Satu minggu sudah Oca berada di Surabaya. Tinggal berdua dengan Fahri sedikit demi sedikit mampu membuat dirinya nyaman.
Oca yang masih bersikap labil pun tidak meruntuhkan kesabaran Fahri, Fahri tetap menjadi sosok dewasa dan sabar plus mesum tentu saja.
Setiap Fahri pergi ke kampus, maka ia akan titip Oca ke ndalem. Membuat Oca lambat laun bisa berbaur dengan keluarga pesantren.
Seperti saat ini Oca sedang berada didapur melihat Arum yang akan memasak sayur asem.
"Ini diapain mbak?" Tanya Oca dengan tangan membawa jagung utuh kehadapan Arum.
"Disisir?" Tanya Oca lagi.
Arum yang sedang menyiapkan bumbu, menoleh kemudian tersenyum pelan.
"Bukan mbak, jagungnya dipotong-potong saja, nanti kalau disisir namanya bukan sayur asem tapi sayur bening" kekeh Arum membuat Oca menyengir.
"Oooh, Oca kira disisir.. sini-sini biar Oca yang potong mbak"
"Mbak Oca bisa?" Tanya Arum ragu.
Cih ngeremehin..
"Kecil mbak timbang potong doang mah gampang" Ucap Oca dengan menjentikan jarinya, Arum kemudian menyodorkan sebuah pisau kepada Oca.
Oca perlahan mengiriskan pisau itu namun keras. Oca terus berusaha menggergaji jagung yang dipegangnya.
Saat Arum menoleh, ia melihat Oca yang terlihat kesulitan, "Bukan begitu mbak, dipotong aja tekan kebawah pisaunya. Kalau begitu pasti susah mbak, itu kaya lagi gergaji kayu" Kekeh Arum. Namun seketika Arum kembali menyela.
"Mm maaf ya mbak, aku cuma ngasih tau saja ya" Arum takut Oca tersinggung, ia belum terlalu kenal dekat dengan kakak iparnya jadi belum tahu Oca seperti apa mudah tersinggung atau tidak.
Oca menyengir "Hee.. gapapa mbak, Oca emang gak bisa masak" Terdengar sebuah nada sesal dari mulut Oca.
Arum bernafas lega seraya tersenyum "Ndak papa toh mbak, kan masih bisa belajar. Liat diyoutube juga banyak kan sekarang resep-resep masakan simpel. Mas Fahri gak aneh-aneh kok kalau makan, tidak harus ini atau itu, apapun pasti dimakan. Apalagi kalau yang masaknya mbak Oca" Goda Arum.
"Sering-sering saja nduk lihat Arum masak, nanti juga pasti bisa" Sahut Umah yang berjalan mendekati mereka, membuat Oca semakin merasa malu dan canggung.
"Heee... iya Umah"
"Mbak potong-potong terong sama labu saja ya, biar aku yang potong jagung" Arum menukar jagung yang masih utuh itu dengan terong ungu dan tiga buah labu siam dihadapan Oca.
"Ini dipotong gimana mbak?"
Arum terkekeh "Potong dadu saja mbak"
Oca mengangguk dengan semangat.
"Jam berapa mas mu pulang nduk?" Tanya Umah.
Arum menoleh ke arah Oca, diikuti Oca yang mendongak melirik bergantian Arum dan Umah.
Nanya siape nih?!
"Jam berapa mbak mas Fahri pulangnya?" Kali ini Arum yang bertanya karena heran melihat Oca seperti tidak paham.
Oh.. nanua gue...
Bego sih lu caaa..
"Eemm.. jam dua an katanya, gak ada jadwal bimbingan soalnya" Jelas Oca.
*****
Fahri tengah bersiap-siap untuk pulang, memasukan laptop kedalam tas, dan menata buku serta berkas yang ada diatas mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza