Alya mengendarai motor dengan sedikit merasa heran, kenapa seperti ada sesuatu di jok motor yang ia duduki, pikirannya langsung tertuju kepada seseorang yang tidak lain siapa lagi yang selalu mengjahili dirinya.
Alya menarik gas agar motor agak melaju, ia ingin segera sampai rumah melihat apa yang ada dijok motornya.
Begitu memarkirkan motor, rasa lengket langsung terasa, gamis nya seperti tertarik saat ia akan bangkit, menengokkan wajahnya kebelekang, dirok nya terlihat seperti cairan berwarna kuning namun begitu lengket.
Rasanya ia ingin marah, demi Tuhan ia sudah tidak sanggup lagi, keberaniannya untuk mendekati Fahri sudah terkikis habis oleh kelakuan istrinya, istrinya Fahri benar-benar bukan lawannya. Ada setitik penyesalan dihatinya setelah apa yang dia lakukan.
"Bundaaa....." Abrar berlari dari dalam rumah menghampiri sang bunda yang terlihat kesusahan melepaskan lem yang menempel pada gamis.
Alya hanya menoleh sekilas tanpa menjawab, kembali membersihkan hati-hati dengan tangannya.
"Bunda itu apa?" Abrar menunjuk gamis yang kotor.
"Lem"
"Kok bita ada di citu?"
Alya hanya membalas dengan gelengan kepala.
Bunda Naya keluar dengan membawa sepiring nasi berserta lauk untuk menyuapi cucunya, matanya ikut melihat apa yanh sedang anaknya lakukan.
"Apa itu Al?" Tanya Bunda Naya, Arum menoleh sekilas.
"Lem"
"Kok bisa kamu dudukin lem begitu?"
Alya bergeming tidak menjawab, matanya kian memerah karena memahan amarah.
Setetes air mata turun membasahi pipi putihnya."Sebentar, bunda ambil pisau apa gunting dulu.. itu lengket sekali ndo" Bunda meletakan piring makan Abrar, lalu berlari kedalam rumah untuk mengambil sesuatu yang bisa digunakan melepas lem yang lengket.
****
Setelah menyelesaikan urusan dikampusnya, Fahri duduk santai ditemani rekannya pak Wuluyo.
"Belum mau pulang pak Fahri ?" Tanya Pak Waluyo.
Fahri menoleh dan tersenyum "Sebentar lagi Pak, istirahat sebentar dulu, Pak Waluyo juga sendiri belum pulang"
Pak Waluyo terkekeh "Haduuh, saya lagi malas dirumah Pak, saya ketahuan chattingan sama perempuan, istri ngambek sampai sekarang" Pak Waluyo geleng-geleng.
"Itu salah bapak, kenapa harus begitu?"
"Ya namanya lelaki kan Pak, kalau ada yang bening suka penasaran. Sudah tiga hari saya di diamkan, saya seperti tidak di anggap kalau dirumah pun. Ngobrolnya cuma sama anak saya saja"
Fahri tiba-tiba teringat Oca.
"Tapi tidak melabrak wanita itu?"
Pak Waluyo lagi-lagi menggeleng "Istri saya sebenarnya lemah lembut Pak, dia tidak akan berani sampai melabrak, tapi yang kena batunya saya"
Fahti tertawa "Ya itu salah bapak sendiri"
"Saya juga kepingin kaya Pak Fahri dapat yang kinyis-kinyis pasti beda rasanya ya Pak?" Goda Pak Waluyo.
Fahri tertawa "Hahaha saya ndak tau wong saya baru menikah"
Fahri lalu merogoh ponsel yang ada disaku celana hitamnya, Pesan masuk dari Oca membuatnya menarik sudut bibirnya namun sedetik kemudian dahinya mengeryit membuat Pak Waluyo heran.
Oca mengiriminya pesan sebuah foto wanita yang memakai hijab pastel sedang menunduk, dibacanya pesan Oca membuat matanya membola.
Fahri membereskan tas, dan meraih kunci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza