"Wis krungu gosip mas?" Tanya Abah Umar yang duduk disebelah Fahri.
Fahri mengeryitkan keningnya heran, tak paham dengan pembicaraan Abah "Mboten, gosip opo Bah?"
Abah menghela nafas lalu menepuk paha Fahri. "Sampean diisukan sebagai calon suaminya Ustadzah Alya"
Fahri tersentak kaget, ini apalagi pikirnya. Ia lalu memijit pelipisnya karena lelah "Siapa yang menyebarkan berita seperti itu bah?"
Abah tertawa pelan lalu menggeleng "Abah ndak tahu, Umah sudah ngamuk dari pagi"
Fahri tercengang, menatap Abah Umar "Umah tahu?"
Abah mengangguk.
Fahri menghela nafas "Ya Allah.. ada-ada saja" kepalanya semakin pening, tiba-tiba pikiran nya tertuju akan Oca, tidak boleh sampai Oca kembali mengamuk, sudah kena mental Fahri akan amukan istrinya.
Abah lalu berkata dengan serius "Segera adakan resepsi mas, biar ndak banyak orang yang semakin salah paham. Umah takut sampai terdengar istrimu"
Fahri memejamkan mata, ia sampai lupa belum melakukan resepsi.
"Nggeh bah, nanti saya mengobrol dengan dek Oca"Abah mengangguk "Tadi Umahmu wis nangis, ndak mau nambah mantu katanya" Ujar Abah Umar seraya tertawa.
Fahri mengulas senyum "InsaAllah, ndak akan nambah bah, dek Oca saja sudah cukup rasanya"
*****
Sementara Alya berlari menuju ruangan para pengajar, menoleh kebelakang, Oca ternyata masih mengikutinya.
"Ustadzah Alya kenapa? Ada apa lari-lari?"
Alya tersentak tatkala mendengar seruan dari salah satu Ustadzah disana.
Menggeleng kaku "O-oh tidak ada apa-apa ustadzah," jantungnya masig berpacu antara kaget, takut dan cape menjadi satu. Nafasnya masih ngos-ngosan tak beraturan.
"Sampai ndak ucap salam loh, ustadzah Alya ini, beneran tidak kenapa-napa?" Tanyanya dengan raut khawatir melihat air muka Alya yang terlihat pucat.
Alya pun tersenyum kaku "Astagfirullah lupa" Kekehnya dan ia pun mengucapkan salam.
Matanya terus menelisik ke luar, disana terlihat Oca yang sedang duduk santai menunggunya dengan masih memangku seekor anak kucing.
Berbeda dengan Alya yang tengah ketakutan, Oca sang tersangka malah asyik nongkrong di sebuah bangku didepan ruang para pengajar.
"Lumayan dapet partner olahraga pagi-pagi ya kan ciiing" Oca terkikik dan bertanya kepada kucing yang masih ada dipangkuannya.
"Tapi gak sopan ah tuh si mumun, masa gue gak ditawarin masuk, suruh nunggu diluar gini sih muuun..." gerutu Oca.
Oca pun akan sabar menanti sampai Alya kembali keluar,. Rasanya ia belum puas jika Alya belum kena mental. Bahkan sampai sekarang pun ia tidak mendengar kata maaf dari sekualrga SALEH.
Oca masih standby duduk dibangku itu menanti kedatangan sang target seraya mengajak kucing itu bicara sambil di elus-elus sayang bulunya.
Segelintir santri yang lewat pun terdengar berbisik-bisik sambil melirik kearah Oca.
"Sssttt.. jangan didenger ya cing.. fokus target kita aja sekarang mah si mumun.. okey ciiiing..." Sahut Oca kepada anak kucing itu.
"Meooong...."
Karena pegal, Alya tak kunjung keluar. Oca pun melangkahkan kakinya untuk berjalan-jalan sebentar.
Dan tak tahu kan Oca didalam ruangan itu, Alya begitu gelisah. Ia hendak pulang, namun urung karena masih melihat Oca yang duduk anteng dibangku depan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza