Setelah selesai membayar belanjaan, kedua kakak beradik itu melajukan sepeda motornya ke arah rumah, namun Oca memberhentikan motornya tepat didepan sebuah grobak abang-abang.
"Mau ngapain Ca?"
"Kakak gak liat, noh tulisan grobaknya seblak mang ade ya mau beli seblak lah kak, masa mau beli lem tikus"
Raisa mendelik "kebiasaan ngegas! Awas aja kalo ke suami kamu ngomong gak sopan gini" Nasehat Raisa, yang hanya dibalas gumamam samar.
Ngapa pada mendewakan siFahri sih!
"Kakak mau?" Tawarnya
Raisa menggeleng "Gak, kakak mau beli mie ayam disebrang, kamu tunggu disini"
"Okey"
Setelah selesai sampailah mereka ke tujuan. Oca memarkirkan sepeda motornya dengan Raisa yang menenteng kantong keresek belanjaan.
"Ummaaaa..." teriak Aidan sambil berlali ke arah Raisa.
"Jangan lari-lari nanti jatuh" peringat Raisa.
"Umah lama" keluhnya, "esklim nya mana?"
"Nih didalem, tadi umah mampir beli dulu mie ayam, kita makan didalem ayo"
"Holeeeee" girang Aidan lompat-lompat.
Raisa dan Aidan masuk kedalam rumah disusul Oca dibelakang. Masuk kerumah suasana agak sepi hanya terlihat Umi yang sedang mondar mandir didapur. Oca kemudian mengambil sebuah mangkuk.
"Beli apa Ca?" Tanya Umi
"Seblak , umi mau?" Tawarnya Umi menggeleng apalagi melihat betapa merahnya seblak yang akan dia makan.
"Mi, ini Raisa beliin mie ayam.. buat semua, abi sama gus Fahri kemana mi?"
"Oh abi dikamar, gus Fahri juga kayaknya dikamar" kemudian kepalanya menoleh ke Oca.
"Apa ?" Tanya Oca.
"Kamu, makan sendiri aja! Panggil suamimu Ca"
Dengan malas Oca mengangkat tubuhnya dan berbalik berjalan menuju lantai atas kamarnya membuat umi dan Raisa terkekeh.
"Ini ya mi, Raisa mau ngasih buat mas Rafi dulu" Sahut Raisa meletakan kantong yang berisi mie ayam, dan dibalas anggukan Umi.
*****
Ceklek..
"Sudah pulang?"
Menurut ngana!
"Udah dong makanya Oca ada disini juga. Dipanggil umi gus"
Fahri yang matanya masih menatap kelayar laptop pun mendongak "Kenapa?"
"Udah dibeliin mie ayam sama kak Raisa"
"Yasudah, ayo kebawah" Ajak Fahri yang kemudian turun dari ranjang.
Oca mendudukan tubuhnya dikursi makan , disusul Fahri yang duduk disebelah Oca.
"Makan apa itu nduk? Kamu gak makan mie ayam?" Tanya Fahri heran melihat makanan yang dimangkuk Oca.
"Seblak, Oca mau ini"
"Merah banget, nanti sakit perut lho" Oca yang malas berhadapan dengan Fahri pun memilih diam.
*****
Setelah shalat magrib berjamaah, Oca memilih kembali ke kamar. Rasanya dia sudah tidak tahan dengan perutnya yang semakin mulas.
Fahri , abi dan suami Raisa kini sedang berbincang diruang keluarga.
"Gimana betah Gus disini?" Tanya Rafi, bagaiamana pun usia Fahri ada diatas Rafi dua tahun meskipun Rafilah yang jadi kakak iparnya.
"Alhamdulillah mas, sampean kapan kembali ke Bandung?"
"InsaAllah lusa, mainlah sama Oca kesana Gus. Enak disana tempatnya dingin cocok memang untuk pengantin baru" Canda Rafi. Fahri tidak merasa begitu asing selama tinggal dengan keluarga Oca, pasalnya keluarga Oca yang sangat ramah dan tidak begitu kaku.
Fahri tersenyum simpul dan abi terkekeh. sampai dua hari sekarang dia belum mendapatkan haknya. InsaAllah setelah Oca selesai datang bulan batinnya.
"Rencana gimana nih gus, mau ajak Oca pindah sekolah atau gimana?"
"Belum dibicarakan, gimana baiknya aja" Ucapnya kemudian melirik sang mertua dan dibalas anggukan abi "saya juga dikasih cuti seminggu, nanti keteteran saya masuk kelas kalau ditinggal lama" sambungnya lagi terkekeh.
"Tolong dibimbing Oca, bagaimanapun dia masih remaja, harus maklum sama sikap labilnya" sahut Abi.
"InsaAllah abi"
"Baba" panggil aidan yang sudah berdiri dihadapan Rafi.
"Lho Aidan belum tidur?" Tanya abi, Aidan menggeleng. Mata bulatnya menatap kearah Rafi.
"Idan mau tidul tama baba"
"Sama kakek aja sama nenek tidurnya bertiga, mau?" Ajak abi, lagi lagi aidan menggeleng.
"Ga! Idan tidul ama baba" tolaknya dengan tangan memeluk kaki Rafi, Fahri yang melihatpun ada rasa aneh, dia juga merasa ingin memiliki malaikat kecil, namun dia ingat kembali usia dan kesiapan Oca. Biarkan mengalir seperti air saja.
*****
Saat Fahri membuka kamar, dia tidak menemukan Oca, keningnya mengeryit. Sedari tadi memang dia tidak melihat sosok istrinya yang super aktif itu.
Pikiranya buyar kala mendengar decit pintu kamar mandi yang terbuka. Menampakan Oca yang meringis dengan tangan memegang perut.
"Kenapa nduk?" Tanya Fahri seraya mengahmpiri Oca.
"Sakit perut, bolak balik kamar mandi terus cape!" Keluhnya
"Ini pasti gara-gara makanan tadi, kan udah mas bilangin"
Oca kesal merasa terpojokkan. Semakin kesal melihat wajah Fahri yang tidak seperti oppa oppa korea kesukaanya yang begitu glowing dan mulus.
"Sini dikasih minyak kayuputih dulu perutnya"
"GAK!" Tolaknya
Oca yang tidur miringpun terpaksa dia lentangkan. Saat hendak membuka ujung bajunya Oca tersadar.
"Mau ngapain?! Mau macem-macemin Oca?!" Tanya nya sarkas.
"Adeknya sakit masa mas macem-macemin. Mas cuma mau olesin minyak kayu putih,"
"Ya tapi jangan dibuka-buka ini aurat!"
"Aurat itu kalau adek sama mas belum muhrim, diem ya biar ilang sakitperutnya"
Seolah terhipnotis Oca menuruti perkataan Fahri, dia kemudian menaikan ujung baju piyama Oca sebatas dada. Terpampanglah perut Oca yang begitu putih dan mulus.
Fahri kemudian menuangkan minyak putihnya dan sedikit memijat perutnya. Namu bagaimanapu Fahri juga pria normal. Melihat apa yang ada ditubuh Oca menimbulkan desiran dan gejolak aneh. Namun sebisa mungkin dia tahan.
Astagfirullah batinnya.
"Gimana masih sakit?"
"Sedikit lebih enak"
Fahri mengangguk dan menutup kembali perut Oca. Kemudian merebahkan diri disamping dan menghadap Oca.
"Yasudah tidur, udah malam" Ucap Fahri dengan tangan yang membelit tubuh Oca. Sebenarnya Oca risih diperlakukan seperti ini oleh Fahri. Belum terbiasa dan rasanya susah untuk belajar mencintai Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza