88

48.1K 4.2K 518
                                    

"Sakit mata nak Alya?" Tanya ulang umah sambil menunduk memperhatikan Alya.

Alyadut? Batin Oca. Perasaan tadi penampilannya masih normal, kenapa sekarang berubah jadi siluman capung seperti itu.

"Pptttt.." Oca menutup mulutnya dan kembali berlari ke dekat kamar mandi. Arum kembali panik dan menyusul kakak iparnya.

Alya tersenyum miris dari balik cadarnya. Umah Sifa begitu lembut memperlakukannya. Seandainyaa.. seandainya, lagi-lagi seandainya dulu dia tidak menikah dengan Wandi, tapi nasi sudah menjadi bubur. Dan waktu yang tidak akan bisa ia rubah. Semuanya sudah terlambat.

"Kalau sakit, ndak usah dipaksa. Istirahat saja nggeh" Lanjut umah lagi dengan memegang lengan atas Alya.

Saat akan menjawab, ustadzah Hawa terlebih dulu menyela.

"Mmm, bukan umah. Ini, emm.. Ning Oca, itu.. emm suka mual kalau lihat wajah ustadzah Alya" Ucap ustadzah Hawa tidak enak lalu melirik Alya.

"Ya Allah.." Umah terkejut mendengar penuturan salah satu pengajar dipesantrennya.

Bisa-bisanya menantunya mual ketika melihat wajah cantik teman anak bungsunya.

Umah lalu terkekeh pelan "Mungkin karena wajah nya nak Alya cantik nggeh" Ustazah Hawa tersenyum melirik Alya.

****

Bruk!!! Tubuh lemas Oca bersandar di dinding. Mulutnya sudah tidak kuat menahawan tawa.

"Hahahhaaaa... titisan capung emang hahhaha" Oca terbahak dengan tubuh terasa yang lemas.

"Ya Allah mbak, kenapa?" Arum yang memgikuti Oca panik bukan main, ia kira kakak iparnya kembali akan muntah.

"Mba Arum... hahaha Oca mau ngompoool gak kuat" Ucapnya disela tawanya dengab tangan memgang bagian bawah perut.

Oca buru-buru masuk kembali kedalam kamar mandi, meninggalkan Arum dengan wajah yang tidak bisa dibaca.

Taklama Oca kembali keluar, dia mengusap ujung matanya yang terlihat mengeluarkan air mata.

"Mba Arum nungguin Oca?" Tanyanya melihat Arum yang masih berdiri didekat pintu, merepotkan sekali dirimu Ca.

"Iya, mbak Oca gak papa?"

Oca menggeleng menyengir "Nggak, lucu aja liat Ustazah Alya" Dia mengusap-usap perutnya yang masih rata. Arum tersenyum melihat itu lalu terkekeh pelan.

"Iya, mbak Oca gak papa kalau ada Alya? Kalau keberatan, kita pulang saja"

Oca menggeleng "Nggak mba, selama dia gak kembali genit ke mas Fahri atau ngadu-ngadu lagi, Oca mah gak papa"

Lagian heran gue, masih aja ngajar disini..

"Bener mbak?" Tanya Arum memastikan.

"Iya, tapi mba Arum hati-hati lho, temen begitu biasanya menusuk dari belakang. Ada lho mba, waktu itu mochi juga ditikung sama Imas, kasian banget Mochi, bapak gak tanggung jawab kepincut jande buluk"

"Pokonya mba Arum kudu hati-hati" Lanjut Kompor beledug Oca memprovokasi.

"Mochi teman mba Oca?"

"Bukan mba, kucing Oca, udah hamil sama si steven kucing tetangga, eh ditinggal malah pacaran sama si Imas, kucing buluk yang gak jelas asal usulnya"

Mata Arum membelalak dan mulut terbuka, ia kira mochi adalah manusia, hingga dia mendegarkan dengan serius saja dari tadi.

Kemudian Arum tertawa "Mbak Oca ada-ada saja. Ayo mbak, ke dalam lagi"

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang