100

50.4K 4.6K 630
                                    

Oca menatap kertas HVS yang ada tanda tangan mamang tukang kebun Bu Rita. Dia mendesah kecewa lalu melirik mamang itu.

"Apa lagi de ya ampun?" Tanya umi. Sungguh ya uminya sudah merasa tak enak tengah malam merepotkan keluarga bu Rita.

"Tapi ini mi, tanda tangannya masa gak lurus garisnya ini" Oca memperlihatkan tanda tangan itu "Kaya detak jantung di layar monitor ICU"

Umi dan abi tercengang, bahkan bu Rita pun sudah tak terbaca ekpresinya.

"Anu itu, mamang kan tangannya gemeter neng" Jelas mamang.

"De" Umi menepuk tangan Oca.

"Ganti lagi, mang tanda tangan ulang" Perintah Bu Rita dengan senyum geli.

Setelah mendapat tanda tangan yang sempurna, Oca dan keluarga nya kembali ke rumahnya. Abi tak hentinya memohon maaf kepada bu Rita dan mamang.

"Kamu mau di pake buat apa itu tanda tangan ?" Celetuk umi saat sudah masuk ke dalam rumah.

"Ada-ada aja de" Lanjut umi, membuat Oca melirik sinis seraya bendecak. Ia bergegas pergi menuju ke kemarnya.

"Hahaha, Raisa perasaan dulu ngidam Aidak nggak begitu ya mi" Sahut abi dan di angguki oleh umi.

****

Berbeda dengan Oca yang kegirangan mendapat tanda tangan, Fahri justru tengah terisak di atas sejadah. Dia tidak bisa tidur.

Dia rindu dengan istrinya, rindu kelakuan istrinya, rindu mendekap hangat tubuh istrinya.

Fahri terus menghubungi Oca namun tidak ada yang di jawab oleh Oca. Walau begitu tidak menyurutkan semangatnya untuk mengirimi pesan kepada istrinya dengan kata-kata rindu.

Bahkan, hari itu, Fahri hanya mengisi perutnya saat berada di rumah abi karena tak enak.

"Mas rindu sayang.. mas rindu" lirih nya parau di sela tangisnya.

Keesokan harinya, keadaan Fahri sungguh memperihatinkan, lingkaran hitam di bawah mata begitu terlihat, bibir dan wajah nampak pucat.

"Pak Fahri sakit ?" Tanya Pak Ari melihat Fahri yang hanya duduk diam dengan terus menatap layar ponsel yang menampilkan foto cantik Oca.

"Pak" ulang pak Ari. Fahri tersentak kaget.

"Ah, iya pak kenapa?"

"Pak Fahri sakit ?"

"Oh ndak, cuma tidak enak badan saja" elak Fahri. Pak Ari hanya mengangguk paham mendengar jawaban Fahri.

"Ini Pak kopinya" seorang wanita menyerahkan secangkir kopi hitam kehadapan Fahri.

Fahri tersenyum kecil mengangguk "Terima kasih"

Dia mengambil cangkir kopi itu untuk dia minum, hanya air dan kopi yang masuk ke perutnya.

Sepulangnya dari kampus, Fahri menuju ke ndalem karena di hubungi Arum, dia di suruh pulang kesana oleh umah.

Saat keluar mobil, bertepatan dengan Alya yang baru keluar dari ndalem. Fahri hanya melewati begitu saja, tanpa melirik walau sekilas saja. Sementara Alya juga hanya menunduk.

"Mas" Panggil umah melihat Fahri masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum umah" Fahri menyalami tangan keriput umahnya.

"Waalaikumsalam" Umah mengelus kepala anaknya.

"Sudah makan mas?"

"Sudah" Jawab Fahri, padahal dari kemarin dia belum menyuapkan nasi ke mulutnya.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang