Chapter 65: Garden of Eden

102 12 0
                                    

"Cit cit!" Suara kicauan burung yang nyaring itu terdengar sangat bahagia, sayapnya dikepakkan sebelum kembali berdiri di atas telapak tangan seseorang.

"Oh, begitukah? Kamu kelihatan senang sekali hari ini, burung kecil! Merpati cantik," balas Jophiel gemas, ia menggunakan jari telunjuk untuk mengelus kepala merpati tersebut.

"Cit!" Malaikat di depannya hanya tersenyum manis, kemudian membiarkan burung tersebut bertengger di bahunya. Warna merpati itu terlihat sangat serasi dengan dua pasang sayap putih yang sedang basah, sebagian terendam ke sungai susu tempat pemiliknya mandi.

Taman Eden, suatu bagian dari surga yang keindahannya tidak dapat dideskripsikan. Lahan hijau yang terbentang dari ujung hingga ujung tiada akhir, pepohonan, hewan-hewan di sana, bahkan sungai pun terbuat dari susu yang mengalir! Jumlah malaikat di sana tidak dapat dihitung, namun Taman Eden memang dikenal sebagai surga tempat para malaikat dan manusia yang telah wafat bermain di surga.

Dan inilah rumah Jophiel. Tempat ia menghabiskan kebanyakan waktunya, istirahat, bermain, dan mengerjakan tugasnya sebagai penjaga Taman Eden. Penjaga, ya penjaga. Di belakangnya terdapat sebuah pohon besar dengan beberapa buah yang bergantung dari rantingnya, menggoda siapapun untuk memetik dan memakannya. Orang-orang mengenal buah tersebut sebagai The Forbidden Fruit, dan sebagian juga mengenalnya sebagai buah khuldi. Buah yang membuat Cherubim dan Jophiel menjatuhkan Adam Hawa ke Terrestrial...

Bicara soal Terrestrial, sudah berapa hari Jophiel tidak pergi ke sana? Dua hari? Wah, tapi rasanya lama sekali. Archangel itu tertegun.

Kak Seraphim sudah bilang aku tidak perlu menjaga nenekku—alias Olivia di bawah sana lagi. Berarti Olivia sudah aman. Sangat tiba-tiba, tapi aku dialihtugaskan untuk pergi ke Jinnestan. Rasanya aneh, aku rindu dengan bumi. Apa nenek, kakek, ayah, dan ibu akan baik-baik saja di sana? Apakah Gabriel juga akan memanipulasi ingatan mereka agar tidak mengingat aku? Mau bagaimanapun, meskipun aku adalah seorang malaikat, aku tetap anak cucu mereka, kan? Hanya saja rohku ditiupkan ke janin yang ada di rahim ibuku saat mengandung, dan aku mengambil fisik yang serupa.

Aku juga rindu Belial... Aku merasa bersalah karena membohongi anak itu dan tidak memberikannya kabar sama sekali.

"Hah...? Yofiel bodoh. Apa yang sedang kamu pikirkan?" gerutunya sendiri, mengetuk dahinya kecil.

Apa 16 tahun menjadi manusia membuatnya lembek? Ia mengira semua perasaan itu akan luntur ketika kembali menjadi malaikat! Malaikat adalah makhluk yang tidak punya perasaan, hawa nafsu, ataupun keinginan. Iya, memang seharusnya begitu. Akan tetapi, kenapa hatinya merasa sakit setiap memikirkan cowok itu?

"Cit cit!" Kicauan burung merpati itu terdengar kembali, membuat Jophiel terbangun dari lamunan dan bertanya-tanya.

"Ada apa, burung kecil? Ah, sudah pergi..." gumam wanita itu pelan, mendongak untuk melihat merpati yang terbang tinggi. Ia kemudian kembali menundukkan kepalanya dengan sedih.

"Kakak," panggil sebuah suara familiar, membuat Jophiel menoleh ke belakang. Laki-laki tinggi yang dalam wujud manusianya terlihat sangat cengeng, namun dalam wujud malaikatnya terlihat sangat kalem. Mata heterokromianya penuh dengan rasa penasaran.

 Mata heterokromianya penuh dengan rasa penasaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang