Arc 6: The Return of the Blazing Throne's Crown Prince
(Arc 6: Kembalinya Putra Mahkota dari Takhta yang Berkobar)
"Kereta sudah siap, Tuan Muda."
Haaah...
Belial menatap dirinya sekali lagi di depan cermin kamar tempat ia menginap, merapihkan pakaiannya yang berlapis-lapis. Kemeja merah yang awalnya tampak polos namun ketika berada di bawah cahaya akan timbul motif berkilau dengan bentuk kobaran api dan bunga yang sangat mendetail. Tampak sangat simple namun berkesan sangat mahal begitu cahaya menerpanya. Belial mengenakan outer berupa atribut hitam bermotif kerajaan yang cukup kaku dan kurang fleksibel untuk banyak gerak, menutupi bahu hingga lengan atasnya. Tambahan lagi, sebuah jubah merah yang panjang menggantung dari atas pundak hingga hampir menyentuh mata kaki anak tersebut.
Sebuah kain yang dilipat sedemikian rupa di leher, dikencangkan menggunakan agatenya yang kini terpasang pada perhiasan emas. Celana hitam panjang dengan ikat pinggang senada, beserta seatu yang masih tampak baru.
Rambutnya digerai dengan beberapa kepangan rapih ke belakang oleh Phenex, menampilkan fitur wajahnya yang tajam. Beberapa anak raja lainnya sudah pergi setelah sarapan pagi, menyisakan dirinya seorang. Mammon dan ketiga anaknya juga sibuk dengan urusan masing-masing setelah ia berpamitan dengan mereka.
"Anda sudah siap?" tanya Phenex, memastikan anak laki-laki yang cukup jauh selisih usia dengannya merasa nyaman. Belial melirik sang pelayan, tidak berkutik dan mengencangkan sarung tangan hitamnya.
"Saya akan ingatkan sekali lagi. Selama ini Anda berkeliaran secara terbatas di Jinnestan tanpa tujuan yang formal. Mulai saat ini, Yang Mulia, para pengawal kerajaan akan secara langsung melihat Anda untuk pertama kali dan mengakui bahwa Anda adalah putra mahkota dari seluruh penjuru neraka. Berikan impresi yang bagus, wibawa, kharisma, dan aura adalah nomor satu," jelas Phenex, menatap Belial yang awalnya tampak grogi. Cuma karena Phenex ngomong melulu, anak itu jadi ketus.
"...Iya. Ayo berangkat, orangtuaku pasti menunggu kehadiranku," balas Belial singkat, sebelum membalikkan tubuhnya dengan penuh percaya diri, berjalan menuju pintu utama kerajaan yang tidak terlalu jauh dari tempatnya sekarang.
Phenex tersenyum. Gaya berjalan itu, persis dengan cara Satan berjalan. Kelihatannya angkuh, tapi entah mengapa sangat cocok di mereka.
"Baik, Tuan Muda."
Tap Tap
Langkah kaki Belial terdengar tegas, dagunya posisi sedikit terangkat dengan mata yang menganalisa sekelilingnya dengan tajam. Pintu sudah terbuka lebar, menyibak beberapa pengawal—dua belas ya?—yang berbaris di sisi jalan kanan dan kiri, membungkukkan tubuh mereka ketika sang Pangeran lewat.
Belial tidak mengalihkan tatapannya sedikit pun, masih terus tegap menghadap depan. Pengawal-pengawal itu berbaris, dengan enam kuda pengawal di depan dan enam kuda di belakang. Ditambah dengan kuda yang berfungsi menarik kereta, jadi ada empat belas...
Pengawal yang berada di sana sepertinya berasal dari Pandemonium, karena seragam mereka tampak sangat formal dan serupa. Masing-masing dari mereka tampak membawa senjata, lengkap dengan kudanya yang berada di depan dan belakang kereta kuda utama. Belial gak perlu melirik untuk tahu bahwa mereka semua merasa berada dalam sebuah tekanan ketika melihat pangerannya muncul dalam keadaan hidup setelah 725 tahun.
Kereta kuda berwarna hitam yang tampak sangat mewah dan detail tak terkira berada persis di depannya, menarik mata siapa pun yang berada di sana. Phenex maju beberapa langkah, membukakan pintu untuk Belial.
"Silahkan, Tuan Muda."
Anak itu tidak membalas, hanya mengangguk kecil dan masuk ke dalam. Interior yang penuh dengan warna hitam dan merah, jendela bertirai dari kain katun. Di tengah kereta terdapat meja kecil yang menyajikan banyak cake, teh, maupun alat untuk memperindah penampilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...