"Ugh!"
SRRAKKK
Erangan tersebut lepas dari mulut Belial ketika ia berusaha menghindar dari serangan rantai dengan ujung seperti panah besi yang terbakar. Apapun namanya, yang jelas jumlahnya ada delapan di atas, dan semuanya bergerak sangat cepat. Bahkan Belial yang biasanya gesit dalam menghindari serangan Phenex kini berada dalam posisi berlutut dan berusaha mengatur napasnya.
Belial menatap Satan, menganalisa lawan dan situasinya saat ini. Yang dilakukan Satan hanya berdiri tenang di sana, bahkan tidak menggunakan tangannya untuk menggerakkan rantai—seolah-olah ia mampu mengendalikan mereka dari pikirannya.
Kalau ia jadi lelah hanya karena menghindar saja, situasinya akan jadi mutlak. Melihat cara serang senjata tersebut, Satan nampaknya benar-benar ingin menyerang dengan hasrat membunuh. Gak enaknya lagi, pakaian Belial saat ini benar-benar membatasi gerakannya. Iblis tersebut menarik napas, menganalisa sekelilingnya. Jelas, ini dimensi yang dibuat oleh Satan. Segala sesuatu yang diminta oleh pembuatnya, pasti dapat terjadi.
Ketika suara rantai-rantai tersebut terdengar lagi, Belial sudah dalam posisi sigap untuk menangkis pola serangan yang sangat acak tersebut.
SING!!!
Suara logam pedang milik sang anak beradu dengan suara rantai yang menerjang, menghujam satu per satu. Namun kali ini, dibanding dengan menghindar dari serangan, Belial menangkisnya. Satan menatap anak itu, bak menunggu sesuatu.
"Bagus. Dengan begini, aku bisa maju ke depan untuk mencari bukaan celah," gumam Belial, membiarkan tubuhnya bergerak sendiri sesuai refleksnya (yang cukup gila cepat), menangkis serangan datang bertubi-tubi. Matanya mulai menyesuaikan dengan kecepatan rantai-rantai itu, membuat semuanya tampak lambat.
Ketemu!
Belial mengambil posisi untuk berdiri tegak dan berlari ke arah Satan, pedang di tangan kanan hendak menebas. Yang cukup membuat Satan menaikkan kedua alisnya dengan kagum adalah nyali anak itu untuk berlari mendekat ke arah lawan yang jauh lebih kuat darinya.
Pasti ketika aku mendekat, dia akan memutar posisi rantainya untuk menyerangku dari belakang, jadi aku tinggal berputar dengan cepat untuk menangkis seluruh panah itu bersamaan selagi ia tidak punya serangan lain. Benar, dengan begitu rantainya butuh waktu untuk kembali ke posisi semula, memberikanku cukup peluang untuk mengeluarkan tebasan!
Benar saja, segera setelah itu, trdengar bunyi-bunyi rantai bergerak di belakangnya. Belial dengan sigap membalikkan tubuhnya dengan posisi beberapa cm di atas tanah, bersiap menangkis rantai yang akan datang secara bersamaan.
"Terbaca. Kau masih lima ribu tahun lebih dini, bocah."
"Eh?"
Belial kira, upaya dia dalam memprediksi serangan musuh sudah cukup baik, terutama ia berhasil membaca serangan Phenex berkali-kali. Namun kali ini...?
Ekspresi anak laki-laki itu menjadi kaget ketika seluruh rantai menghilang, benar-benar lenyap, seolah-olah memang tidak ada sejak awal. Yang membuat mata anak itu semakin terbuka lebar adalah rasa panas yang familiar dari arah belakang.
Terlalu terlambat untuk menghindar secara total. Mau ia lebih cepat sedetik pun, pasti akan ada bagian dari tubuhnya yang terluka. Satan tepat di belakangnya, tangan raja berambut merah itu mengendalikan sebuah bola api yang sangat membara. Mirip dengan yang Belial punya, tapi ini versi sempurnanya.
Bola api, bola api. Bola tersebut akan meledak begitu mengenai apapun. Jarak terdekat saat ini adalah tubuhku.
Otak Belial berusaha berpikir cepat di bawah tekanan ini, ditambah lagi tubuhnya yang sedang tidak menapak tanah pasti akan kesulitan untuk menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...