CW: Chapter ini mengandung konten semi-NSFW yang kurang cocok bagi pembaca di bawah 16 tahun.
"Uh..."
Geraman kecil itu dibarengi dengan terbukanya mata Belial secara perlahan, rasa kantuk masih menghujamnya. Tubuhnya terasa lelah setelah semua yang terjadi kemarin. Pukul berapa ini? Ruangan masih gelap, jadi ia menebak mungkin sekitar pukul 6 pagi.
Belial menyipitkan matanya, berusaha memperjelas pandangannya dengan menggosok mata. Saat itu pula, Ia tersadar bahwa sosok di sebelahnya masih memeluknya dengan erat, lengan kirinya tertindih tubuh perempuan mungil itu.
Benar... Semburat merah menghiasi wajah laki-laki itu ketika ia mengingat semuanya. Dia melirik ke lantai di sebelah kanannya, pakaiannya masih tercecer di sana.
Gawat, kalau Phenex, atau papa mama masuk, aku bisa mampus—
"Hmmh."
Belial yang hendak mengambil pakaiannya terhenti ketika perempuan yang merasa terganggu karena 'bantal'nya bergerak menjauh mengeluarkan suara.
"Belle...?"
Laki-laki yang dipanggil itu menoleh, mendapati gadisnya kini setengah terbangun. Ah, manis banget.
"Selamat pagi, sayang. Gimana rasanya badanmu?" sapa Belial sambil tersenyum, malaikat itu masih tampak loading.
"Oh!" seru si perempuan, baru sadar dengan maksud Belial. Wajahnya ikut memerah.
"Sebentar, kamu kedinginan? Pakai bajuku dulu, tunggu aku ambil—"
"Hahaha."
"...Kenapa, Yofi?"
Keduanya bertatapan, sebenarnya masih merasa lelah. Ia pun yakin, anak raja yang lain juga masih tertidur pulas... Apalagi keduanya tidur larut malam (sebenarnya pagi). Jam tiga? Atau jam empat? Seharusnya Belial tidur lebih lama mengingat ia kurang tidur setelah misi dan bertarung.
"Nggak perlu, Belle. Badanku pegel-pegel sih," jawab Jophiel, menyandarkan tubuhnya pada dada sang kekasih, memaksanya untuk kembali berbaring. Belial menarik selimut lagi untuk menutupi keduanya.
"Apa kamu masih marah?" tanya Yofi, sedikit takut akan respons Belial. Namun, cowok itu membalas,
"Tidak. Tapi aku masih kecewa."
Jophiel mendongak, "terus, aku harus apa dong biar Belle ga kecewa?"
Entah... Belial seperti jatuh cinta untuk kesekian kalinya saat memandang Jophiel. Figur yang berada di hadapannya itu sebenarnya masih sama dengan Olivia yang ia kenal. Hanya saja, rambut dan warna mata yang berbeda, fitur wajah dan lekuk tubuh yang lebih dewasa...
"Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Bayar dengan itu," bisik Belial pelan, mengirimkan sinyal merinding pada lawan bicaranya.
Belial menarik Yofi mendekat, sembari menahan nafsunya untuk tidak lepas lagi. Tangannya dengan lincah mengangkat tangan Jophiel, memberikan kecupan hangat pada setiap jari di sana.
"Ceritakan apapun tentangmu, aku mau dengar. Apapun itu, keluarga, atau apa. Gabe ternyata adikmu? Kamu punya saudara lain?" pancing Belial dengan gentle, memastikan Jophiel sudah tidak takut lagi untuk terbuka dengannya.
"Mhmm," balas Jophiel mengangguk, menatap Belle. "Aku punya banyak saudara! Semua malaikat dilahirkan sebagai saudara, sih... Cuma kalau menghitung tujuh kebajikan besar, aku anak keempat!"
"Anak tengah, ya? Perempuan sendiri juga. Kamu pasti disayang banget sama saudaramu yang lain? Apa istilahnya, diperlakukan seperti tuan putri?" tebak Belial, tangannya yang bebas bergerak untuk merapihkan poni Yofiel. Perempuan itu tersenyum manis dan mengangguk cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasy[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...