Lucifer berdiri di sebuah ruangan rahasia istana, matanya menatap delapan lukisan yang terpajang di dinding ruangan itu. Ruangan yang hanya dapat diakses oleh raja, ratu, pangeran, dan putri kerajaan.
"Ayah. Mau sampai kapan berdiam di sini?" panggil Ramiel, mulai merasa bosan karena ia ditahan Lucifer untuk duduk di ujung ruangan selama satu jam. Pangeran itu juga kebingungan, sebab 'ayah'nya memutuskan untu berdiam di sini setelah rapat tadi. Memandangi lukisan yang telah buram.
Ramiel tidak menunjukkan sedikit pun rasa tertarik, menurutnya yang Lucifer lakukan sangat aneh. Hanya satu yang ia bisa lihat dengan jelas. Lukisan paling kanan masih terlihat bagus, tidak rusak seperti lukisan lainnya. Lucifer menolehkan kepala sejenak sebelum kembali ke fokusnya.
"Kemarilah sebentar, Ramiel," perintah raja itu. Ramiel tampak mendengus, namun menurut dan berjalan ke sampingnya.
Kalau dilihat bersampingan, beberapa fitur wajah mereka tampak serupa. Poni rambut yang sangat persis. Rambut hitam, mata ungu, kulit yang pucat. Pembeda paling jelas mungkin berasal dari selisih tinggi mereka dan rambut Lucifer yang sangat panjang.
"Apa yang kamu lihat?" tanya Lucifer, masih menatap ke arah lukisan tersebut. Mereka berada di depan lukisan paling kiri, lukisan yang pertama.
"Lukisan tua dan usang," jawab Ramiel cuek. Lawan bicara di sampingnya diam untuk sesaat.
"Siapa yang kamu lihat?"
Pertanyaan tersebut diulang, dengan kata pertama yang berbeda. Ramiel benar-benar kebingungan kali ini. Ia menatap Lucifer tidak percaya untuk sesaat—untuk apa sih?!
Ia tidak punya pilihan lain selain untuk berjalan maju untuk menganalisa lukisan yang sudah tidak berbentuk itu. Siapa, tanyanya. Bagaimana cara Ramiel untuk menebak sosok di lukisan jelek ini?
Yang Ramiel bisa lihat dari lukisan di depannya hanyalah sebuah bulan yang bersinar terang di atas sosok itu. Sama sekali tidak membantu.
Ramiel hendak berbalik untuk meminta petunjuk, namun Lucifer tampak tidak bergeming. Ekspresi wajahnya datar. Pangeran berambut hitam itu hanya menghela napas dan mengernyitkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Фэнтези[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...