Malam itu disaat suasana rumah yang sepi, Oca dan Fahri melakukannya lagi. Oca akhirnya luluh oleh semua godaan rayuan Fahri meski dalam hatinya dia harus menahan jijik.
Fahri bangkit dari atas Oca dan ikut berbaring disebelahnya, kepalanya menoleh ke arah Oca kemudian tersenyum.
Merasa diperhatikan, Oca pun ikut menolehkan kepalanya. "Apa?!"
Fahri menggeleng dan masih tersenyum dengan wajah yang merona.
Oca mengadahkan tangannya "Mana?"
Fahri mengerutkan keningnya belum mengerti, "Apanya?"
"Ishh! Tadi janjinya kasih Oca hp boba, jangan pura-pura pikun mentang-memtang udah tua" Gerutunya kemudian memukul dada Fahri membuat sang empunya mengaduh.
"Iya, besok saya belikan sayang"
Betapa indahnya menikah, batin Fahri.
Tuhan memang punya rencana terbaik untuk hambanya, meskipun bisa dikatakan dia telat menikah namun tidak membuatnya menyesal yang ada dirinya sekarang bersyukur bisa menjadi suami dari Oca, si gadis belia yang jarak usianya jauh.Setelah mbersihkan diri masing-masing, kedua pasangan beda usia ini kembali berbaring, Fahri membawa tubuh Oca kedalam dekapannya.
Kruyukkk....
Oca mengerutkan kening, mendengar bunyi dari dalam perut lelaki tuanya ini. Mengangkat kelapa melihat wajah polos Fahri.
"Pptttt.. gus laper?" Tanya Oca mehanan tawanya.
Fahri terkekeh menunduk membuat mata keduanya berpandangan.
"Hmm, kedengeran ya?"
"Habis tenaga saya dek" sambungnya.
Oca mendengus "Iya, iya faktor U kan"
Anehnya sekarang Fahri tidak bete mendapat cibiran dari Oca, melainkna dirinya menarik gemas hidung Oca.
"Awwsss, maen pencet-pencet aja sakit tau!" Ocap Uca sembari mengelus-elus hidungnya yang memerah.
"Saya lapar dek" Seru Fahri tanpa tahu malu.
"Ya makan lah gus!"
"Malu ini dirumah mertua," kekehnya.
Oca mendelik "Punya malu juga ternyata" ledeknya.
"Kamu ini" kali ini bukan menarik hidung Oca, melainkan menyentik kening istrinya.
"KDRT terus ish"
Ucapan Oca kini membuat suami nya tertawa, persis tawa bapak-bapak.
*****
Oca dan Fahri menuruni tangga menuju dapur, Oca mengenakan piyama pendek, sedang Fahri hanya mengenakan kaos putih dan bawahan sarung.
Oca membuka lemari makan didapur disana hanya ada ayam goreng, dan rendang sisa makan malam tadi.
Oca menengok kebelakang melihat Fahri yang duduk dimeja makan.
"Ada ayam, sama rendang gus tapi harus di angetin dulu"
"Ada mie gak? Masak mie aja"
Fahri tahu Oca tidak terbiasa dengan peralatan dapur. Dia tahu semua dari ayah mertuanya yang bercerita tanpa Oca ketahui.Oca kemudian membuka lemari sebelahnya. Terlihat masih ada beberapa tumpuk mie instan dan mie goreng.
"Ada nih, mau mie rebus apa mie goreng?"
"Rebus aja sayang, sini saya aja yang masak. Adek duduk aja"
"Eh----"
Fahri mengambil alih mie yang ada di tangan Oca kemudian memasaknya, Oca duduk dengan sesekali menguap, memperhatikan Fahri dari belakang. Badan tinggi dan kekar, potongan rambut yang rapi, kulit yang bersih. Tapi sayangnya dia bukan tipe Oca.
"Kalau ngantuk adek tidur aja duluan!"
"Tadi katanya malu"
"Kan umi sama abi gak ada" Jawab Fahri tersenyum.
Oca berdecih, dirinya masih duduk anteng dimeja kan. Tak lama mie sudah matang, Fahri membawanya kehadapan Oca.
"Udah mateng, adek mau?"
Oca menggeleng melihat semangkuk mie dengan asap yang masih mengepul.
"Dikasih cabe enak tuh""Gak, saya takut sakit perut kaya kamu"
"Dih nyindiiiirrrrrr" kesal Oca membuat Fahri tertawa.
Fahri dengan lapah memasukan mie kedalam mulutnya, sesekali melirik Oca yang meletakan kepala diatas lipatan tanga di meja makan.
"Gus..."
"Dalem..?"
"Kapan ke Surabaya?"
"Minggu besok, kenapa? Mau ikut ?"
"Ya enggak lah, Oca bentar lagi ujian,"
Hening, Fahri memandang lamat Oca kemudian mengangguk singkat.
"Saya kira kamu berubah pikiran"
****
Allahu akbar...
Allahu akbar....Sayup terdengar suara adzan , perlahan Fahri mengerjapkan matanya, melihat ke arah jam sudah pukul empat lebih tiga puluh menit, tepat adzan subuh berkumandang.
Dia perlahan bangun kemudian menghadap miring melihat istrinya yang masih tidur nyenyak.
"Sayang... bangun hey"
Fahri mengecul pipi Oca dengan sayang. Membangunkannya dengan lembut. Tidaj seperti Oca yang grusa-grusu.
"Bangun sayang...."
"Eeeuuugghhhh" leguh Oca
"Jam berapa?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur."Setengah lima, ayo mandi dulu kita shalat berjamaah"
"Gus duluan mandinya, oca masih ngantuk!"
"Kita mandi bareng sayang, ayo ah jangan malas-malasan"
Oca masih bergeming mengabaikan ucapan Fahri, dan mata terpejam.
Masih tidak kehilangan akal, Fahri masih membangunkan Oca. Usahnya tidak sia-sia , istrinya kemudian duduk dengan wajah merengut.
"Oca mandi sendiri!"
"Iya"
Oca masih dengan keadaan linglung, meraih handuk yang tersampir dikursi meja riasnya, kemudian dengan langkah gontai dia memasuki kamar mandi.
Setelah bersiap mandi tiba-tiba.
BRAAAKKKK
Pintu kamar mandi terbuka.
"AAAAKKKHHHH GUSS ! KENAPA MASUK?"
"Saya mau mandi bareng sayang" Jawaban kalem yang sukses membuat Oca naik darah. Oca merutuki dirinya sendiri yang kelupaan mengunci pintu kamar mandi.
Dan terjadilah keributan dikamar mandi itu. Hingga tanpa terasa setengah jam sudah mereka berada dikamar mandi.
Oca yang misuh-misuh keluar mandi, disusul Fahri yang tersenyum penuh kemenangan.
"Tuh kan udah jam lima, Oca hari ini sekolah. Dasar om-om mesum gak inget umur" Mulut Oca tak henti-hentinya mengomel. Ingin rasanya Oca menenggelamkan makhluk tua ini di bak mandi.
Ada yang mau tuker suami gak plis 😭
"Kita shalat subuh dulu, saya imamin kamu" jawanb Fahri dengan wajah tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza