Chapter 92: Latihan Khusus, Katanya!

55 7 2
                                    

BUGH!

"Aduh!"

Semua anak yang ada di sana menoleh ke sumber suara, salah satu dari mereka terjatuh.

"Cupu," ejek Gusion pada adiknya, ia menarik kelopak mata dan menjulurkan lidah sebagai ejekan.

"Abang kurangajar," balas Halphas kesal, ia bangun dan mengusap pantatnya. Wajahnya tampak meminta belas kasihan dari Malphas setelah Camael menyapu kakinya sehingga ia tersandung.

"Cupu," tambah Malphas, membuat harapan Halphas pupus begitu saja.

"Posisi kaki anda terlalu tegak, Halphas. Itu membuat anda mudah kehilangan keseimbangan. Padahal hal tersebut cukup dasar dan fundamental dalam bertarung," komentar Gabriel, menunjuk ke arah kaki Halphas.

"Ah... Ya. Aku menyadarinya, memang terasa kaku saat ingin menghindar. Tambahan satu lagi. Apa gak bisa bicara nonformal aja? Mukamu keliatannya gak jauh lebih tua jadi rasanya aneh," balas Halphas, mengernyitkan dahinya. Gabriel tersenyum (sangat) manis.

"Baik. Saya, maksudku aku, sebenarnya jauh lebih tua. Tapi gak apa-apa. Mau istirahat atau lanjut?" tawar Gabriel. Malphas berkacak pinggang.

"Latihannya belum seberapa," jawab Malphas percaya diri, belum merasa lelah. Camael dengan wajah juteknya menatap mata merah di depan (bawah, karena Malphas aslinya jauh lebih pendek...).

"Belum seberapa dan kalian sudah berjatuhan," ucap Camael sinis, kulit gelapnya tampak sangat eksotis di bawah cahaya matahari.

"Itu karena kau yang terlalu keras! Dimana-mana kalau latihan itu dimulai dari yang mudah!" seru Halphas ketus, mendapat sebuah cemooh dari Camael.

"Hah? Kalian menyerang. Aku menghindar. Lalu aku membuat gerakan sapu dengan kaki. Kalian terlambat menghindar. Jatuh. Selesai," ujar Camael, mengalihkan wajahnya dan memejamkan mata (supaya keliatan keren, katanya).

"Ah, ini malaikat yang cukup kurangajar," komentar Malphas, ia menyilangkan kedua lengan. Gabriel tersenyum melihat interaksi mereka bertiga.

"Sudah, sudah. Hari semakin terik. Bagaimana jika kita ambil keputusan seperti ini. Halphas dan Malphas coba serang sekali lagi, jika berhasil menyentuh Kak Cammy, maka latihan dilanjutkan. Jika tidak, maka kalian istirahat. Bagaimana?" usul Gabriel, mencari jalan tengah.

Halphas mengangguk, "deal."

Belum sempat Halphas berkoordinasi dengan Malphas, kembar yang lebih muda itu terlebih dahulu maju dengan mata yang menatap Camael sangat tajam.

Uh oh, ini gerakan Malphas sebelum mengubah seseorang menjadi logam.

Camael menatap Malphas untuk beberapa detik dengan wajah datar, menunggu kemungkinan apa saja yang akan datang. Mammon, ya. Camael hanya familiar dengan kekuatan milik counterpart-nya, gluttony, sehingga ia sebenarnya tidak tahu apa-apa soal kekuatan lawannya di sini.

"...Oh," gumam Camael kecil begitu melihat sebuah kilatan emas di mata milik Malphas, seolah-olah kini ia tahu apa saja yang bisa dilakukan anak ini.

Camael memejamkan mata dan menoleh ke kiri, namun lengan kanannya ia angkat tegak lurus dari tubuh, jemarinya tepat menyentuh dahi Malphas. Anak yang disentuh, di sisi lain, tampak terkejut.

"Malphas," batin Halphas, tampaknya juga menyadari apa yang akan terjadi pada Malphas, ia hendak berlari ke depan.

Persis sekali, seolah-olah Camael telah menghitung kecepatan Halphas berlari untuk menyelamatkan adiknya. Benar saja, ketika Halphas sudah beberapa kaki untuk menyelamatkan Malphas...

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang