"Tempat apa ini?" tanya Belial, melangkahkan kakinya ke dalam. Tampak seperti gua batuan yang biasa ditemukan. Hanya saja, di sepanjang dinding batu terdapat kristal ungu yang memancarkan cahaya remang-remang. Tidak hanya itu, di sana juga terdapat meja, kursi, kotak-kotak, dan lain sebagainya. Gua itu meluas ke kanan dan kiri, seperti lingkaran.
"Apa kubilang, kan," ucap Dantalion mengangkat serpihan yang ia temukan di sungai sebelumnya. Benda itu ikut berpendar berwarna keunguan. Belial berpikir, ungu, apa warna itu menjadi warna khas kaum tertentu? Yang ia ingat, malaikat jatuh memiliki warna rambut hitam dan mata ungu, tapi para penyihir gelap juga memakai setelan hitam ungu. Mewakili yang mana?
"Halo, apa ada orang?" tanya Astaroth keras, berniat ingin berpura-pura menjadi anggota penyihir jika ada orang di sana. Sunyi. Ia berhati-hati berjalan lebih dalam, melakukan eksplorasi pada tempat itu.
"Jubah ini..." ucap Belial, memegang pakaian yang tergantung di salah satu hanger. Ini milik penyihir gelap. Tempat yang mereka masuki memiliki masing-masing satu meja di sisi kanan dan kiri, di atasnya terdapat banyak buku dan dokumen. "Apa ini tempat kerja mereka? Tapi hanya ada untuk dua orang dan seterbuka ini," tanya Belial.
Phenex mengikuti tuan mudanya, memerhatikan sekeliling dengan cermat. "Lihat ini," panggil Dantalion dari sisi kiri. "Ada apalagi?" Mereka berjalan menuju Dantalion yang sedang berdiri di belakang sebuah meja, tangannya tampak sibuk membuka sesuatu.
"Buku ini..." gumam Astaroth, jari-jarinya meraba cover buku-buku di atas meja. Belial melihat buku itu, tidak butuh Bahasa asing untuk mengertinya. Di cover jelas-jelas tertulis judulnya masing-masing: How to Summon Solomons Pillar, Beginners Guide to Magic, Warlock and Sorcerer, Elemental Mages, dan lainnya. Yang jelas, buku yang tebalnya sekitar ribuan halaman ini semuanya tentang sihir.
Selain itu, di sana ada beberapa perkamen yang digulung, seperti surat. Terdapat beberapa tinta bulu juga, menambah kesan kuno dan misterius pada tempat itu. Di laci juga terdapat kristal ungu yang sama, pulpen, kertas, dan barang tidak penting lainnya. Mereka hendak melihat perkamen gulungan itu ketika pergerakan mereka terhenti.
"Sudah kubilang jangan berenang di air terjun bukan, anak-anak nakal?"
Mereka menoleh ke asal suara, melihat seorang pria masuk ke dalam dengan ekspresi kesal, tangannya membentuk kilatan ungu. Belial membuka matanya, itu tour guide yang tadi membawanya ke atas.
"Anak-anak yang tidak bisa taat perintah, lebih baik mati saja, bukan?!" seru pria itu dengan wajah gila, melempar apapun itu yang ia ciptakan tadi.
"Tuan Muda sekalian silahkan mundur. Biar saya yang atasi ini," ucap Phenex maju dengan cepat, gerakan lengannya dari kanan atas ke kiri bawah.
BLAAAR!
Serangan itu terdistribusi rata menjadi listrik pada perisai transparan yang dibuat oleh Phenex dalam sekejap. Belial yang melihatnya teringat dengan metode Zagan yang serupa, hanya berbeda cara mengaktifkannya.
"Itu taktik yang sangat dasar dan cukup umum bagi para pengawal, kau tahu. Perisai, lalu mengubahnya menjadi senjata untuk menyerang balik," jawab Dantalion membaca pikiran Belial. Anak itu melirik ke Dantalion dengan kaget. "Heh, jangan baca pikiranku seenaknya!"
"..." Astaroth menggigit bibirnya. Di antara mereka berempat, yang posisinya paling bahaya saat ini adalah Astaroth. Ia basah kuyup, dan kemampuannya atas air juga akan sia-sia bila dihadapkan dengan penyihir yang menguasai elemen ini, listrik. Salah gerakan sedikit maka dia bisa disetrum dengan mudah.
"Ayolah, jangan berlama-lama di sini! Aku juga ingin istirahat tahu, sialan?!" seru penyihir itu, kali ini berlari menuju Phenex. Pelayan itu dengan santai mengayunkan lengannya ke kiri atas, membentuk tombak berwarna putih dan emas. Tombak itu ia arahkan pada penyihir di hadapannya, menghempaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasía[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...