Belial dan rekan lainnya segera berlindung di balik batu yang diciptakan oleh Eligor, ujung matanya menangkap tiga sosok malaikat yang justru terbang menghampiri serangan-serangan itu.
BAM! BAM! BAM!
KRAK!
Suara cahaya yang dilepaskan oleh Seraphim dapat terdengar meninggalkan sebuah retakan pada perisai Aegis. Satu serangan lagi maka tempat mereka berlindung akan hancur.
Seraphim marah, emosi itu terlihat jelas sekali pada wajahnya. Ia meremehkan musuhnya di awal, mengerahkan pasukannya, kemudian justru masuk ke babak ketiga dengan sayap yang telah patah dua. Dari Morax, Dantalion, Belial, Astaroth, dan Eligor dia berhasil menarik kesimpulan. Iblis-iblis muda ini pasti telah dilatih oleh para kebajikan agung, menjadikan kekuatan mereka hampir setara.
Seraphim harus menghapus anggapan 'malaikat agung jauh lebih kuat daripada bangsawan iblis' sekarang, atau dia akan jatuh ke liang semakin dalam.
"Radiant aria," gumam Seraphim pelan. Lima buah cahaya terbentuk mengelilinginya, mengeluarkan sebuah melodi indah yang bertolak belakang dengan suasana di sana.
Belial menggigit bibirnya jengkel, hatinya terbesit rasa benci begitu tubuhnya kembali merasakan kehangatan. Seraphim adalah malaikat dari cinta. Sebab dari itu, seluruh serangannya terasa sangat hangat... Musuh dapat mencintainya dengan mudah.
"Sebaiknya kalian ikut berlindung," ucap Seraphim masih dengan nada yang rendah, menatap Jophiel, Camael, dan Zadkiel yang terekspos dengan jelas. Camael hanya menaikkan satu alis, tidak percaya bahwa sosok di depannya masih bisa-bisanya meremehkan mereka setelah dihajar habis oleh beberapa iblis.
Benar, kan? Malaikat yang membantu sedari tadi hanya support seperti Gabriel, Raphael, dan Uriel. Seraphim seharusnya menyadari bahwa fase ini akan berbahaya bagi dirinya.
SET!
Suara lesatan itu terdengar begitu Seraphim melepaskan lima Radiant Aria secara bersamaan pada tiga adiknya, menciptakan harmoni seperti do re mi setelah cahaya melesat.
"Celestial Surge!"
Jophiel berseru selagi terbang dengan cepat menghampiri lima cahaya itu, mengeluarkan sebuah pedang seindah dirinya dan membelah seluruh benda tersebut. Setiap tebasan archangel of beauty and patience itu menghasilkan kelopak bunga berwarna merah muda, meninggalkan harum yang memikat.
"Radiant aria," ulang Seraphim, mengeluarkan jumlah bola cahaya yang jauh lebih banyak. Namun kali ini, ia segera melapaskannya ke arah perisai aegis.
"Oh—," celetuk Camael pura-pura terkejut, kini ia berbalik dan melihat cahaya yang berjarak beberapa meter dari tempat rekan-rekannya.
"Tidak perlu," potong Zadkiel, tangannya terangkat. Sebuah pocket watch indah menggantung di sana, rantai-rantai kecil melilit jarinya. Mata Zadkiel dengan cermat melihat pergerakan di balik perisai, mendeteksi ada atau tidaknya upaya melarikan diri dari sana. Begitu melihatnya, malaikat itu mengangguk.
"Quasar Parvum: Rune of Time!" serunya lantang, dengan segera membuat jam yang sedang ia pegang bersinar biru dan kuning. Jarum jam di sana berputar searah dengan sangat cepat, seolah-olah membawa teman-temannya ke masa depan.
BRAK!!!
Begitu cahaya-cahaya tersebut mendarat pada perisai aegis, menghancurkannya berkeping-keping.
"Sial," gumam Seraphim menahan amarahnya, mendapati tidak ada siapa-siapa di balik perisai itu. Zadkiel pasti menggunakan kekuatannya untuk mempercepat waktu para pangeran dan malaikat lainnya, sehingga mereka dapat melarikan diri sementara sisanya berada di waktu yang normal. Seraphim sangat membenci kekuatan Zadkiel, Michael, dan Luciel. Sepasang mata biru safir itu kemudian menyapu pada tiga sosok di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...