Chapter 108: Bonafide Sinners

53 9 0
                                    

"Jadi..."

Tik tik tik

Suara jam yang berdetik turut menemani mereka bersembilan di ruangan istirahat itu, hentakan kaki Gusion pada lantai membuat perhatian mereka kembali terfokus.

KRIEEET

"Apa aku terlambat?" tanya Jophiel menghampiri mereka, membuat Belial menoleh dengan semangat.

"Tidak, kami baru berkumpul. Sudah ngobrol dengan Ziel, sayang?" balas Belial, kemudian bergeser dan menyisakan posisi pada sofa untuk Yofiel. Wanita itu mengangguk dan duduk.

"Apa ada sesuatu yang genting tadi, Nona?" tanya Astaroth datar dengan posisi yang sangat formal.

Dilihat-lihat lagi oleh Jophiel... Sembilan pangeran di sana tampak mengenakan seragam kerajaan formal dan berkharisma. Ah, di jadwal mereka hari ini memang ada jamuan dengan beberapa petinggi lainnya, menjelaskan suasana yang masih terbawa hingga sekarang.

"Pertemuan kita seharusnya jam delapan dan diundur jadi jam sembilan malam karena Nona Jophiel ada kepentingan. Apa mungkin itu tidak genting, Tuan Astaroth?" tanya Morax menaikkan satu alis, sedikit menyindir.

"Jangan berkelahi, lovebirds. Nanti malam di kamar saja. Kita percepat pertemuan malam ini," tegur Gusion sambil menepuk bahu Asta dan Morax dari belakang sofa, membuat mereka sedikit terkejut.

"Jadi? Ada apa, nona?" tanya Eligor, memiringkan kepala. Jophiel menarik napas dan berusaha untuk terlihat tenang.

"Andreas diserang pagi ini."

"Ha...?"

Laki-laki di sana menampilkan wajah yang bingung pada Sang Malaikat.

"Seraphim telah melalui batas dimensi ruang dan waktu melalui cermin. Kejadiannya pukul lima pagi tadi, ketika kita semua sedang lengah. Ziel memberitahuku barusan karena aku sibuk di siang hari," ulang Jophiel, mengingat-ingat.

Belial tertegun. Jam lima, ya... Sepertinya ia masih sibuk muntah-muntah jam segitu. Ia tidak begitu ingat malam sebelumnya, yang jelas ketika ia pulang dengan kondisi kacau, calon kakak-kakak iparnya masih berkumpul di kamar.

Apa mungkin, kejadiannya setelah mereka berpisah?

"Bagaimana bisa terjadi?" tanya Halphas, bersandar pada sofa dan menyilangkan lengan.

"Berdasarkan cerita Ziel, Andreas menatap cermin terlalu lama. Kemudian ia melihat pantulannya berubah menjadi Calliope dan Seraphim yang berusaha menariknya ke dalam cermin."

"Menyeramkan," komentar Malphas pelan, membayangkan adegan horror tersebut di ruangan yang gelap.

"Kalian sudah memeriksanya? Dimensi, maksudku," tambah Belial, mendapat anggukan dari Jophiel.

"Sudah. Aku, Ziel, dan Kak Michael membuka dimensi ruang dan waktu beberapa saat yang lalu sebelum ke sini untuk memastikan. Dugaan kami benar. Dimensi ruang memiliki banyak retakan seperti cermin yang retak, dan jam-jam milik Zadkiel terlihat berputar berbalik arah, kami masih menahannya. Tapi, kami cuma bisa memastikan itu saja, tidak lebih. Cermin adalah medium Seraphim untuk menjelajah ruang dan waktu."

"Apa yang harus dilakukan untuk hal itu? Maksudku, cermin itu sangat mudah untuk ditemukan," tanya Dantalion, jemarinya ia letakkan pada dagu.

"Itu jawabannya. Kak Luci bilang cara paling efektif sekarang adalah hanya dengan menutup dan menghindari cermin. Pasalnya, ilusi itu baru muncul ketika Andreas menatap cermin," jawab Jophiel, dahinya mengernyit.

"Apa yang akan terjadi jika dimensi yang retak itu menjadi pecah dan Zadkiel tidak dapat menahan jarum-jarum jam yang berusaha berlawanan arah itu?"

Jophiel menoleh ke arah Ramiel yang bertanya, "Memangnya kakak atau adikku gak ada yang pernah ngomong soal ini ke kalian?"

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang