di intilin kaya gini bahaya lho mba, ntar digoda si mumun, mana gelap-gelapan begini.. hati-hati lho mba mas Bagas"
Fahri sontak menyentil kening Oca "Bilang saja tidak berani dikamar sendiri kamu"
"Hahaha.. mbak Oca ada-ada aja" Ucap Arum setelah mendengar jawaban random iparnya seraya geleng-geleng.
****
Arum, Oca dan Fahri kini sedang didapur, Arum akan membuat susu untuk Kia.
Dari luar terdengar suara gaduh pria dan wanita, membuat ketiga orang itu mengeryit heran.
"Opo tuh mas?" Tanya Arum yang tangannya sedang memegang dot yang masih kosong.
"Assalamualaikum abah... umah.." suara gaduh semakin terdengar.
Fahri mengeryit heran.
"Ada tawuran mas!!!" Pekik Oca membuat keduanya menatap aneh.
Tanpa menjawab, Fahri berjalan menuju pintu utama untuk membuka pintu, karena dari tadi gedoran semakin terdengar kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza