Bagas bergegas keluar dari ndalem dengan tergesa, membuat heran mertua perempuannya.
"Mau kemana mas Bagas, buru-buru sekali?" Tanya Umah Sifa.
Bagas menghentikan langkahnya "Mau ke tempat mas Fahri Umah" Ucap Bagas, tidak mungkin ia menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Umah manggut-manggut "Oalah tak kira mau kemana, seperti buru-buru" kekeh Umah.
Bagas tersenyum lalu berpamitan. Ia pun menaiki sepeda motor yang terparkir dihalaman.
Setelah sampai tapat didepan rumah Fahri yang nampak sepi, Bagas memarkirkan motornya sembarangan, dan berjalan mendekati pintu utama.
Tok...tok...tok...
"Assalamualaikum"
Hening tidak ada jawaban, membuatnya kembali mengetuk pintu dengan agak lebih keras.
Bagas mengintip kedalam rumah lewat kaca jendela dan memang didalam terlihat sepi. Apakah Fahri sedang tidak ada dirumah pikirnya.
Tak berhenti, Bagas kembali mengetuk pintu. Pintunya sedikit terbuka.
"Lho tidak dikunci?" Gumam Bagas.
Dirinya pun mengucapkan salam, meski tak ada jawaban. Melangkahkan kakinya menuju lantai atas kamar Fahri, berharap Fahri ada disana.
Tok...tok..tok
"Mas Fahri..." Panggil Bagas.
Tok.. tok...
"Mas!!!"
Ketukan pintu kamar membuat Fahri menggeliat, menolehkan kepalanya tidak menemukan istrinya disana.
Lalu memijit pelipisnya yang terasa pening, dan ketokan pintu kembali terdengar.
"Mas Fahri..."
Suara laki-laki membuat Fahri mengerutkan kening, siapa laki-laki yang mengetuk pintu kamarnya.
Ia menyibak selimut, setelah memakai sarung dan kaos oblong asal. Melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
Ceklek.
"Bagas?" Fahri heran melihat suami adiknya yang berdiri didepan pintu kamar.
"Mas, ayo kita kerumah Alya" seru Bagas yang melihat Fahri seperti bangun tidur. Matanya tertuju ke belakang disana terdapat kasur yang acak-acakan serta baju yang berserakan membuat Bagas canggung.
Fahri mengerutkan kening, baru juga tadi dia perang dunia gara-gara wanita itu, kenapa sekarang tiba-tiba Bagas mengajaknya kerumah Alya.
Fahri masih mematung di ambang pintu. Dengan pikiran yang berkecamuk.
"Mas..."
Fahri berdehem "Ehm, kamu kenapa mengajak saya? Mbak Oca kemana?"
"Arum telpon saya, mbak Oca mengamuk dirumah Alya"
Satu detik..
Dua detik..
Fahri yang nyawana belum terkumpul sempurna, kemudian mencerna. Matanya membola kaget.
"Astagfirullah, yang benar kamu gas?!" Tanya Fahri was-was.
"Nggeh, ayo mas. Mbak Oca tadi kedengaran lagi teriak-teriak"
Tanpa menunggu waktu, Fahri pergi dengan pakaian seadanya, dan tanpa cuci muka terlebih dahulu.
Hati nya tak henti merapalkan do'a, semoga istrinya tidak berubah menjadi hanoman disana.
"Mas naik, biar saya bonceng!" Seru Bagas.
Bagas menjalankan motornya dengan kecepatan yang agak laju. Tak lama ia memberhentikan motor itu disamping mobil hrv putih Oca yang nangkring didepan rumah Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Espiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza