Chapter 25: Kebangkitan Pangeran Api

107 18 0
                                    

Belial yang sempat kaget atas betapa cepatnya serangan itu membelalakkan mata, melompat jauh ke belakang. Jantungnya berpacu cepat, telat sedikit maka ia sudah hangus seperti rumput sekitarnya. Belum sempat mengambil napas, ia melihat serangan lainnya dilepaskan lagi.

BLAAR! BLAAR! BLAAR!

"Ah, hah... hah," hela anak itu berusaha mengontrol napasnya, hampir hilang keseimbangan. Ia membatin, Aura ini, tidak salah lagi. Dia adalah malaikat jatuh. Kecepatan serangannya sangat jauh berbeda dengan penyihir-penyihir gelap itu.

"Ugh!" geram Belial, menghindari serangan lainnya. Apa yang harus ia lakukan? Daritadi bisa menghindar saja sepertinya karena beruntung? Bagaimana Belial bisa maju menutup jarak, jika setiap serangan yang diluncurkan saja terlalu terang sampai ia harus menutup mata?

"...Tidak. Kalau dia cuma malaikat biasa yang jatuh, Astaroth pernah membunuh satu di depan mataku dengan cepat. Lalu Phenex selama ini melatihku dengan kecepatan yang lebih dari ini. Aku bisa melawannya," gumam Belial, mengumpulkan rasa percaya dirinya. Benar, Belial pernah berhasil menyerang Phenex yang bergerak lebih cepat dari malaikat ini. Seharusnya tidak jadi rumit baginya, masalahnya hanyalah... Phenex belum pernah mengajarkannya menggunakan senjata atau kontrol elemen. Bertarung di tempat banyak manusia juga sangat berbahaya!

"Kenapa, sudah lelah main kucing dan tikus?" tanya malaikat itu, menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Belial memantapkan hatinya untuk menerima duel ini. Ia melihat ke sekeliling. Apakah ada yang ia bisa gunakan untuk meminimalisir kerusakan atau korban jiwa?

BLAAR!

Suara sambaran itu terdengar lagi menghampirinya. Belial menghindar dengan cepat, mulai terbiasa dengan pola serangan malaikat itu setelah diserang bertubi-tubi sebelumnya. Tapi jika ia tidak bergerak dengan cepat, serangan malaikat itu bisa segera meluas dan menimbulkan kerusakan.

"Ah!" seru Belial pelan, teringat salah satu latihannya.

...

"Phenex, aku penasaran. Selama ini aku melihat Asta bertarung... Ia menguasai elemen air dan es. Es memiliki wujud padat, jadi dia bisa menggunakan es tersebut sebagai alat menyerang maupun bertahan seperti perisai. Namun, aku cuma punya api yang tidak memiliki bentuk padat," tanya Belial, melihat tangannya sendiri. Phenex terkekeh melihat tuan mudanya.

"Benar, Tuan Muda. Elemen, kekuatan yang dimiliki para bangsawan dan hellbeast. Api, tanah, air, es, angin, metal, alam... Beberapa elemen memiliki bentuk absolut yang bisa digunakan untuk menangkis serangan," jawab Phenex, mulai menjelaskan.

"Tanah, elemen yang dikuasai keluarga kerajaan Tuan Beelzebub memiliki daya defensive paling besar. Batuan buatan raja dan pangerannya tidak bisa ditembus oleh apapun, sangat sempurna hingga mereka mendapat julukan Shield of Aegis. Kekuatan milik Raja Satan dan Anda, sebaliknya, memiliki offensive paling kuat. Dan semua pengendali elemen offensive..." ucap pelayan itu, memutar senjatanya sebelum mengetuknya ke tanah dengan kencang. Sebuah kubah transparan mulai muncul seperti honeycomb, merambat ke atas membentuk kubah yang familiar.

"Bisa menciptakan dimensi defensive."

...

Dimensi, ya, dimensi! Phenex mengatakan bahwa ia seharusnya bisa membuat dimensi seperti halnya yang dilakukan Phenex atau penyihir gelap waktu itu. Dengan adanya dimensi buatan, maka ia bisa melawan malaikat itu dengan lebih fokus tanpa perlu khawatir adanya kerusakan atau korban.

"Phenex selalu membuat dimensi dengan mengetukkan senjatanya ke tanah..." gumam Belial. Jujur saja, ia belum mengetahui cara mengambil senjata. Terakhir kali ia coba hanya mendapatkan sebuah tali, dan tentu saja tali tidak bisa digunakan untuk mengetuk tanah. Phenex berkata kalau Belial belum cukup siap untuk belajar memakai senjata...

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang