11

84.2K 5.7K 190
                                    

Oca menggeliat dalam tidurnya. Mengerjap-ngerjapkan matanya, dilihatnya jam dinding yang ada dikamarnya menunjukan pukul tiga pagi. Seakan kesadarannys sudah terkumpul dia kemudian ingat tidur dengan siapa dirinya tadi malam, kemudian menolehkan kepalanya kesebelah kirinya kosong tidak ada siapa-siapa. Kemana pikirnya.

Namun saat dirinya hendak bangun dia melihat Fahri tengah duduk diatas sejadah kemudian mengusap kan tangannya ke wajahnya. Suara grusak grusuk tempat tidur membuat Fahri menolehkan kepalanya.

"Kenapa bangun dek, masih jam tiga lho" Ucap Fahri sambil melirik arah jarum jam.

"Kebelet pipis"

Oca berjalan ke kamar mandi, sementara Fahri melipat sejadah, melepaskan peci menyimpannya diatas meja, tak lama Oca keluar dari kamar mandi.

"Ayo kita tidur lagi" ajak Fahri seraya merebahkan tubuhnya ditempat tidur, tanpa banyak bicara Ocapun menuruti dan merebahkan diri disampingnya.

"Kapan selesai haidnya dek?"

Oca yang akan kembali menutup mata sontak membuka kembali matanya menatap tajam Fahri.

"Ngapain sih tanya gitu gus?!" Ketus Oca.

"Mas cuma nanya apa salahnya hm?"

"Oca malu jangan tanya gitu ! Dan gus Jangan macem-macem deh, Oca masih sekolah !"

Fahri tersenyum lembut "Kenapa harus malu, sama suaminya sendiri juga, mas kan cuma tanya biar mas bisa imamin shalat kamu"

Oca dibuat malu dan salah tingkah mendengar jawaban lembut Fahri.

Serius nih om-om kagak mesum?

"Mas juga ngerti, adek masih sekolah belum siap hamil. Tapi kalo pakai program menunda tidak ada salahnya kan?"

Program menunda?

Oca mengeryit kan alis " Program menunda?" Tanya Oca.

"Besok kita cek ke dokter, biar tau program apa yang bagus untuk menunda kehamilan. Mas takut nantinya kebobolan dan adek belum siap punya anak"

Oca melotot mendengar itu. Lancar sekali bicara nya seperti jalan tol.

APA DIA BILANG MISKAH ?!
ENAK BANGET TU NGOMONG!

"Enak aja! OCa belum siap ya! Oca masih di bawah umur, enak aja gus mau unboxing Oca !!" Kesal Oca.

"Stttt jangan marah-marah, kalo adek masih dibawah umur gak mungkin mas bisa nikahin kamu"

"Oca gak suka bahas begini! RISIH"
"Gus sana tidur di sofa Oca gak mau tidur sama gus!"

"Udah iya saya minta maaf"

"Sana ih...!!!"

"Dosa sayang masa tidur nya pisah"

"Bodo amat !! Sanaa!!!"

Fahri masih tak bergeming. Oca masih berusaha melepaskan tangan yang membelit tubuhnya.
Oca mengalah dan menghembuskan nafas kasar. Kenapa ada laki-laki seperti ini?

"Okey! Oca mau tanya, kita ketemu baru dua kali, selama itu juga gak ada komunikasi yang intens. Nikah juga dijodohkan. Sekarang kenapa gus so akrab banget sama Oca?"

"Mas udah nikahin kamu, kamu sekarang tanggung jawab mas. Masa karna nikah perjodohan mas diem-dieman sama kamu? Kalo sama-sama tidak ada yang mau mengakrabkan diri gimana bisa dekat, masa canggung-canggungan terus?"

"Ya tapi minimal pendekata dulu lah, Oca juga belum ada perasaan apa-apa sama gus" Jujur Oca, dia sungguh jengah dan risih melihat kelakuan Fahri yang terus menempelinya bak lintah padahal baru beberapa jam menjadi suami istri tanpa cukup perkenalan.

"Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, makanya kita sama-sama belajar menerima takdir."

"Ah sudahlah Oca ngantuk! Jangan bahas yang aneh-aneh lagi !"

"Tangannya ish Gus!" Oca sungguh kesal dengan sebuah tangan kekar yang terus mengusap-usap perutnya.

Gus gila dasar!

"Kenapa hm?"

"Oca risih gus, geli ! Kenapa gus gak nikahin cewek yang dewasa aja biar gak kesiksa kaya gini, malah nikahin bocah bau kencur kaya Oca !"

"Karena kamu jodoh saya"

"Dasar pedofil" Fahri hanya tersenyum mendengar gerutuan Oca.

*****

Teras depan keluarga Oca kini ramai, disana keluarga Fahri sedang berkumpul dan hendak berpamitan untuk pulang ke jawa timur.

"Ini umah ada makanan sedikit untuk diperjalanan" Ucap Umi

"Lho ngerepotin toh"

Umi terkekeh "ya Allah tidak sama sekali umah,"

"Sering kesana ya nanti umah tunggu, nggak sabar rasanya umah bawa pulang mantu"

"Insha Allah umah"

"Ca...?" Panggil umi

"Iya mi," Oca yang dipanggil pun berjalan ke arah umi sambil membawa beberapa papper bag.

Umah memeluk haru menantu barunya itu.
"Makasih sayang ya udah mau nerima anak Umah," Ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Oca yang terharu pun hanya mengangguk.
"Jangan lama-lama disini, cepet-cepet susul umah kesana ya"

"Iya umah"

Fahri yang baru datang kini berdiri disebelah Oca.

"Dijaģa  ya mas istrinya"

"Nggeh umah"

"Kalau nakal pukul aja mbak suaminya" Timpal Arum membuat Fahri mendelik.

"Hehe iya mbak" Jawab Oca canggung.

"Ya sudah kita pamit dulu, kalau mas mau pulang kabarin Umah"

"Nggeh umah"

Semua nya kini telah berpamitan, mobil-mobil yang ditumpangi nya pun satu persatu meninggalkan Halaman depan rumah orang tua Oca.

"Mau kemana kak?" Tanya Oca yang melihat Raisa hendak menaiki motor.

"Ke mini market kenapa? Aidan mau eskrim"

"Oca ikut!" Serunya.

"Izin suami dulu dong" Goda Raisa

Ribet amat hidup gue elah!

Oca mendongak ke arah Fahri yang berada disebelahnya "Gus Oca ikut sebentar ka Raisa ya?"

"Boleh hati-hati" Fahri merogoh kantong celananya, dia membuka dompet dan mengeluarkan uang seratus ribu kepada Oca.

"Ini cukup kan?"

Elah berasa sugar baby beneran gue!

Oca mengangguk dan mengambil uang yang disodorkan Fahri.

"Kamsahamnida oppa" Ucap Oca sambil membungkukkan badannya. Fahri mengeryit membuat Raisa tertawa melihat kelakuan random adiknya.

"Astagfirullah adek" Ucap Raisa sambil tertawa.

Oca hanya menyengir. "Ayo Oca aja yang bawa"

"Boleh Gus?" Tanya Raisa kepada Fahri saat Oca sudah siap membawa motornya.

Fahri mengangguk "Hati-hati dek".

Tanpa mengalihkan pandangan. Fahri menatap kepergian Oca dengan Raisa.

With You GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang