Tik tik tik
Jam dinding pada ruangan itu berdetik, memecah kesunyian yang menetap di antara 5 malaikat di sana.
Jophiel duduk dengan santai di atas sofa, bermain dengan ilusi merpati yang dibuatnya. Camael sesekali menggerakkan kakinya dengan tidak sabaran, sementara Gabriel dan Raphael sibuk membaca buku. Uriel? Ia sedang manicure pedicure.
Malam itu, Pandemonium diguyur hujan yang sangat deras. Petir dimana-mana, sedikit mengingatkan mereka pada sosok sang kakak yang memiliki kekuatan untuk menciptakan hujan dan badai dahsyat.
Krieett
Suara pintu ruangan yang terbuka membuat kelima sosok itu menoleh, akhirnya yang mereka tunggu-tunggu tiba juga.
"Butuh waktu yang cukup lama bagi anda untuk datang kemari, Satan," sapa Camael dengan nada yang sangat kesal, ia bangun berdiri.
Satan beserta istrinya masuk ke ruangan itu, menutup pintu dengan rapat.
"Selamat malam, nona dan tuan. Mohon maaf atas keterlambatan saya. Apa bisa laporan hari ini dimulai?" sapa Satan balik, wajahnya terlihat sangat lelah.
"Saya telah membuat evaluasi hari pertama, anda bisa membaca atau memberikannya pada raja lain. Namun, saya sarankan untuk menjaga data tersebut dari orang lain," balas Gabriel, ia berjalan ke arah Satan untuk memberikan beberapa lembar kertas yang sangat detail.
Satan membuka kertas itu satu per satu. Masing-masing pangeran memiliki dua lembar, lembar pertama berisi identitas, hasil pemeriksaan tubuh mereka, kemudian lembar kedua berisi hasil observasi selama latihan.
"Data anak anda belum ada di sana karena agendanya tidak memiliki jadwal latihan hari ini. Saya akan mengerjakan secepatnya jika sudah ada hasil observasi," tambah Gabriel, membuat Leraye tertegun, padahal gak disuruh, rajin amat!
"Gusion, Halphas, dan Malphas," sebut Camael, ia mendongakkan kepalanya ke atas untuk menatap lampu yang menggantung megah sebelum menoleh ke Satan.
"Potensi kekuatan yang sangat besar. Dibandingkan dengan teman-temannya yang membutuhkan keahlian bertarung secara fisik, kekuatan seperti mengubah sesuatu yang disentuh menjadi emas, melihat seseorang dan mengubahnya jadi emas layaknya medusa, serta menghidupkan emas menjadi makhluk hidup tidak benar-benar membutuhkan tenaga fisik," ujar Camael, memberi sedikit jeda.
"Itulah yang membuat mereka lemah. Gusion memiliki fisik yang lebih baik, namun belum cukup. Potensi destruktif elemen mereka memang lebih besar dari elemen lain dan aku bisa melihat mereka berlatih ratusan tahun untuk menyempurnakan mana mereka. Tapi dalam pertarungan fisik, mereka akan kalah. Maka dari itu aku melatih mereka dengan bertarung seharian," lanjut Camael.
Ia mengingat momen ketika Malphas berusaha membuat kontak mata dengannya untuk mengubah Camael menjadi emas. Mungkin manusia, iblis, atau malaikat biasa bisa saja termakan kekuatan itu, namun Camael? Ia dengan mudah membuat anak itu terpental jauh sebelum kontak mata.
"Mammon memang sangat fokus melatih mana anak-anaknya. Mereka bertiga akan menjadi combo Area of Effect support yang sangat baik dalam pertarungan, namun perkataan anda benar. Jika support seperti mereka tumbang dalam perang, kita akan kehilangan sangat banyak bantuan. Anda bisa lanjutkan rencana anda, Tuan Camael," balas Leraye, ia mengangguk. Camael hanya menundukkan kepala singkat sebelum kembali duduk.
"Eligor punya energi mana dan fisik yang seimbang. Pengetahuannya tentang ilmu kedokteran juga sangat luas. Saya mencoba melukai diri saya sendiri untuk mengetes kemampuan heal-nya dan wah, sempurna," puji Raphael, ia bertepuk tangan kecil.
"Perisai Aegisnya juga sangat kuat untuk iblis. Meski perisai dan dimensi akan mudah hancur bila ditembus malaikat agung, perisai miliknya akan bertahan jika dibuat berlapis dan didukung oleh perisai milik yang lain. Jika saya tidak salah ingat, Eligor adalah pemilik perisai Aegis terkuat kedua di Jinnestan setelah Beelzebub, bukan?" tambah Gabriel, ia mengingat informasi mengenai perisai Eligor yang berhasil menahan seorang malaikat agung di Judecca. Satan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasía[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...