"Ada apa mas?" Tanya Bagas saat melihat Fahri yang sepertinya tidak fokus.
Fahri tersentak kaget dan reflek menekan kain dan tespek itu kedalam kantong saku baju kokonya.
Fahri mengangkat kepalanya, dia berdehem kaku dan menggeleng samar "Oh, ndak. Saya ke ndalem sebentar ndak papa?"
"Ndak bisa nanti saja mas? Ini acaranya sebentar lagi, ndak enak ini ditinggal" Jawab Bagas seraya melirik para Kiayi dan Ustadz yang ada disana.
Fahri mengelus tenguknya lalu menggaruk sudut alisnya, gara-gara kelakuan reog Nyainya dia harus membawa barang kramat itu.
Kenapa harus ada tespek segala, memangnya istrinya pikir saku baju kokonya adalah laci atau apa.
Sayang...sayang kelakuanmu... batinnya.
"Ada masalah ta gus?" Tanya salah satu ustadz yang berkumis tebal seperti Adam suaminya Inu.
Fahri mendongak, tersenyum tipis lalu menggeleng "Oh tidak ada tadz" kekehnya.
Ustadz itu juga terkekeh "Tak kira ada masalah, kelihatan gelisah"
"Assalamualaikum" Dari ambang pintu terlihat Gus Yazid dan Ibrahim berdiri.
Semua yang disana menoleh "Waalaikumsalam, Gus Yazid. Monggo masuk" Ucap mereka serempak.
Saat melihat gus Yazid, Bagas teringat kejadian yang menghebohkan itu. Dia melipat bibirnya saat terasa ingin tertawa.
Gus Yazid, dan Ibrahim melangkahkan kakinya lalu menyalami semua orang yang ada disana.
Gus Yazid duduk didekat Abah Umar dan Pakde Haryo.
"Sama Fatma?" Tanya Abah.
Gus Yazid mengangguk dengan senyum "Nggeh Abah, sama ning Dila juga. Keduanya sedang di ndalem bersama Arum dan istrinya gus Fahri"
Fahri melirik, memperhatikan penampilan Ibrahim yang terlihat menawan. Batinnya menggerutu, kenapa Ibrahim harus ikut juga ke acara.
"Gus" Sapa Ibrahim mengangguk sopan kepada Fahri saat dirinya mengetahui Fahri seperti sedang menantapnya.
Fahri juga mengangguk sopan, tidak menapilkan raut apapun "Tadi ke ndalem dulu?" Tanya Fahri, jangan-jangan Ibrahim bertemu dengan istrinya.
"Nggeh, hanya sebentar"
Bagas yang ada disamping Fahri menatap kebawah, matanya tak sengaja melihat benda kecil dan panjang disaku baju koko Fahri.
Bagas mengeryit heran, benda itu seperti dulu Arum waktu mengecek kehamilan.
Mas Fahri, saking bahagiannya mau dapat anak, sampai alat test dijadikan jimat batinnya menggelitik.
Setelahnya dilanjutkan kembali dengan obrolan ringan bersama para kiayi dan ustadz serta tamu yang diundang keacara.
****
Fatma dan Arum berjalan beriringan menuju halaman pondok tempat diadakannya acara. Oca mengekor dibelakang dan disebelahnya ada istri kedua gus Yazid.
"Mba Dila" Panggil Oca membuat Fatma yang berjalan didepan membalikan tubuhnya mendengar Oca memanggil madunya.
"Nggeh, Ning ada apa?" Tanya Dila dengan senyum yang merekah.
Oca menggaruk tengkuknya "Emm itu, kaos kaki Ning Dila bolong ya? Itu jempolnya keluar" tunjuk Oca kearah jempol kaki Dila yang sebelah kanan.
Ketiganya menunduk, dan benar saja jempol kaki Dila keluar menerobos kaos kakinya yang hanya memakai alas sandal.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza