Chapter 76: Sarapan dan Rapat Evaluasi

58 11 0
                                    

Malaikat itu berbaring dan berguling tidak jelas di atas kasur selama beberapa menit, sebelum pintu kembali terbuka menampilkan kekasihnya kembali dengan strip obat dan segelas air.

"Yofi, duduk dulu dan minum ini. Ini pil KB emergensi, nanti mas beli sendiri untuk pil KB yang harian. Gapapa kan? Atau kamu keberatan?" tanya Belial, menyodorkan satu pil dan gelas air tersebut pada Yofiel.

Perempuan itu menggeleng dan segera meminum pil tersebut.

"Gapapa! Yofi ga keberatan," balasnya, kemudian menepuk posisi kosong di sebelahnya. Belial hanya tersenyum, meletakkan gelas dan kemasan pil yang digunakan di atas laci sebelum membuka pakaiannya kembali untuk berbaring.

"Hup. Di atasku, sini," ucap Belial, mengangkat tubuh Jophiel agar berada di atasnya.

Mereka bersenda gurau untuk beberapa lama, mengobrol, tertawa, terkadang mencium satu sama lain. Tapi rasanya Belial lupa akan sesuatu.

Pagi hari, ada apa dengan pagi hari...?

"Ah..."

"Kenapa, mas?"

Sang Pangeran telat menyadarinya. Ia melirik ke arah jam dinding; tujuh pagi. Sempurna, jam sarapannya—lebih tepatnya jam Satan dan Leraye akan ke kamarnya untuk sarapan bersama!

"Katakan saja aku mau istirahat dan mereka bisa datang besok pagi untuk sarapan di kamarku."

Begitu Belial ingat, ia mendengar langkah kaki dari sepasang iblis yang berada di depan pintu.

"Mas?" panggil Jophiel sekali lagi, melihat tatapan Belial tampak kosong. Perempuan itu tanpa ragu mendekatkan kembali wajahnya, memberikan kecupan yang lama pada bibir pacarnya.

Oh, habis sudah.

Krieeet

Pemandangan yang indah. Satan dan Leraye membuka pintu kamar, mendapati anak mereka sedang bercumbu dengan seorang wanita, masing-masing tanpa busana. Beruntungnya, selimut masih menutupi tubuh bagian bawah mereka.

Parahnya lagi, wanita itu adalah counterpart dari wrath!

"Belle? Jophiel?" panggil Satan bingung, membuat keduanya menoleh. Wajah Belial tampak panik, sementara Jophiel menunjukkan wajah polos.

"Papa mama—tunggu, aku bisa jelaskan-"

"Tuan Satan, Nyonya Leraye! Kita berjumpa lagi. Selamat pagiiii," sapa Jophiel sembari melambaikan tangan dengan senang, membuat tiga iblis di sana shock. Untungnya Belial menahan tubuh perempuan itu. Wajah Satan menjadi datar.

Tanpa ba-bi-bu, pria itu masuk ke dalam kamar untuk menghampiri anaknya, sebelum ia menarik rambut Belial.

"Aduh!" erang Belial begitu ia dijambak, wajah Satan tidak bisa ditebak.

Sebenarnya mereka tidak butuh penjelasan lebih. Bukti nyata di depan mata, obat dan gelas di atas laci, pakaian yang berceceran di lantai...

"Leraye. Tutup pintu, jangan sampai ada pelayan yang lihat," perintah Satan, disusul anggukan dari istrinya.

"Dasar anak nakal—Siapa yang mengajari—Tidak. Memang kamu sudah dewasa. Tapi tetap saja, Belial!" seru Satan bingung.

Secara usia iblis, anaknya sudah cukup umur dan matang untuk hal ini, tapi kenapa ia harus melihatnya?! Dan dengan musuh abadinya, pula!

Astaga, mau marah pun Satan tidak bisa. Ia hanya kaget, tidak lebih. Sebenarnya justru bagus kalau Belial banyak melakukan hal ini karena ia seorang iblis. Logisnya: semakin banyak dosa semakin bagus, kan? Tapi pasangannya itu loh!

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang