"Sudah ambil bahan-bahan yang kamu butuhkan?" tanya Belial, menegur istrinya.
"Mmm, ini sudah, ini juga sudah, sudah, sudah, sudah... Oke, sudah semua!" balas Jophiel sambil melipat catatannya, kembali mendorong satu stroller bayi.
"Alright. Kalau begitu kita tinggal beli mainan untuk Castiel dan Haniel," lanjut Belial, mendorong satu stroller lagi, di satu tangannya terdapat keranjang belanjaan. Mereka berjalan menuju section mainan anak kecil, dua suara bayi yang antusias terdengar.
"Ciel, Niel, mau yang mana?"
Belial menyaksikan dua malaikat kecil berambut merah itu menunjuk-nunjuk apa yang mereka inginkan. Castiel dan Haniel bertengkar sesekali, Haniel adalah gadis yang sangat usil dan pemarah terhadap kakak laki-lakinya yang lembut dan penyabar, Castiel.
Putra Mahkota itu tersenyum untuk beberapa saat melihat keluarga kecilnya hingga punggungnya tidak sengaja berbenturan dengan seseorang.
BUK!
"Ah, maaf. Anda tidak apa-apa?" tanya Belial ramah, membalikkan dirinya untuk mendapati anak laki-laki yang tertabrak.
"Oh jangan khawatir, justru saya yang minta maaf, pak!" seru anak itu tergesa-gesa, hoodienya kini tersibak menampilkan mata sebiru kristal dan rambut pirang panjang. Suaranya sangat hangat dan halus... Belial membeku.
Secepat ini...? Reinkarnasi dari sosok itu?
"A-ah, saya benar-benar minta maaf karena tidak melihat jalan. Pak, ada apa?"
Kericuhan itu menangkap perhatian Jophiel yang kini menghampiri mereka, wanita itu paham mengapa suaminya seperti itu.
"Tidak perlu minta maaf! Kamu mengingatkan suamiku pada seseorang. Silahkan lanjutkan jalanmu," potong Jophiel, disusul anggukan cepat anak itu.
"I-iya, terimakasih banyak, saya akan bergegas."
"...Yofi," panggil Belial, suaranya terdengar dalam dan waspada.
"Dia hanya manusia. Mas, jangan terlalu dipikirkan. Jika memang masalah akan terjadi, pasti ada jalan keluar. Kita fokus dengan Ciel dan Niel dulu, ya? Tujuan kita ke Terrestrial adalah untuk berlibur dengan Tuan dan Nyonya Vierheller beserta adik angkatmu, Arabella. Oke?"
Belial menarik napas berat untuk beberapa saat dan tersenyum mengangguk. Wanitanya memang selalu sempurna dalam mengendalikan suasana. Mereka berdua kemudian membayar seluruh barang yang mereka beli setelah dua malaikat mini itu memilih mainan mereka, Belial menyetir mobil ke arah gang yang sangat familiar.
Tok tok tok
Tiga kali ketukan sampai pintu terbuka, Belial tersenyum hangat.
"Ayah, mama. Aku pulang."
- INFERNO: The Lost Prince dengan resmi tamat -
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasía[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...