Chapter 70: Pertarungan di Ujung Tombak

69 13 0
                                    

Tegang. Hanya itu yang bisa mendeskripsikan isi hati para raja, ratu, dan pelayan pribadi yang berkumpul di tengah lapangan besar, jauh dari perkotaan. Mereka melingkar dengan dosa besar masing-masing, menunggu kehadiran putra mereka.

Hari sudah berganti, menandakan pesta di kapal pesiar telah berakhir. Sesuai janji saat Rapat Stygian, para pangeran seharusnya akan kembali ke Aeternus Daim, tepat di titik para raja dan ratu berkumpul sekarang. Namun nihil, tidak ada satu pun dari anak mereka yang muncul. Ini sudah sore hari, apa yang membuat mereka sangat lama?

Sudah beberapa menit mereka tidak bicara, membuat suasana semakin tegang. Satan bahkan memutuskan untuk pergi ke Judecca sendirian untuk menjemput mereka jika tidak kunjung datang, namun Leraye melarangnya dengan alasan, "mereka pasti dihadapkan dengan sesuatu sehingga mereka terlambat."

"Ini sudah terlambat berapa jam, Leraye? Benar, ada sesuatu. Yang mengancam nyawa! Anak kita semua dihadapkan dengan kenyataan itu," balas Satan geram, berusaha menahan amarahnya. Leraye menghela napas, memeluk lengan suaminya.

"Tunggu sebentar lagi, sayang. Sebentar lagi..."

***

BRAK!!!

BLAR!!!

BUK!!!

"Gak bisa. Gak bisa kalau begini," ucap Belial terengah-engah, berusaha bangun. Tubuhnya terasa sangat berat. Sudah berapa lama mereka begini? Suara yang terdengar di sana hanyalah bunyi ledakan, jatuh, serangan yang meleset, dan deru napas kelelahan. Belial melirik ke arah teman-temannya. Keringat sudah mengucur, mereka semua terlalu lelah untuk bertarung lagi.

Pertama siren, kedua diracun, lalu berjalan jauh dan jatuh. Untuk berdiri pun rasanya sulit, kini ada seorang archangel yang menyerang mereka? Belial mengingat kembali pelajarannya.

"Sialan!" seru Astaroth jengkel, kembali membuat kristal es tajam dan mengarahkannya pada malaikat yang terbang di atas.

Malaikat secara natural lebih kuat dari iblis. Meski begitu, iblis bangsawan bisa mengalahkan malaikat biasa. Namun jangan harap bangsawan sekelas raja bisa menang melawan malaikat agung dengan mudah. Itu bunuh diri, jika pangeran atau putri terkena partikel malaikat agung, mereka akan melemah dan jatuh sakit.

"Lemah, lemah. Untuk apa kalian masih berusaha? Tidak suka mati cepat? Malah lebih sakit kalau kalian berontak begini loh," ucap malaikat tersebut menghindar, menyiapkan bola cahaya lagi untuk ditembakkan.

BOOM!

Bola tersebut meledak, menghasilkan partikel seperti debu berwarna biru menyala yang kini berterbangan.

"Itu dia," gumam Belial, matanya terbuka. Alasan mereka sangat lemas, kecuali karena kejadian sebelumnya tentunya, adalah partikel malaikat. Mau sekuat apapun mereka menyerang, malaikat itu pasti bisa menghindar. Berhasil kabur dari ledakan bola itu juga tidak berarti karena jumlah partikel yang mereka terima bertambah banyak. Jadi sia-sia jika mereka ingin bertarung.

"Morax," panggil Belial pada pangeran di sampingnya, tampaknya memikirkan hal yang sama. Morax menoleh dan mengangguk. Belial segera berseru.

"SEMUANYA DENGARKAN! KEMBALI KE TITIK TENGAH DAN IKUTI APA YANG AKU KATAKAN!" serunya, menarik perhatian yang lain. Malaikat agung di atas dengan songong memiringkan kepala dan menatap sembilan anak iblis bersama Barbatos berkumpul.

"Partikel malaikat. Itu yang membuat kita melemah. Sekuat apapun kita menyerang, kita akan kalah. Kita akan bagi jadi dua tim. Offensive terkuat ada aku dan Astaroth yang akan menahan serangan, kami juga bisa bentuk perisai. Defensive terkuat, Eligor, kau akan bantu kami untuk bentuk perisai Aegis. Sisanya membentuk lingkaran di tengah untuk membuka portal ke Aeternus Daim. Mengerti? Kita tidak punya waktu lagi," jelas Belial, menginstruksikan apa yang muncul di kepalanya. Mereka semua mengangguk.

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang