Lucifer tersenyum selagi menatap kerumunan targetnya dari atas gedung, angin malam berhembus meniup rambut hitam legamnya.
Ia memeriksa jam tangannya, menunggu waktu yang sempurna baginya untuk turun dan membuka 'pesta'.
"Katanya para iblis itu sengaja menurunkan pertahanan untuk memburu kita!"
"Sial... yang benar saja?"
"Untuk apa aku berbohong? Lihat saja tadi! Kita kemari karena ada pengeboman di setiap markas!"
Lucifer dan otak liciknya, ia memastikan targetnya sekali lagi. Sebuah gang sepi di Pandemonium, terisi oleh sekumpulan malaikat dan penyihir yang ketakutan akibat berita ancaman tersebut.
"Tapi, Tuan Seraphim mengatakan—"
"Tuan Seraphim tidak bersama kita di bawah sini, sadarlah!"
Lucifer menaikkan kedua alisnya begitu ia mendengar kalimat tersebut. Kemudian layaknya orang gila, pria itu menjatuhkan dirinya dari lantai teratas gedung.
"Hei—! Ada yang jatuh!"
SRAAKK
Alih-alih terbentur ke atas tanah dengan keras, kini dua pasang sayap muncul pada punggung Lucifer, mendaratkan kakinya di atas tanah.
"Aha~ Ada yang ingat aku?"
"...!"
Sapaan Lucifer terdengar penuh gurau dan canda, namun kini seluruh perhatian terfokus padanya.
Tidak mungkin para malaikat lupa. Sosok manis dan rupawan di Celestial yang berubah menjadi gila dan beringas, entah apa yang ada di otaknya saat menjalankan sebuah rencana.
"Kau..." geram seseorang di sana.
Lucifer berdiri dengan tegak dengan dua kakinya, mulai bergerak dengan para Warlock yang mulai memberikannya jalan.
"Salam kenal. Aku ini, Luci........." ucap Lucifer, memanjangkan 'si' pada namanya sambil berputar, dengan iseng mencari korban.
"Kamu, iya kamu! Tebak siapa namaku!" serunya, jari telunjuknya mendarat pada seorang malaikat perempuan yang kini tampak ketakutan.
Melihat malaikat itu gemetar, Lucifer menunjukkan wajah simpati dan menghampiri wanita itu. Satu tangan ia angkat untuk mengelus pipi, wajah Lucifer semakin dekat dengan wajah si perempuan, bibir mereka hanya tersisa beberapa cm saja.
"Domba yang malang, kamu pasti ketakutan sekali..." ucap Lucifer dengan nada prihatin yang terasa merendahkan.
"Ayo jawab aku, domba manisku," lanjut Lucifer, ia menepuk pipi si wanita dengan tangannya beberapa kali. Tatapannya membuka, manik ungunya bersinar seram di malam hari.
Intimidasi dan ancaman, tapi apakah anggota warlock lainnya peduli? Apa ada yang berusaha melindungi wanita itu? Apa ada yang berusaha memberhentikan Lucifer? Tidak. Sesuai dengan perkiraan raja dari dosa besar pride itu.
"L-Lucifer..."
Ekspresi wajah Lucifer tampak seperti tokoh antagonis yang tersenyum gila begitu mendengar namanya disebut, ia melangkah ke belakang dan bertepuk tangan.
"BENAR, BENAR! Cemerlang sekali," seru Lucifer keras, kemudian kembali memutar tubuhnya untuk menatap yang lain. Jika ada hal lucu lainnya, bisa jadi para warlock yang mengalihkan pandangan mereka karena takut namun tidak berani berbuat apa-apa.
Kenapa? Padahal Lucifer kan sekarang sudah melemah?
"Kalian kenapa... takut? Takut padaku?" tanya Lucifer sedih begitu menyadari tidak ada yang ingin melakukan kontak mata dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...