60

58.1K 4.6K 440
                                    

"Bunda kok ndak buka pintu utiii?" Rengek Abrar kepada bunda Naya.

Bunda Naya bergeming, menatap sendu cucunya "Bunda lagi ganti baju nak,"

Deru suara mobil berhenti terdengar, keduanya menoleh dan bunda Naya mengerutkan kening.

"Utiiii capa?"

Bunda Naya melirik sekilas lalu melengokan lagi kepalanya kedepan, "Sebentar ya, uti lihat dulu nggeh" Ucap Bunda Naya lalu berjalan hingga sampai di dekat pintu utama.

Sebuah mobil berwarna Silver berhenti tepat dihalaman rumah bunda Naya,. Bunda Naya menatap lurus tanpa berkedip.

Siapa? Apa gus Fahri ? Batinnya.

Abrar sudah berdiri disamping bunda Naya, untuk ikut melihat karena penasaran.

Seorang lelaki keluar dari dalam mobil ditemani seorang anak perempuan berusia sekitar delapan tahun dan seorang anak laki-laki usia empat tahun dalam gendongan lelaki itu.

Wandi ?

Bunda Naya lalu menunduk, menatap Abrar lalu tersenyum tipis.

"Tuh ada abi.." Tunjuk bunda Naya kepada Abrar.

Bunda Naya pun kedepan untuk menyambut mantan suami Alya. Meskipun sudah menjadi mantan menantu,namun bunda Naya tidak melunturkan ikatan kekeluargaannya dengan keluarga Wandi, karena bagaimana pun, Wandi adalah ayah kandung Abrar dan karena Wandi juga perekonomian keluarganya dulu lebih dari tercukupi.

"Assalamualaikum bun.."

Senyum bunda Naya luntur saat melihat Shakel memeluk leher Wandi. Ada rasa cemburu saat melihat Shakel yang bisa bermanja dengan ayahnya sementara Abrar harus berjauhan.

"Waalaikumsalam"

"Abiiii...." Teriak Abrar seraya melompat-lompat girang.

Wandi tersenyum senang kala melihat putaranya tumbuh dengan sempurna.

"Jagoan abi..." Ucap Wandi mengelus puncak kepala Abrar.

Wandi dan Fisya lalu menyalami tangan bunda Naya.

"Masuk Wan.." bunda Naya mempersilahkan masuk.

"De Abrar... makin gendut ih" Ucap Fisya seraya mencubit kedua pipi bulat Abrar.

Sementara Shakel hanya memandang Abrar, dan masih memeluk leher ayahnya.

"Shakel salim dulu sama abang Abrar" Perintah Wandi lalu dituruti oleh Shakel.

Bunda Naya pun hanya menatap datar interaksi antara ayah dan anak itu "Silahkan duduk dulu, bunda buatin minum dulu" Ucap Bunda Naya.

"Tidak usah repot-repot bun, saya kesini tidak lama kok" cegah Wandi.

Meskipun begitu, bunda Naya tetap berlalu untuk membuatkan minum.

"Abii..abi... mainan nya mana?"

Fisya lalu menyodorkan sebuah papper bag kepada Abrar "Nih... ini kak Fisya lho yang pilihin, pasti de Abrar suka"

Abrar membuka papper bag itu, berbarengan dengan Alya yang menghampiri.

"Bang Wandi ?"

Wandi dan Fisya mendongak lalu tersenyum. "Al, sehat ?"

Alya tersenyum dan mengangguk "Alhamdulillah, mbak Hana tidak ikut?"

"Umi lagi ada acara di rumah eyang, tante" Sahut Fisya. Fisya hanya memangil Alya dengan sebutan tante tidak memanggil bunda seperti Abrar.

"Abi...abiii.... Ablal punya Ayah lho" Celetukan Abrar, membuat tubuh Alya menegang dan Wandi lalu melirik Alya.

"Ayah?" Ulang Wandi lalu di angguki oleh Abrar.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang