Ini part 86 ya, yang kemaren part 85 aku salah kasih judul.
***
Fahri berpamitan kepada umah, dan Pakle yang masih ada didepan ndalem.
"Saya pulang dulu umah, paklek" pamit Fahri menyalami keduanya.
"Hati-hati nggeh mas, kalau ada apa-apa hubungi umah"
Fahri mengangguk dan tersenyum, dia membuka pintu kemudi, dan menyalakan mobil nya.
Fahri menekan klakson sebagai tanda mobil akan melaju, umah melambaikan tangan kepada Oca dari luar.
Oca tersenyum dan melambaikan juga tangannya kearah umah, dia melirik Pakle dengan senyum sopan. Coba saja kalau dia lihat sepatu yang pakle pakai, sepatu boot warna kuning cerah, bisa-bisa kencing dalam mobil.
Fahri menginjak pedal gas, dan perlahan memundurkan mobil, untuk mengarahkan keluar area pondok.
Pakde yang masih mematung melihat kepergian mobil Fahri. Beliau juga ikut berpamitan kepada umah.
"Aku juga pamit, besok tak antar lagi ini sepatunya nggeh, kalau ada sandal aku, tak titip dulu enggeh"
Umah mengguk "Yowes, tak tanyain nanti sama para santri, sandalne seperti opo?"
Pakle menggaruk tengkuknya, sandal nya unik dan susah dijabarkan "Iku, pokona yang talina segitiga, warna hitam"
"Oalah, ada talinya to, sandal wirosableng ta?"
Pakle medengus "Wirosableng tak kira opo"
Umah terkekeh mendengar jawaban pakle, umah juga tidak paham, sandal yang tali segitiga bagaimana. Biar nanti dia sampaikan kepada Bagas untuk mencari sandal tali segitiga. Barangkali memang terpakai oleh salah satu santrinya.
Umah kembali kedalam rumah, dan pakle pun bergegas untuk pulang.
Namun setiap kakinya melangkah dan memginjak tanah, terdengar bunyi dari sepatu boot yang ia injak.
Mpus.. mpuss.. mpuss..
Pakle berdecak, "Berisik sekali iki sepatu" dia menunduk, mengangkat sebelah kakinya. Melihat apa ada sesuatu yang ia injak.
Tidak menemukan apapun, dia kembali memasukan lagi kakinya, dan mecoba kembali berjalan.
Mpus.. mpus.. mpuss...
Begitu terus, beliau mengabaikan saja, karena tidak mungkin juga harus berjalan tanpa memakai alas kaki. Beberapa orang yang berpapasan menyapa.
"Ada banjir dimana pakle?" Tanya salah satu pemuda yang membawa gitar seraya terkekeh.
****
Setelah sampai rumah, Fahri mendapat telfon dari ketua RT dikompleknya. Yang entah ada apa, Oca sendiri tidak tahu.
Setelah selesai, Fahri buru-buru pulang karena dia khawatir meninggalkan Oca sendirian. Untunglah rapat RT tidak berlangsung lama, hanya merundingkan untuk acara maulid Nabi yang akan digelar di mesjid komplek perumahannya.
Fahri membawa kantong pelastik berisi bebek bakar yang dia beli sepulang dari rumah ketua RT. Rumah Pak Soleh ada dideretan paling ujung, terhalang sekitar lima rumah dari rumahnya.
Fahri mengeryit heran, saat sampai diteras rumah, melihat sebuah sandal unik, seperti sandal laki-laki didekat rak sepatu.
Jantungnya memburu, apa Oca berani memasukan laki-laki saat dirinya tak ada, dan rumah dalam keadaan tertutup. Tak terasa tangannya mengepal, mencengkram kuat kantong pelastik yang dia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza