87

49.7K 4.2K 611
                                    

Fahri tengah duduk dikursi kerjanya fokus menatap layar berukuran 14 inch . Sekarang sudah pukul sepuluh malam, dia memilih menyelsesaikan pekerjaanya karena sang Nyai reog yang katanya belum mengantuk.

Ceklek!

Oca menyembulkan kepalanya dari balik pintu, dia melihat Fahri sedang dalam mode serius.

Oca membuka pintu kamarnya lebar, dengan tangan kiri yang menyangga pinggang belakang dan tangan kanan mengelus perutnya yang buncit, bahkan terlihat seperti akan meledak.

"Ssshhh...." Oca mengelus-elus perutnya yang besar.

Dia terus berjalan bolak-balik dibelakang Fahri, yang masih terlihat sibuk.

"Awsss nendang.." ringisnya seraya kembali mengelus perutnya.

Fahri mengeryitkan kening, istrinya sedang berbicara dengan siapa. Dia yang memakai kacamata antiradiasi itu menolehkan kepalanya kebelakang.

Matanya membola melihat perut Oca yang seperti orang busung lapar. Matanya menatap Oca yang sedang asyik mengelus-elus perutnya.

Fahri terkekeh, istrinya memang gendeng.

"Perutnya kena minyak panas dek? Ngegelembung begitu?" Kekeh pelan Fahri.

Oca mendengus dan duduk diatas tempat tidur dengan hati-hati "Ssshhh.. susah"

Fahri yang melihat itu geleng-geleng saja, lalu kembali memfokuskan matanya kearag layar komputer.

"Ckk!! Aaagh susah" Kesal Oca, dia merogoh bantal sofa yang tadi dia masukan kedalam perutnya sendiri. Dan dia lempar keatas tempat tidur.

"Mas!!" Panggil Oca.

"Dalem sayang"

"Mas..."

"Kenapa?" Jawabnya lagi namun dengan mata yang masih fokus.

"Lucu gak kalo perut Oca buncit kaya barusan?" Ucapnya begitu pelan.

"Kenapa?" Ulang Fahri, dia tak mendengar pertanyaan yang Oca ajukan.

"Lucu gak kalo perut Oca buncit kaya barusan?" Tanyanya lagi, bukannya menaikan volume suaranya, Oca malah semakin mengecilkan suaranya, bahkan bisa dikatakan berbisik.

"Apa?" Tanya Fahri menolehkan kepalanya kebelakang menatap Oca seraya mengeryitkan kening.

Bukannya menjawab dengan suara besar, Oca malah menunduk seraya komat kamit sendiri. Fahri yang sudah paham, dia melepaskan kacamata radiasinya dan dia letakan diatas meja kerja dengan komputer yang masih menyala.

Dia bangkit, mengangkat tubuh Oca hingga sang empunya memekik kaget.

"Aaaakh mas!!"

Sepertinya kalau tidak buru-buru ditidurkan, reog dan hanonamnnya akan keluar.

"Tidur!! Mas masih banyak kerjaan" Fahri menaikan selimut keatas tubuhnya dan Oca. Dia harus mengeloni Nyai reog satu ini dulu sampai tertidur.

"Hahaha... Oca belum ngantuk," Jawabnya. Tapi tanganya malah memeluk tubuh Fahri dan menduselkan wajahnya didada Fahri.

Fahri terkekeh pelan melihat kelakuan istrinya, yang bilang belum mengantuk tapi malah ndusel-dusel didadanya "Tidur, sudah malam" ucapnya dan membalas pelukan Oca.

Taklama terdengar dengkuran halus dari istrinya, Fahri menunduk melihat mata Oca yang sedikit tertutupi oleh rambut itu terpejam sempurna.

Dengan hati-hati, ia melepaskan tangan Oca yang membelit tubuhnya.

"Eeegh..." Oca menggeliat dan merubah posisi menjadi telentang. Fahri menaikan lagi selimut berwarna tosca itu sampai didada Oca.

Dia mengecup hangat kening Oca, lalu kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang