Fahri dan Alya saling berpandangan, namun itu tidak berlangsung lama karena detik berikutnya Fahri mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Fahri berdehem canggung untuk mencairkan suasana, tersenyum ke arah Arum kemudian menangguk.
"Iya, mas ingat. Apa kabar?" Fahri menangkupkan kedua tangannya didada, hal yang sama dilakukan juga oleh Alya.
"Emm baik gus" Ucap Alya gugup.
Fahri mengangguk dan tersenyum samar, kemudian matanya mengedar sekeliling seakan-akan mencari seseorang.
"Umah dimana nduk? Di dalem?"
"Iya mas, dari tadi sudah gelisah nunggu mas belum sampai juga"
Mulut Arum rasanya tak tahan ingin menggoda pengantin baru itu, namun dia tahan karena saat ini sedang ada Alya dihadapannya dan tidak enak rasanya menggoda Fahri didepan Alya.
"Kalau gitu, mas ke dalam dulu"
Arum mengangguk, Fahri berjalan meninggalkan Arum dan Alya yang sedang diruang tamu.
Tanpa Arum tahu ternyata sorot pandangan Alya memperhatikan punggung Fahri yang semakin menghilang.
"Eh gimana tadi tuh, kamu mau gak ngajar di Pondok ini?" Tanya Arum membuyarkan lamunan Alya, membuat sang empu yang sedang asyik dengan dunianya gelagapan.
"Hah? Gimana Rum?" Tanya Alya Cengo.
"Hahaha kamu kenapa sih Al, keliatan gugup gitu."
"Apa sih kamu" Ucap Alya tersipu.
"Gimana kamu mau gak kalo ngajar di Pondok ini? Kebetulan disini lagi kekurangan tenaga pengajar, dari pada kamu gak ada kegiatan kan? Biar gak galau terus" Tanya Arum dengan menaik turunkan alisnya.
Alya berpikir sejenak "Hmmm, nanti aku bicarain dulu sama Ayah dan Bunda ya Rum. Tapi gimana---"
"Ning Arum" Panggilan seorang santri mengalihkan obrolan Arum dan Alya. Arum dan Alya sama-sama menoleh terlihat seorang sanrri yang sedang berdiri di samping tempat duduk Arum
"Kenapa Mbak Mut?"
"Itu dek Kia bangun, nangis. Disuruh Umah manggil Ning Arum"
"Oh Ya Allah---"
Belum sempat Arum menyelesaikan ucapannya dan hendak bangkit untuk menemui putri kecilnya, ternyata Kia sudah ada digendongan Fahri yang berjalan mendekati Arum.
"Hikkssss... huaaaaaa"
Fahri menggendong dan menepuk-nepuk pantat keponakannya.
"Sssttt... sssttr, itu Umi tuh"
"Ini bangun nangis, nyariin nduk" Ucap Fahri
Arum mengulurkan tangan untuk meraih Kia dari gendongan Fahri, hal itu tak luput dari pengamatan Alya yang sedang duduk manis, tanpa mereka sadari kedua sudut bibir Alya melengkung mengulum senyum.
"Kasih susu dulu nduk, kasian wajahnya udah merah itu"
"Nggeh mas, sssttt udah cantik ini umi..." Arum kini sedang menenangkan Kia yang masih menangis digendongannya.
"Suamimu ikut Abah ke luar kota nduk?"
Arum menoleh dan mengangguk "iya mas"
*****
"Rum aku pulang dulu ya kalo gitu, udah sore takut Abrar nyariin"
Arum yang sedang memangku Kia pun memanyunkan bibirnya "Yaaahhh yaudah deh, salam buat Bunda sama ayah. Jangan lupa pikir-pikir lagi ya tawarannya"
Alya terkekeh "Siaaap ning Cantik, jangan cemberut gitu dong"
"Kia mau ikut? Iya ?" Alya mengecup gemas pipi bulat Kia, membuat anak itu tertawa gemas.
"Pamitan dulu sama Umah"
"Ayo" Alya dan Arum bangkit hendak berpamita dengan Umah namun langkah nya terhenti ketika Fahri dan Umah terlihat berjalan ke ruang tamu.
"Lho.. mau kemana lagi mas? Gak nginep disini, suami Arum sama Abah belum pulang lho" Tanya Arum heran.
"Mau pulang dulu sebentar, nanti kesini lagi"
"Mas mu ini gak ada capeknya nduk, baru juga sampai" Ucap Umah geleng-geleng, Fahri melirik dan tersenyum.
"Nak Alya juga mau kemana ini?" Tanya Umah ke arah Alya yang sudah berdiri rapi dengan tas menyelempang dibahunya.
Alya tersenyum "Mau pulang Umah, sudah sore"
"Dijemput nak?"
Alya menggeleng "Saya bawa motor Umah"
"Oh begitu, hati-hati ya nak Alya. Salam buat ibu dan bapak nggeh"
"Iya umah" Alya kemudian mencium tangan Umah berpamitan dengan Arum. Ke empat orang itupun keluar rumah, Alya menaiki motornya dan Fahri menaiki mobilnya.
"Silahkan duluan gus" Ucap sungkan Alya mempersilahkan Fahri untuk mengendarai mobil lebih dahulu menuju gerbang.
"Kamu duluan saja. Saya dibelakang kamu"
*****
Mobil yang Fahri bawa sekarang tepat berada dibelakang motor yang Alya kendarai, hal itu membuat jantung Alya berdetak tidak karuan.
Fahri mengemudikan mobilnya dengan sebelah tangan, karena tangan sebelahnya dia gunakan untuk membuka ponsel mengirimi pesan ke Oca.
Fahri Alfreza
Syg, mas udah sampai di Surabaya.
Mas rindu adek.Pesan terkirim dengan tanda centang dua namun belum terbalas oleh Oca.
Setelah lama berkendara Alya membelokan motornya tepat didepan rumah orang tua disebelah kiri jalan.
Fahri melihat itu kemudian membunyikan klakson tanpa niat berhenti. Alya mengangguk melihat itupun hanya tersenyum samar.Fahri kini sampai didepan rumahnya yang dia beli hasil kerja kerasnya sendiri, rumah minimalis namun sangat nyaman.
Dia berjalan membuka pintu rumah yang terkunci kemudian langkahnya pergi menuju tempat peraduannya dan langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Hah... Fahri menghembuskan nafas panjang. Mencoba membuka ponsel melihat ruang chat dengan istrinya yang sampai sekarang belum juga mendapat balasan.
Dia merasa seperti anak remaja yang baru mengalami jatuh cinta. Jari tangannya yang besar dia gunakan untuk memencet tombol hijau diponselnya.
Panggilan pertaman tidak di angkat. Rasa khawatir menyeruak, Fahri masih berusaha menghubungi Oca, dan dipanggilan kedua berhasil dijawab.
📞 Fahri
Assalamualaikum sayang..Namun disana malah terdengar suara grasak-grusuk tidak jelas.
📞 Fahri
Sayang?📞 Oca
Hmm...Terdengar suara serak istrinya dari sambungan telpon.
📞Fahri
Sayang lagi tidur?Sayang? Oca mengerutkan dahinya, kemudian melihat layar ponsel dan terpampang jelas nama penelpon itu.
📞Oca
Ehmm... Oca tidur gus📞 Fahri
Ya sudah lanjutin tidurnya, saya udah sampai rumah. Nanti ditelpon lagi ya. Assalamualaikum..Ucap Fahri dengan nada yang begitu lembut.
📞Oca
Iya...Tut... sambungan telpon terputus, namun itu tidak menyulutkan Senyum Fahri masih bertahan di bertahan di sudut bibirnya. Dirinya menggeleng-gelengkan kepala. Hingga tak terasa matanya kian memejam.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza