Arc 2: Awakening of the Lost Scorching Fire
(Arc 2: Kebangkitan Api Membara yang Telah Hilang)
Phenex mendengar perintah itu dan mengarahkan lengannya ke depan pintu, hendak melayangkan serangan. Belial menggigit bibir, apa ucapannya benar kali ini?
"Tuan Muda, saya akan—,"
Ucapan Phenex terpotong ketika Belial mengangkat suara yang sangat pelan pada gendang telinganya.
"Phenex, tahan!"
Pelayan itu berbalik dengan kaget, wajahnya sedikit bingung dan khawatir. Belial maju beberapa langkah untuk memastikan.
Tidak lama kemudian, terdengar sebuah kunci pintu yang terbuka, pintu tertarik ke dalam membuat dua laki-laki yang di luar kaget.
"Belle, akhirnya kamu pulang! Mama dan ayahmu sangaaaaat khawatir mendengar berita cuaca yang buruk di sana! Badai dan petir berulang ya, katanya? Untung saja kamu gak kenapa-kenapa!" seru suara hangat itu, memeluk Belial erat.
"Ah..."
Untung saja Phenex belum melepas serangannya. Kalau sudah, bisa kacau. Ia menghela napas.
"Iya, cuacanya buruk banget. Tapi Belle gapapa, ma. Bolehin Belle masuk dulu? Aku gak bisa napas, nih!" protes Belial, tubuhnya seperti digencat.
"Ah iya, maafin mama! Mama kangen, sih. Ayahmu ada di ruang keluarga lagi nonton... Eh? Kamu lupa bawa cat rambut dan kontak lensamu?" tanya sang Ibu, memperhatikan penampilan anaknya yang berubah dari pertama kali ia meninggalkan rumah ini.
Belial menyentuh rambutnya sendiri. "Ah, iya... Aku lupa bawa," gumamnya. Mamanya bertanya kembali, "Tapi kenapa rambutmu jadi jauh lebih panjang? Apa ada yang memotongnya?" Belial sebenarnya bisa saja jawab anak iblis lain (aka Astaroth) sempat hampir botakin dia...
"Iya gak sengaja aku potong, mama tau kan rambutku cepet banget kalau tumbuh," ucap Belial penuh alasan. Mamanya masih penuh tatapan bingung, dan semakin kaget saat melihat pria dewasa di belakang putranya. "Siapa kamu?!"
"Oh, tenang ma, dia ini—,"
"Mohon maaf atas ketidaksopanan saya. Saya rasa anda dan suami anda sudah menyadari kebenarannya. Saya Phenex, Pheynix, atau Phoenix, silahkan panggil sesukanya. Saya pelayan pribadi dari Tuan Muda," potong Phenex, membungkukkan tubuhnya sebentar sebelum kembali ke posisi awal.
"Hei, Phenex, jangan langsung begitu dong!" omel Belial karena Phenex memotongnya dan berbicara asal. Sosok mama yang selama ini Belial kenal menghembuskan napasnya. Mamanya berusaha tersenyum manis menyambut kedatangan tamu itu, tapi Belial bisa merasakaan bahwa mamanya sedang menyembunyikan rasa sedih yang selama ini ia pendam.
"Ah, benar begitu, ya... Silahkan masuk. Kita bisa mengobrol bersama di dalam," ucap wanita itu, membukakan pintu lebih lebar dan masuk ke dalam.
"Ayah," panggil Belial pada sosok pria yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Pria itu tampaknya sudah tahu apa yang akan terjadi. Ia hanya menoleh dan tersenyum, membiarkan Belial dan Phenex duduk di hadapannya.
Belial belum memikirkan ingin berbicara apa, tidak ada yang terlintas di otaknya. Kemudian ia mendengar siaran televisi di sebelahnya.
"Dilaporkan kondisi cuaca ekstrem yang memburuk selama beberapa hari terakhir, terutama di daerah dataran tinggi..."
Ayahnya mengambil remote TV dan mengganti saluran dengan sengaja.
"Terdapat insiden yang terjadi di sebuah situs candi bersejarah, dua anak laki-laki tidak teridentifikasi terjatuh dari langit ke tanah. Saat ambulans datang, satu anak dinyatakan telah tewas sementara satu sekarat. Alasan terjadinya insiden itu masih misterius hingga sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...