Arc 13 (Final Arc): For You, I'll Sacrifice Everything
Arc 13 (Arc Final): Untukmu, Aku Akan Mengorbankan Segalanya
"Kita telah tiba."
Belial menoleh ke sekeliling, mengobservasi area luas tersebut. Celestial... memang benar-benar indah. Di sekeliling mereka ada rerumputan hijau, pegunungan, bunga-bunga, sungai, dan pemandangan lainnya yang bisa dinikmati kapan saja. Sayang sekali tempat yang indah ini akan menjadi tempat pertumpahan darah. Wajah Lucifer tampak sangat datar, namun matanya seolah-olah mengatakan, "aku kembali berdiri di sini."
"Inferno, Exercitus! Ambil posisi masing-masing. Pasang buff dan debuff sesuai urutan dan kita akan melancarkan serangan pertama," perintah Jophiel, disusul dengan pergerakan berturut-turut. Formasi pertama: 1-5-2-4-5. Gabriel berada paling depan, sendirian dan tidak mengeluarkan senjata apapun.
"Sanctum of Caduceus."
"Libera of The Saint."
Rapalan itu terdengar dari satu ke yang lainnya, mengaktifkan seluruh perlindungan yang ada di sana. Mereka melirik satu sama lain dengan yakin.
"Kita sudah siap," ucap Belial, mendapat anggukan dari pemimpin di sana.
"Wakil jenderal, mulai perangnya."
"Siap." Camael mengeluarkan sebuah busur dan panah yang sangat besar, mengangkatnya tinggi ke atas langit. Matanya yang indah terlihat menyeramkan dengan aura membunuh kali ini.
Tiga, dua, satu...
SET!
Panah itu dilepaskan dengan kecepatan penuh dan presisi yang sempurna, membuat para pangeran kembali tersadar fakta bahwa archangels di sini akan menggunakan kekuatan penuh mereka.
BOOM!!!
Panah Camael menimbulkan ledakan berskala besar begitu mendarat di targetnya, meledakkan sebuah tempat yang suci: altar Seraphim.
Delapan kakak beradik itu memasang ekspresi serius begitu telinga mereka menangkap suara lesatan di udara yang sangat amat kencang sepersekian detik setelah ledakan. Itu bukan suara senjata—melainkan sebuah reflex luar biasa. Camael berhasil memancing musuhnya untuk keluar.
Mata Belial membesar begitu ia melihat sesosok malaikat terbang dengan kecepatan yang belum pernah ia lihat sebelumnya, siap untuk menghantam mereka dalam sekali hentakan.
Gabriel menatap musuhnya dengan saksama, menunggu waktu yang tepat.
Dia sebentar lagi jatuh... Ini waktunya.
"PERSEVERANCE OF GLORY: SANCTIFIED SHIELD!"
BOOM!
Debu menutupi lapang pandang mereka, Astaroth dapat terlihat mengibaskan udara di hadapannya.
"Gila... Kalau tidak ada perisai Gabe, kita jadi peyek," canda Astaroth pelan, mendapatkan tawa kecil dari Gusion.
Gabriel masih berdiri dengan tegap, wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun. Perisainya berwarna biru keemasan transparan itu masih terjaga dengan baik tanpa satu retakan pun.
"Itu Seraphim," ucap Halphas sambil menunjuk sosok yang berdiri persis di depan Gabriel. Malaikat itu sangat rupawan, orang-orang mungkin tidak akan percaya atas segala kejahatan yang telah ia lakukan. Wajah yang lembut, rambut panjang yang halus, sayap-sayap indah berwarna putih menunjukkan keagungannya.
"Wah, wah. Tebak siapa yang datang ke sini! Selamat datang," sapa Seraphim hangat, ia bertepuk tangan dan melihat musuhnya satu per satu dari depan.
"Lama tak jumpa, Berengsek," balas Lucifer, ia menatap Seraphim dengan ekspresi gilanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...