74

47K 4.9K 1.2K
                                    

"Walah, sudah hampir magrib, kok keluarga ndalem pada pergi rombongan begitu" Ucap salah satu orang yang tadi berpapasan.

"Nggeh, itu gus Fahri kok juga ndak bonceng istrinya, Ning nya malah dibonceng orang seram begitu.. seperti bukan dari keluarga Pondok" kekeh salah satunya. Memang yang tukang ojek yang membonceng Oca bertubuh tambun, serta wajah agak sangar.

Kedua pria itu sedang berada diwarung kopi pinggir jalan. Mereka tadi berpapasan dengan rombongan Fahri.

Allahu Akbar..

Allahu Akbar..

Suara adzan magrib telah berkumandang, Fahri, Bagas dan lainnya masih membawa motornya menyusuri setiap jalan yang bisa saja dilewati Oca.

"Dek.. ini sudah magrib, sebenarnya kita ini mau kemana. Dari tadi saya di bawa muter-muter, ikutin ketiga motor didepan. Memang ketiga motor itu siapa dek?!" Kesal tukang ojek. Dirinya belum mandi, mana lapar, sepertinya niat menolong anak ini adalah petaka.

"Ikutin aja Pak.. " Jawab Oca seadanya.

Rempong amatt..

Tinggal ngikutin aja! Gue juga bayar !!

"Nggeh, kenapa ndak dipanggil saja? Memang mau kemana mereka?"

"Saya juga gak tau Pak, udah Pak sstttt jangan teriak-teriak tanyanya, pelan-pelan bawa motornya!"

Tukang ojeng hanya menggeleng kepala saja "piye to..."

****

Umah, bude Lasmi dan beberapa rewang serta Ustadzah Hawa sedang menunggu dengan khawatir diruang tamu.

Umah tak henti merapalkan do'a untuk menantu reognya. Punggung ringkihnya terus diusap oleh ustadzah Hawa.

"Minum dulu umah" Ustadzah Hawa menyodorkan segelas air putih kepada Umah Sifa.

"Terima kasih" jawab Umah dan Ustadzah Sifa mengangguk.

Dari kamar terdengar suara tangisan Kia yang begitu kencang.

"Mbok, tolong ambil Kia nggeh" Perintah Bude Lasmi kepada salah satu rewang disana.

"Sudah ada kabar dari Arum ?" Tanya Umah.

Bude Lasmi yang sedang membuka ponselnya, mengangkat kepala menatap Umah iba, lalu menggeleng.

"Ndak ada.. Arum bilang belum ketemu sama Dek Oca. Tolong katanya minta dibantu do'a nanti selepas shalat" Ucap Bude Lasmi dengan menatap layar ponsel, membaca pesan dari Arum.

Tubuh Umah semakin lemas "Ya Allah... nduk....." Lirihnya dengan punggung sedikit bergetar. Usatdzah Hawa terus mengelus untuk menenangkan Umah.

"Tenang enggeh umah, semoga Ning Oca ndak kenapa-kenapa. Dan Ada didalam lindungan Allah swt"

"Aamiin" semuanya yang disana mengaminkan do'a Ustadzah Hawa.

*****

Arum dari tadi terus menengok kebelakang, saat merasa tak nyaman ketika melihat seorang lelaki berwajah sangar serta bertubuh besar.

"Mas... dari tadi kok kita seperti di ikutin sama orang itu" Bisik Arum kepada Bagas. Arum berbicara sepelan mungkin meski hanya terdengar sayup-sayup oleh Bagas karena terhempas suara angin.

"Yang mana mi?" Tanya Bagas. Ia melirik spion. Memang dibelakang ustadz Faqih ada sebuah motor yang ditumpangi oleh pria bertubuh besar, sehingga tubuh Oca yang kecil seperti tertelan tak terlihat.

"Siapa ya mi? Apa kita berhenti saja?" Tanya Bagas.

Tangan Arum makin mencengkram pinggang Bagas. Dia memikirkan Fahri, emosinya sedang tidak terkontrol takut memperparah keadaan.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang