Suara roda kereta kuda yang memutar dengan cepat di atas tanah Pandemonium mengisi telinga Belial, sesekali terguncang karena kerikil yang tersebar di sana. Di hadapannya sekarang ada Satan yang sedang duduk dengan tenang, masih memejamkan mata. Entah tidur atau bagaimana, tapi Belial yakin iblis sekelas Satan tidak akan tertidur dalam perjalanan penting.
Meski terlihat tenang, Satan sebenarnya hampir melampiaskan amarahnya pada Belial kemarin. Anak itu dengan gegabah membuat keputusan untuk menggelar rapat yang mengundang iblis-iblis paling penting tanpa memberitahu Satan terlebih dahulu apa yang sedang terjadi? Untung saja ketika acara koronasi berakhir, Belial langsung bicara empat mata dengan ayahnya dan mendapat persetujuan.
Tidak bisa disalahkan juga, sebenarnya yang dilakukan Belial itu benar. Walaupun mereka keluarga yang tinggal di bawah satu atap, kesempatan bertemu satu sama lain hanya ada pada saat makan, itu pun kalau makan bersama. Mustahil jika harus menunggu berhari-hari, karena cepat atau lambat, Gabriel pasti akan tiba di kediaman Gluttony.
"..."
Belial mengalihkan pandangan dari papanya menuju amplop yang sedang ia pegang, segel kerajaan di sana telah terbuka. Wrath menerima surat ini kemarin sore, tepat dengan berakhirnya jamuan koronasi.
"Masquerade Party... Pesta topeng akan diselenggarakan di kapal pesiar lusa selama tiga hari, berlayar dari Ptolomea mengitari samudra... Harap memberi konfirmasi kehadiran dan jumlah kamar yang dibutuhkan."
Belial membaca ulang isi surat tersebut untuk kesekian kalinya. Satan memang mengatakan bahwa di tanggal tertentu pasti Gluttony menyelenggarakan pesta besar sebagai tradisi mereka, dengan pengurus acara yang bergantian (raja, ratu, anak pertama, anak kedua, raja lagi). Awalnya anak berambut merah itu agak bingung karena takut bertabrakan dengan rencana mereka, namun setelah dipikir-pikir lagi, pesta tersebut justru bisa jadi peluang...
"Raja dan Pangeran dari Wrath telah tiba!"
Seruan lantang tersebut terdengar bersamaan dengan dibukanya pagar besar. Belial mengintip keluar dari jendela.
"Kereta kuda dari Envy akan segera tiba di depan gerbang!"
Ah, Belial bisa melihat asal suara itu sekarang. Di sepanjang gerbang terdapat banyak sekali ksatria, yang dimaksud banyak sekali itu benar-benar BANYAK sekali. Para pengawal tersebut dalam posisi berjaga, tidak ada jarak antar satu sama lain. Satu pengawal, mungkin kepala dari ksatria yang di sana, Sang Pemberi Komando.
Mata tajamnya terus mengawasi kereta dari kerajaan mana lagi yang akan tiba sekaligus memastikan tidak ada pihak asing yang bisa masuk. Gedung Dominis Inferni, gedung tempat Rapat Stygian dilaksanakan, berada di Pandemonium sebagai pusat kotanya. Jadi jangan heran, bila setiap diadakan rapat besar, kerumunan warga, wartawan, serta reporter bisa terlihat dari jauh. Meski begitu, pengamanan sangat ketat sehingga mereka hanya bisa menyaksikan beberapa meter dari luar gerbang.
Lamunan Belial terhenti begitu kereta kuda tempat ia berada sudah tidak bergerak, disusul dengan suara yang ia kenal.
"Yang Mulia Raja, Yang Mulia Putra Mahkota. Kita telah tiba di Dominis Inferni," ucap Phenex, turun dari bangkunya di luar. Segera setelah itu, pintu kereta kuda dibuka, membiarkan cahaya masuk.
"Silahkan, Yang Mulia."
Belial menunggu Satan untuk menginjakkan kakinya keluar kereta, disusul oleh Belial. Kini anak itu bisa melihat (sebenarnya melirik) dengan bebas.
Gedung dua tingkat dengan langit-langit tinggi yang berada di tengah lokasi, dikelilingi taman kecil yang mengitari. Kemanapun mata dilandaskan, pasti terlihat pengawal di sana.
"Raja dan Pangeran Envy telah tiba!"
Seruan yang sama persis itu kembali terdengar, suara derap kaki kuda mengisi udara. Kepala ksatria kemudian menyerukan hal yang sama dengan kerajaan yang lain, menandakan bahwa tujuh kereta telah sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFERNO: The Lost Prince
Fantasía[END; DILENGKAPI DENGAN ILUSTRASI DI BEBERAPA CHAPTER] "...Mustahil. Pangeran itu, sudah tewas ratusan tahun yang lalu!" Tidak ada yang menyangka bahwa karya wisata itu akan membawa malapetaka. Belle Vierheller, seorang murid SMA yang bisa dikataka...