WYG❤1

48K 4K 461
                                    

"Sudah malam begini kok mas Fahri belum pulang ?" Gumamnya seraya mondar mandir menunggu kepulangan suaminya yang hampir jam dua belas malam belum pulang juga.

Ting !

Satu notifikasi ponselnya berbunyi, dia membukanya. Terpampang di sana, pemberitahuan pembayaran sebuah kamar hotel.

Deg!

"Kamar hotel ?" Tanyanya lalu geleng-geleng, mengenyahkan berbagai asumsi liar yang menyerang pikirannya.

"Gak mungkin- gak mungkin, mas Fahri seperti itu ?" Dia berbicara sendiri dengan tubuh yang lemas dan jantung yang berdetak.

"Gak mungkin, mas Fahri sayang banget, gak mungkin dia begitu" tubuhnya langsung ambruk di atas tempat tidur, di usapnya perut yang sudah membuncit itu.

Tanpa menunggu waktu, dia mengambil kunci mobil dan langsung menancap gas menuju hotel yang ada di notifikasinya.

Dia langsung menuju kamar no 205 di lantai 2. Selama di dalam lift jantungnya terus berpacu.

Hingga kakinya membawanya berdiri tepat di sebuah kamar yang di maksud. Dia menekan bel agak lama.

"Ya, cari siapa ?" Seorang perempuan membuka pintu dengan hanya memakai handuk kimono putih.

"Siapa sayang ?" Tanya seorang laki-laki dari dalam kamar hotel.

Deg ! Kakinya lemas, itu benar suara mas Fahri suaminya.

"Hello.. cari siapa ?!" Tanya perempuan itu lagi seraya melambaikan sebelah tangan.

"Siapa--- Sayang?" Fahri berdiri kaku di belakang tubuh wanita yang hanya memakai handuk kimono itu.

"Jahattt.... jahaaat lo Fahri, istri lo lagi bunting juga hikssss " Oca melempar tisu ke sembarang arah, emosinya meledak.

"Cowok kurang ajar lo Fahri.. hikssss"

"Sayang,. Kenapa ?"

"Jahat !!! Si Fahri jahat, itu bininya lagi bunting dia malah selingkuh hikss"

Fahri geleng-geleng, lalu duduk di sebelah Oca.

"Makanya, jangan nonton sinetron itu terus"

Oca langsung memeluk tubuh Fahri dengan masih berurai air mata "Namanya sama, Oca kan jadi somasi takut mas kaya gitu juga hikss.. mana sama Oca lagi hamil juga"

Fahri terkekeh dan mengusap-usap punggung Oca. "Biasanya juga nonton itu, yang botak-botak kembar itu"

"Boseeen, gak numbuh-numbuh rambutnya hiksss.. itu lagi bininya malah nangis, bukannya gampar kek elaaah emosi kan Oca hiksss"

Fahri tertawa pelan memeluk Oca "Sudah, pindah saja cannel nya ya ?"

Oca menggeleng "Gak mau, greget Oca, pengen tau" jawabya, tangan kanannya kembali mencomot kuaci yang dia simpan di atas pangkuannya.

Setelah giginya berhasil membuka isi kuaci, Oca membuang cangkang itu ke dalam saku baju koko Fahri yang ada di hadapannya. Hingga tak terasa kantong baju koko Fahri sudah hampir penuh dengan isi cangkang kuaci.

"Mas..."

"Hmmm..."

Oca mendongak menatap wajah Fahri, suaminya semakin hari terlihat semakin ganteng, rambut dan jambang yang selalu tercukur rapi, badan yang selalu harum serta tubuh yang semakin terlihat gagah.

"Sudah di minum belum susunya?" Tanya Fahri.

"Udah" Oca jadi teringat, Fahri selalu memperhatikannya, tapi kenapa dia tidak pernah menanyakan bayinya kalau tidak di mulai Oca.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang