Chapter 58: Olivia

124 14 1
                                    

A/N: Chapter ini memiliki konten yang lebih panjang dari biasanya karena akan membongkar alur utama dari cerita. Dianjurkan untuk membaca hingga akhir ya! Terimakasih dan selamat membaca<3

Pesta malam itu terus berlanjut dengan meriah. Iblis-iblis yang makan bersama, berbincang, dan mengosongkan pikiran mereka, ditemani terpaan angin laut yang begitu dingin.

Pukul sembilan malam...

Lantunan musik klasik terputar setelah itu, menghangatkan suasana di sana. Klise, sebuah puncak acara dari setiap pesta-tentu saja pesta dansa. Segera saja, para iblis segera berpasangan dengan suami, istri, ataupun tunangan masing-masing setelah Eligor mengumumkan sesi dansa telah dimulai.

Dansa tidak hanya soal menari. Mungkin bagi beberapa rakyat biasa dan bangsawan kelas rendah, pesta dansa hanya dilakukan sebagai ajang menari untuk bersenang-senang. Namun, bagi para bangsawan kelas atas, dansa memiliki arti yang sangat luas.

Bersenang-senang. Formalitas. Image publik. Informasi rahasia. Sabotase. Pembunuhan.

Bila pandangan mengenai pasangan dansa biasanya hanya fokus ke 'suami istri' 'pria yang menyukai wanitanya' 'tunangan' atau sejenisnya, tidak untuk mereka. Dansa dilakukan oleh siapapun dengan siapapun, selama yang mengundang orang lain sebagai pasangan dansanya adalah seseorang yang kedudukannya lebih tinggi. Seperti raja yang mengundang ratunya untuk berdansa, atau ratu mengundang raja untuk dansa. Biasanya juga, seseorang dengan jabatan lebih rendah, viscount misalnya, tidak berhak untuk mengundang ratu untuk dansa.

Lalu yang terpenting, dansa bukan soal pria-wanita. Belial sendiri diajarkan dua jenis dansa, yaitu dansa pria-wanita, serta pria-pria. Apabila bangsawan tersebut adalah wanita, maka ia diajarkan dansa pria-wanita dan wanita-wanita. Tidak jarang ada bangsawan pria yang mengundang bangsawan pria lain untuk dansa, begitupula dengan wanita.

Alasannya?

Seperti yang sudah dijelaskan. Antara tiga poin terakhir: informasi, sabotase, pembunuhan.

"Sendirian saja, Yang Mulia?"

Belial yang sedang melamun langsung tersadar dan menoleh ke asal suara. Pangeran tinggi dengan rambut putih gradasi merah muda disisir ke belakang, topeng putih senada, kemeja putih yang tidak dikancing (sengaja) beserta luaran mewah. Dengan topeng pun, Belial bisa tahu jamet yang satu ini siapa.

Anak yang dipanggil hanya menatap manik mata yang kerap berubah mata, berusaha menarik perhatiannya.

"Dantalion. Bukannya habis kecebur?" tanya Belial dengan wajah datar, sembari menunjuk kolam renang yang ada di dekat bar. Dantalion mempertahankan pose sok kerennya dan menyeringai (menahan malu).

"Hah, kecebur saja aku justru menarik perhatian lebih.  Tapi aku sudah kering sekarang, terimakasih pada Yang Mulia Astaroth yang Tampan dan Kerennya Tiada Duanya!" balas Dantalion sambil menyibakkan rambutnya (lagi).

Wah... Pasti Astaroth yang suruh dia sebut begitu. Memang Dantalion, Asta, dan Gusion itu cocok berteman, tiga-tiganya sama-sama tengil.

"Gak salah, kok. Aku emang satu grup main bareng Asta dan Agus," jawab Dantalion tiba-tiba, (dengan kurangajarnya) membaca isi pikiran lawan bicaranya. Belial menatap Dantalion dengan aneh.

"Ada apa menghampiriku?" tanya Belial, menyilangkan kedua lengan depan dada. Dantalion langsung mengeluarkan sebuah 'oh iya hampir lupa!'

"Anu..."

"?"

Perasaan Belial buruk. Sangat buruk.

"Aku ini teman yang baik. Aku sadar akan perubahan sifatmu yang sangat drastis dari pertemuan pertama kita di Terrestrial hingga sekarang," jawab Dantalion meletakkan tangannya pada dahi dan dada, mencoba untuk dramatis.

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang