18

65.5K 4.4K 102
                                    

Hari berganti hari, sampai tibalah waktunya Fahri kembali ke Surabaya. Melaksanakan tugasnya sebagai seorang dosen, seorang gus, dan menjalankan kewajibannya mencari nafkah untuk sang istri.

Fahri dan Oca malam ini sedang berada dikamar, Oca bersandar pada kepala ranjang sambil memainkan ponsel yang baru dibelikan Fahri, sementara sang kepala rumah tangga sedang sibuk berkemas.

Oca sekali-kali mencuri pandang ke arah Fahri, tangan besar yang selalu mendekapnya tiap malam kini tengah melipat beberapa pakaian yang kemudian dia tata kedalam koper.

"Besok jam berapa gus?" Tanya Oca basa-basi.

"Jam 10 pagi" Jawab Fahri tanpa melihat kearah Oca.

Oca mengangguk tanpa diketahui Fahri Oca mengulum senyum penuh kemenangan.

YES!!! Batinyya bersorak girang.

Kebersamaan yang tercipta dengan berbagai hal yang mereka lakukan berdua selama seminggu lebih ini pun belum juga berhasil meluluhkan Oca sepenuhnya.

Selesai, koper sudah tertutup rapi. Fahri bangkit berjalan ke arah Oca kemudian duduk di depannya memandang lamat wajah istrinya yang pasti akan dia rindukan.

"Saya pasti akan rindu sama kamu"

Oca mengangkat kepalanya, menaikkan sebeleh alisnya.

"O-oh kan ada handphone gus, zaman udah canggih tinggal telpon aja"

Lebay amat!

Fahri merengut kemhudian menyusupkan kepalanya di ceruk leher Oca."Jangan panggil saya gus terus dong dek!"

"Hahaha geli gus" Oca mendorong pundak kekar Fahri.

"Eheem? Mau dipanggil apa emangnya? Mas?"

Fahri berpikir sejenak "Mas ya.. hmm bagus tapi saya pengen panggilan special dari kamu"

OH MY GOD!
ORANG TUA BANYAK MAU YA!

"Ya apa?!"

Astagfirullah sabar..sabar...

"Menurut adek apa yang bagus buat mas?"

Ya mana gue tau!
Lo mah cocoknya dipanggil embah!

Oca mengedikan bahunya malas "Oca gak tau terserah gus aja!"

"Ayah gak apa-apa kan? Saya ingin sekali dipanggil ayah sama kamu dan anak-anak kita nanti"

AYAH?!
Gilaa kalo si Utet tau gue bisa diketawain nih wkwkk

"Masih jauh kali gus,.." Oca tersenyum samar.

Fahri terdiam sejenak, memandang penuh damba wajah istrinya, kemdudian tangannya mengelus lembut puncak kepala Oca sampai ke pipi Oca "Saya akan tunggu kamu siap,."

Oca meneguk ludahnya kasar dengan saling berpandangan, hingga tak terasa bibir Fahri sudah mendarat di bibir ranum Oca, malam terakhir Fahri pun kini panas dan bergelora.

Sesaat kemudian, dengan nafas terengah Fahri bangkit dan mendekap Oca. Menciumi puncak kepala istrinya.

"Saya sayang sama kamu" ujar Fahri seraya memejamkan matanya.

Oca belum gus!

*****

Umi, abi dan Oca mengantarkan gus Fahri ke Bandara.

"Hati-hati ya nak" Ucap Abi sambil menepuk pundak kekar Fahri.

"Salam sama Umah dan Abah ya gus, umi sama abi belum bisa kesana. Kita juga minta maaf mungkin sekarang Oca belum bisa dibawa kesana" Sahut umi melirik Oca.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang