Abah Umar menepuk pundak Bagas "Terima kasih sudah membawa Ning Oca pulang" Ucapnya dengan penuh haru.
Bagas menggeleng "B-buk---
Ucapan Bagas terpotong oleh tawa pelan Abah Umar seraya mengangkat sebelah tangannya, memberi isyarat Bagas untuk diam.
Sementara sang Reognya Fahri semakin dibuat tidak mengerti dengan kedramaan yang diperankan oleh mertuanya. Ada bude Lasmi, Ustadzah Hawa dan beberapa orang berdiri menyambut kedatangannya bak menyambut Artis papan selancar.
Kenape sih Umah..
Dateng-dateng meluk gue sambil nangis..
Padahal gue gak bawa mendali emas, kenapa pada nyambut haru gini sih...
Oca terus mengelus punggung Umah, meskipun tidak paham. Umah mengurai pelukannya, kedua tangannya memegang pipi Oca dan tersenyum.
"Ayo masuk nduk..." ajak Umah merangkul tubuh dan menuntun Oca untuk kedalam.
Oca seperti terhipnotis, ikut masuk sesuai perintah Umah, melewati orang-orang yang mematung disebelah motor masing-masing, bahkan memgabaikan pertanyaan dari tukang ojek yang membawanya kesini.
Bahkan keadaan pakde pun tidak tidak menarik belas kasihan Abah, Umah dan bude Lasmi. Mereka semua memgikuti umah masuk kedalam rumah.
"Ya salaam.. dek ini gimana ongkos saya?!" Teriak tukang ojeg, sudah bensin motornya dibuat habis, disuruh cosplay menjadi Valentino Rossi, perut yang keroncongan, serta step motornya lepas satu karena entah punya kekuatan apa penumpangnya itu, sampai-sampai bisa terlepas begitu.
"Allahu akbar...." Pakde berselonjor kaki diatas teras rumah ndalem.
"I-itu kapan mbak Oca ada disini?" Tanya Arum menganga.
"Pak aji, gimana ini ongkos saya?!" Kesal tukamg ojeg, membuat yang masih ada disana menengokan kepalanya kepada tukang ojek yang berbadan besar itu,.kecuali pakde, dia lebih memperhatikan kondisinya.
"Kamu siapa?!" Geram Fahri melihat lelaki tua itu memanggil-manggil Oca.
"Ini yang bawa Ning Oca?" Tanya Ustadz Faqih, sepertinya dari ke enam orang yang mencari Oca, hanya Ustadz Faqih yang masih terlihat waras.
Tukang Ojek itu berdecak pinggang seraya geleng-geleng, benar-benar itu penumpangnya. Sudah dikasih hati minta empedu. Tidak tahu terima kasih.
Ia Lalu menoleh kepada ustadz Faqih.
"Haduuuh.." rintih Pakde seraya mengelus-ngelus kedua lututnya. Pak de memang sedang asyik dengan dunianya sendiri, dari tadi memijit, dan mengelus lututnya sendiri yang terasa pegal.
"Nggeh, dari tadi saya disuruh muter-muter ngikutin motor sampean bertiga. Ini juga lihat step motor saya sampe lepas begini" Ucapnya kesal seraya geleng-geleng.
"Punya kekuatan apa adek itu seumur-umur saya hidup membonceng istri atau orang lain, ndak pernah sampai step motor patah begini" Lanjutnya lagi, ustad Faqih yang mendengar melipat bibirnya.
"J-jadi bapak ini siapa?" Tanya Arum, wajahnya terlihat pucat bahkan hampir pingsan.
Tukang ojeg itu menoleh kepada Arum "Saya tukang ojek, tadi adek itu minta diantar ke alamat komplek, tapi malah nyuruh saya ngikutin sampean dari belakang"
Fahri berdehem, kesal bercampur malu menjadi satu "Dari kapan?" Tanyanya datar, rasa cemburu nya muncul mendengar Oca di bonceng laki-laki lain padahal hanya tukang ojek saja, bahkan tubuh dan wajahnya sangat jauh berbeda dengan Fahri. Masa iya Reognya berpaling ke buntelan kentut?
KAMU SEDANG MEMBACA
With You GUS
Spiritual"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza