Setelah menunggu di atas genteng hampir tiga jam, akhirnya paklek Bayu berhasil turun dengan bantuan seorang bapak-bapak yang lewat di bawah.
"Paklek tadi naiknya pake jurus opo toh? Iso naik ra iso turun?" Kekeh Bapak itu, kedua tangannya memegang kedua sisi tangga yang tengah pakde injak untuk turun.
"Alhamdulillah" Pakde melepaskan anak kucing lalu bertolak pinnggang, ia mengelap keringat di keningnya.
Paklek Bayu geleng-geleng "Saya ndak tahu, tiba-tiba ini tangga sudah nda ada"
"Yo wes lah, saya permisi dulu paklek mau pulang, acarane juga wis rampung" Bapak itu kembali untuk mengembalikan tangga ke tempat semula.
Paklek Bayu mengangguk "Nggeh, matur nuwun nggeh, saya sudah seperti dedemit diam di atas genteng orang" Paklek tertawa pelan. Di ikuti tawa renyah bapak itu juga.
Terlihat orang-orang sudah berhamburan keluar, para santri yang berjalan menuju kamarnya masing-masing serta ibu-ibu yang akan pulang ke rumahnya.
"Bu Mira..." Panggil Bu Lia saat akan kelaur dari pintu halaman pondok.
Yang di panggil Bu Mira itu menoleh "Opo?"
"Itu belakang jilbabnya bayak tali begitu," Bu Lia memberitahu, reflek tangan bu Mira menyentuh utung hijab belakangnya. Benar saja disana terdapat banyak ikatan rapia.
"Style hijab baru opo Bu ?" Kekeh Bu Lia.
Bu Mira menggeram kesal, siapa yang berani melakukan ini kepadanya. "Orang ndak waras. Pasti kerjaanya salah satu santri" Kesal Bu Mira, dia di bantu oleh Bu Lia untuk melepas ikatan tali itu.
****
Ruang tamu ndalem saat ini sedang ramai, di sana sudah ada Ning Fatma beserta gus Yazid dan gus Ibra serta Pakde Haryo, Umah dan yang lainnya termasuk Oca.
Oca duduk di samping umah, dimana kursi yang dia duduki dekat dengan kursi yang gus Ibra juga duduki. Bukan mau Oca duduk disana hanya saja tempat kosong dan juga memang di samping Umah Sifa.
Fahri yang baru datang lalu menatap tajam Oca, dia mengucapkan salam dan duduk menggeser Oca hingga mepet dengan Umah.
"Sudah beres di pondok Gus ?" Tanya gus Yazid.
Fahri mengangguk senyum "Alhamdulillah, tinggal sedikit lagi sedang di bereskan Bagas dan ustadz disana"
Abah tersenyum menatap Gus Ibra "Gimana gus, sudah lihat Ustadzah Alya ta?"
Gus Ibra mengangkat kepalanya membuat Oca terlihat begitu kepo dengan ekpresi gus Ibra, lain hal nya Fahri, kecemburuannya semakin menjadi-jadi.
Gus Ibra tersenyum tipis lalu mengagguk.
Anjir kepo gue..
Parah lu gus kalo mau ma tuh dedemit..
Gak like gue..
"Ekhem" Fahri berdehem pelan di sebelah Oca.
Fatma dan Gus Yazid tersenyum "Gimana, mau lanjut di khitbah ?" Tanya Gus Yazid. Sontak gus Ibra menolehkan kepalanya menatap sang kakak.
Gus Ibra tersenyum canggung dan menggeleng "Maaf, sepertinya saya ndak sreg dengan Uztadzah Alya, mohon maaf sebelumnya.. tapi seandainya di lanjutkan juga saya takutnya malah mendzolimi ustadzah Alya" Penolakan Ibrahim membuat Fahri membelalakan matanya.
Kenapa tidak di nikahi saja si Alya itu.. batin Fahri.
"Lho kenapa ? Ustadzah Alya pasti bisa menjadi istri shalehah ta gus, soal cinta bisa berjalan seiring waktu" Sahut Gus Yazid.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza