Chapter 114: Waktu yang Berputar

57 7 0
                                    

"La la la la..."

Lantunan suara dan melodi itu terdengar indah dalam ruang kamar yang berpendar cahaya kekuningan, meja rias yang terbuat dari marmer terasa dingin ketika jemari itu menyentuhnya. Morax duduk di depan meja rias, cermin besar di depannya memantulkan wajahnya yang tampak sangat bersih.

Sangat tenang, wangi vanilla dari aromaterapi di sana benar-benar membuatnya lebih rileks.

Tangan Morax hendak mengambil alat gua sha-nya ketika ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang, mencium kepalanya.

"Harum..."

"Mandimu cepat sekali, Asta. Bersih, tidak?" tanya Morax, mulai menggerakkan gua sha pada wajahnya.

"Tentu saja, sayang. Aku mandi cepat karena ingin lebih lama bersamamu." Jawaban itu disusul dengan ciuman lainnya pada dahi Morax, sedikit mengganggunya karena Astaroth menutupi cermin. Morax tidak masalah sih, mereka memang amat sangat intim belakangan ini.

"Biar kubantu," ujar Astaroth tiba-tiba, kemudian mengambil hair dryer di atas meja rias. Iseng, tangan Astaroth berhenti sesaat untuk memegang tangan Morax yang ada di atas meja itu juga, menarik perhatiannya.

Wajah Morax menjadi hangat, hatinya meleleh begitu melihat sepasang cincin yang mereka kenakan masing-masing ikut terjalin bersama jari mereka.

Benar, sudah berapa lama ini? Morax melirik ke arah cermin. Bahkan penampilan mereka pun sedikit berbeda, keduanya tampak lebih dewasa dari sebelumnya. Astaroth kemudian melanjutkan niatnya untuk mengambil hair dryer, menyalakannya, dan mulai mengeringkan rambut Morax.

"Rambutmu bertambah panjang lagi," komentar Astaroth, memelankan suara yang dikeluarkan oleh hair dryer itu. Morax cekikik kecil.

"Sudah lewat sepuluh bulan, masa tidak tambah panjang?" gurau Morax, membuat Astaroth tersenyum.

Sepuluh bulan telah berlalu semenjak ujian evaluasi pertama dilaksanakan. Banyak sekali hal yang terjadi selagi mereka mempersiapkan segalanya dan menunggu Seraphim mengirimkan sinyal. Cincin yang mereka kenakan adalah cincin pertunangan mereka yang kini sudah resmi, seluruh Jinnestan kini mengetahui bahwa Astaroth dan Morax akan memimpin dua negara bersama-sama.

Rentang waktu itu menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi. Kini rambut Morax panjang sepunggung, sementara Astaroth kini tampak lebih mirip dengan Leviathan. Pangeran lainnya pun juga... mereka semua terus tumbuh selagi waktu masih berjalan.

"Beberapa waktu lalu saat ada pesta yang diadakan Raja Beelzebub di Ptolomea, kamu ingat makanannya? Enak!" kata Astaroth, dengan mahir mengangkat topik.

"Oh, iya. Eligor mendapatkan beberapa informasi dan request dari Gusion untuk menambahkan makanan dari Terrestrial, sih. Ahahaha, aku juga suka. Apa kita coba masak bareng yang lain di sini?" balas Morax, meletakkan gua sha untuk mengoleskan beberapa produk skincare. Kulitnya sangat oke!

"Ide yang bagus, tapi jangan biarkan Belial ikut. Ceweknya pasti nempel. Aku gak masalah soal itunya, tapi masakan Jophiel sangat buruk," jawab Astaroth, disusul anggukan Morax.

Mereka berdua seolah-olah tenggelam pada memori ketika mereka secara sukarela mencicipi makanan Jophiel saat Belial sudah melarang mereka dengan keras, namun Asta dan Morax malah menganggap Belial jahat. Ternyata justru Belial yang benar, sebab mereka semua langsung sakit setelah hari itu!

"Gak bisa disalahkan juga. Jophiel tidak butuh makan atau minum untuk bertahan hidup. Ah ya, apa mereka sudah berangkat?" tanya Morax, teringat sesuatu.

"Sekarang pukul sepuluh malam, jadi seharusnya sudah. Pasangan itu benar-benar, kudengar dari Gusion tadi mereka maunya berangkat dengan satu kuda."

"Oh? Lucu juga. Kupikir mereka naik mobil? Ke jalanan umum, kan?" Morax meletakkan serum pertama, kemudian meraih ke botol essence.

INFERNO: The Lost PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang