"Lantas, apa yang membuat kau dan anak bawang cengeng itu kemari kalau bukan mengincarku?" tanya Lucifer, menunjuk Gabriel di ujung lapangan.
"Kami turun atas perintah Kak Seraphim. Beliau bilang merasakan energi malaikat dan iblis yang sekarat di sini. Tidak lebih," jawab Jophiel, membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi ke arah Gabriel.
"Apa kakakmu cukup bodoh untuk mengirimkan seorang GABRIEL ke sini untuk menyembuhkan bangsawan iblis sekarat, bukannya Raphael?!"
Dua pasang sayap lagi-lagi membuka lebar dari punggung malaikat perempuan itu. Jophiel melirik sedikit ke belakang.
"Kak Sera adalah satu-satunya malaikat yang mengetahui segalanya," gumam Jophiel pelan, sebelum berjalan pergi ke arah Gabriel yang sedang sibuk menangani Eligor.
Kondisi anak itu tampak sekarat. Saat ia memuntahkan darahnya dan langsung jatuh tak sadarkan diri tadi, kulitnya mulai membiru.
"Kak Luciel. Aku memang anak bungsu, namun aku yakin bahkan seorang mantan malaikat agung seperti kau mengetahui kekuatan yang aku miliki. Kasus mudah seperti ini tidak membutuhkan Kak Raphael yang sedang sibuk menjaga gerbang Taman Eden," balas Gabriel, suara halusnya sedikit membuat Lucifer kesal.
Gabriel kembali ke Eligor di hadapannya, terbaring lemas.
"Anda tenang saja Tuan Beelzebub. Ini bukan persoalan besar, namun memang harus seorang malaikat agung yang melakukannya untuk menarik partikel malaikat di sini. Apa anak ini berperan sebagai defensive di medan perang? Karena kalau iya, ini menjelaskan semuanya. Ia yang menerima semua serangan dari malaikat tadi, serpihan jiwa malaikat itu masuk ke tubuhnya melalui defense tersebut dan membunuhnya secara perlahan."
Ocehan Gabriel saat itu sebenarnya tidak terlalu didengar oleh yang lain, hanya saja ia merasa perlu membicarakan itu. Gabriel mengangkat tangannya, meletakkan jari di atas kepala Eligor.
Detik berikutnya, sebuah lingkaran berwarna biru terang dengan berbagai simbol di tengahnya muncul pada tanah, berputar di sekeliling tubuh pangeran yang terbaring tak sadarkan diri. Gabriel sedang menarik serpihan malaikat yang berada di dalam sana, berusaha menyelamatkan anak yang dibunuh secara perlahan itu.
"Bagaimana keadaannya, Gabriel?" tanya Jophiel, melihat serbukan debu berwarna biru menyala mulai keluar dari tubuh Eligor. Gabriel hanya bergumam ceria.
"Bagus, Kak. Anak ini hanya butuh waktu untuk beristirahat. Regenerasi tubuhnya sudah dimulai."
"Wah, senang mendengarnya! Tuan Beelzebub, Anda tidak perlu khawatir. Beruntungnya, malaikat barusan tidak memberikan serangan yang mematikan, jadi Anda dan keluarga santai saja. Gabriel yang bukan malaikat penyembuh saja bisa menyembuhkannya, kok!"
Beelzebub menatap Jophiel dengan tatapan datar, namun hatinya berbicara. Gak mematikan, katanya! Padahal jiwa malaikat itu membunuh secara perlahan! Apa semua malaikat agung seaneh ini?
"Tuan Beelzebub, raut wajah anda bisa terbaca," ujar Jophiel tersenyum dan meletakkan tangannya pada pipinya sendiri, menyadari bahwa raja di hadapannya bisa saja sedang ngatain dia aneh. Istrinya tersenyum, sementara Beelzebub sendiri menghela napas.
"Terimakasih. Tanpa kalian, nyawa anak kami—Tidak, nyawa para pangeran ini patut dipertanyakan sekarang," ujar Beelzebub menundukkan kepalanya selama beberapa detik, sebagai tanda terimakasih.
Jophiel dan Gabriel hanya tersenyum dan melambaikan tangan. "Ah, jangan khawatir. Memang tugas kami untuk menjaga keseimbangan antar tiga dunia."
Gabriel berdiri, ikut membungkukkan badannya. "Tugas saya di sini telah selesai. Ia menerima hantaman yang cukup keras sehingga akan butuh waktu lebih lama untuk regenerasinya. Estimasi saya, Eligor akan sadarkan diri selang 16 jam," ucap Gabe, lengan kanannya ia tekuk di depan tubuh sebagai rasa hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasía[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...